1. Biak Berdarah pada 6 Juli 1998;
2. Abepura (Abe) berdarah pada 7 Desember 2000.
3. Wasior berdarah pada 13 Juni 2001.
4. Kasus Theodorus (Theys) Hiyo Eluay dan Aristoteles Masoka pada 10 November 2001.
5. Wamena berdarah pada 4 April 2003.
6. Kasus Musa (Mako) Tabuni 14 Juni 2012.
7. Kasus Paniai berdah pada 8 Desember 2014.
8. Kasus Pendeta Yeremia Zanambani pada 19 November 2020.
9.Bagaimana dan sejauh mana penguasa kolonial Indonesia bertanggungjawab untuk penggembalian 60.000 penduduk orang asli Papua ke kampung halaman mereka dan sampai saat ini masih berada di dearah-daerah pengungsian akibat operasi militer besar-besaran di Nduga, Intan Jaya, Puncak, Yahukimo, Maybrat dan Pegunungan Bintang.
10. Dan masih ratusan, bahkan ribuan korban orang asli Papua ditamgan penguasa kolonial modern Indonesia.
Dimana sekarang ini, Kombes Pol. Daud Sihombing,SH dan Brigjen. Polm Drs. Johny Wainal Usman? Orang-orang ini seharusnya dihukum seberat-beratnya atau dihukum seumur hidup, bila perlu dihukum mati karena tindakan mereka menyebabkan Orry Doronggi dan Johni Karunggu mati ditangan polisi di kamar tahanan polres Jayapura. Dalam kasus ini banyak mahasiswa yang disiksa dan dianiaya dengan cara-cara biadab, kriminal, barbar dan rasis.
Pledoi Pribadi (Pembelaan Pribadi) Komisaris Besar Polisi Drs. Daud Sihombing, SH (Dahulu Kapolres Jayapura) di Makassar, 29 Juli 2005, berjudul: “Jangan Terperdaya Oleh Maksud Jahat Dari Para Pengkhianat Negara.”
Memang, Iblis itu cerdik dan licik, jadi penjahat kemanusiaan ini berlindung dibalik tameng Negara. Sesungguhnya, Daud Sihombinglah pengkhianat martabat kemanusiaan dan menghina serta melecehkan manusia sebagai gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26).
Dimana Letkol Inf Hartomo, Kapten Inf Rionardo, Sertu Asrial, Praka Achmad Zulfahmi, Mayor Inf Donni Hutabarat, Lettu Inf Agus Soeprianto dan Sertu Lorensius Li?
7 orang ini dengan tangan mereka memegang Theodorus Hiyo Eluay dan sopirnya Aristoteles Masoka. Apakah 7 orang ini sudah diberikan hukuman setimpal sesuai dengan perbuatan kejahatan kemanusiaan terberat ini? Apakah mereka ini dinobatkan sebagai pahlawan nasional setelah menculik, membunuh dan menghilangkan nyawa rakyat sipil ini?
Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu menganggap anggota Kopassus yang dihukum karena melakukan pembunuhan terhadap Ketua Presidium Dewan Papua Theys Hiyo Eluay sebagai pahlawan. Ryamizard meminta anggota Kopassus tersebut dihukum ringan. Hukum mengatakan mereka bersalah. Okelah dia dihukum. Tetapi bagi saya dia pahlawan.” (( Tempo, Interaktif: 23/4/2003).
Aneh tapi nyata, penguasa kolonial modern Indonesia berusaha target Sidang PBB Tahunan pada bulan September 2022 dengan merekayasa dan berpura-pura menyelesaikan kasus Paniai 8 Desember 2014 dengan tuduhan pelakunya hanya satu anggota TNI. Peristiwa ini terjadi pada waktu siang dan disaksikan oleh orang banyak dan dalam peristiwa tersebut, 17 orang lainnya luka-luka. Dalam laporan KontraS menyebutkan bahwa lima orang yang tewas bernama Otianus Gobai (18), Simon Degei (18), Yulian Yeimo (17), Abia Gobay (17) dan Alfius Youw (17).
Apakah lima siswa yang tewas ini ditembak hanya oleh satu orang anggota TNI? Siapa Komandan lapangan yang memerintahkan untuk melakukan penembakan yang menyebabkan hilangnya nyawa lima orang siswa? Siapa komandan yang lebih tinggi dari komandan di lapangan? Artinya siapa Dandim, dan siapa Pangdam? Apakah dalam TNI tidak ada garis komando?
Kesimpulan dari tulisan ini, saya mau sampaikan dari perspektif atau dimensi iman, bahwa darah, air mata, tulang belulang dan penderutaan orang-orang asli Papua selamanya mengejar penguasa Indonesia dan anak cucu mereka. Hari ini mereka berfikir hebat dan menang tapi siapa menanamkan kejahatan pasti memetik hasil kejahatan juga.
“Ingat, hukum TABUR dan TUAI itu akan berlangsung. KARMA itu akan terjadi. Apakah kalian tidak puas? Kita lihat apa yang terjadi?” (Muhammad Rivai Darus, SH, Jurubicara Gubernur Papua, 11 April 2022).
“Tulisan ini, saya abadikan dengan bolpen tulang belulang, tintanya air mata dan darah serta penderitaan bangsaku, orang asli Papua di atas TANAH leluhur kami.”
“Seluruh penderitaan orang asli Papua sejak 19 Desember 1961 dan 1 Mei 1963 sampai sekarang yang ditulis dengan tinta akan terhapus, tapi saya menulis penderitaan bangsaku ini semua dengan bolpen tulang belulang, tinta air mata dan darah di atas TANAH ini.”
Doa dan harapan saya, tulis ini menjadi berkat bagi para pembaca. Selamat membaca.
Ita Wakhu Purom, Sabtu, 25 Juni 2022
Penulis:
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
2. Pendiri, Pengurus dan Anggota Dewan Gereja Papua (WPCC).
4. Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC).
4. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
Oleh: Gembala DR. A.G. Socratez Yoman
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : DR. A.G. Socratez Yoman |
Editor | : Michael |
Sumber | : |
Halaman : 1 2