Dialah Sosok Anas Urbaningrum, Habis Gelap Terbitlah Terang Untuk Indonesia Maju

Kamis, 20 April 2023 - 15:06 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Tody Ardiansyah Prabu, Mantan Ketua Kom HMI FH Univ Trisakti dan Ketua HMI Cab Jakarta Barat 2009

Anas Urbaningrum Posisi sebagai ketua umum PB HMI organisasi kemahasiswaan terbesar di tanah air, menyeret Anas banyak terlibat dalam merobohkan bangunan tua orde baru yang kusam dan tidak lagi relevan. Saat itu banyak yang menganggap dia salah satu calon pemimpin Indonesia di masa depan.

Terpilih di Kongres Yogya

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Anas yang lahir 5 Juli 1969 merintis ke-HMI-an di Komisariat Fisipol Unair Surabaya. Dalam tempo relatif singkat, namanya melejit. Menjadi Ketua HMI Cabang Surabaya. Puncaknya Anas terpilih sebagai ketua umum HMI dalam Kongres XXI di Yogyakarta tahun 1997.

Sebagai aktivis muda, disamping punya kedalaman intelektualitas, di kalangan aktivis periode itu, Anas juga dikenal jago lobi dan berdiplomasi. Maklum, S1 dan S2 nya adalah ilmu politik. Terakhir dia juga mengambil S3 ilmu politik di UGM.

Di sisi lain terpilihnya Anas Urbaningrum mendapat respon positif dari kalangan pergerakan mahasiswa. Bukan hanya di internal HMI, tapi sambutan positif juga datang dari eksternal HMI. Anas dianggap memiliki kapasitas intelektual mumpuni untuk menghidupkan kembali tradisi intelektual kader-kader HMI serta mengembalikan independensi HMI yang waktu itu dinilai terlalu dekat dengan kekuasaan.

Figur Anas adalah perpaduan dari dua seniornya di HMI yaitu Nurchollis Madjis (Cak Nur) dan Akbar Tanjung. Dia mewarisi DNA Cak Nur dari sisi intelektualitas. Tapi pada sisi lain, Anas juga menyerap style Akbar Tanjung dari segi berpolitik.Anas memang tertarik dengan pemikiran Cak Nur dan langkah-langkah politik Akbar Tanjung.

Bahkan, Anas menjadikan pemikiran Cak Nur sebagai objek penelitian ketika menyusun tesis S2 di UI. Judul tesisnya, Islam dan Demokrasi; Pemikiran Nurcholis Madjid. Gagasan-gagasan Cak Nur, di mata Anas, meskipun kontroversial, telah memberi kontribusi tidak sedikit bagi demokratisasi di Indonesia. Pemikiran demokrasi Cak Nur berbasis pada paradigma Islam.

Baca Juga :  INTEGRASI PAPUA - Pemikiran Tokoh Muslim Papua

Cak Nur menawarkan kehadiran Tuhan dalam demokrasi. Kontroversi Cak Nur yang sempat menghebohkan adalah slogan: Islam Yes, Partai Islam No.

Sedangkan sosok Nurcholish Madjid merupakan sosok senior yang banyak menelurkan ide-ide kebangsaan di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Anas menilai Cak Nur sapaan karib Nurcholish Madjid banyak berkontribusi dalam segi ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.

“Cak Nur adalah senior, panutan dan ideolog HMI. Beliau telah berani mengambil posisi sebagai penarik gerbong pembaruan pemikiran Islam di Indonesia yang berkontribusi besar untuk menganyam ke-Islaman dan ke-Indonesiaan,

Sosok Nurcholish Madjid merupakan sosok senior yang banyak menelurkan ide-ide kebangsaan di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Anas menilai Cak Nur sapaan karib Nurcholish Madjid banyak berkontribusi dalam segi ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.

Pemikiran-pemikiran terobosan Cak Nur telah berhasil mendamaikan ketegangan antara hijau dan merah putih. Bahwa Islam dan Indonesia harus dilafalkan dalam satu nafas, sehingga bisa menjadi rahmatan lil ‘alamin.

Sementara sebagai politisi, Anas banyak kemiripan dengan Akbar Tanjung. Seperti gaya bicara dan kemampuan meredam emosi. Kalau lagi marah, orang tidak terbaca. Tenang dalam menghadapi lawan berdebat. Sabar menghadapi serangan. Keduanya juga punya instink politik yang tinggi dalam hal membaca arah angin politik berhembus.Akbar Tanjung sangat piawai dalam hal ini. Kapan harus melangkah maju dan kapan harus mundur. Ibarat papan catur, ketepatan menempatkan bidak, menentukan akhir permainan.

Anak-anak HMI memang dikenal piawai dalam kontestasi pemilihan-pemilihan di forum apapun. Makanya saya tidak terkejut ketika 13 tahun setelah Kongres Yogya, Anas juga menang di Kongres Partai Demokrat di Bandung 2010. Meski melawan jagoan SBY, Andi Mallarangeng dan pendiri partai Marzuki Alie, Anas lah yang justru terpilih. Kongres Demokrat terkesan seperti ulangan kongres HMI Yogya. Tentu saja dengan level dan konteks yang berbeda.

Yang istimewa, Anas memenangkan kontestasi-kontestasi politik tersebut dalam usia relatif muda. Dia menjadi Ketum PB HMI pada usia 28 tahun. Dan sudah menjadi Ketua Umum Partai Demokrat di usia 41 tahun. Ketua partai termuda ketika itu. Jelas ini jabatan bergengsi tinggi. apalagi Partai Demokrat berstatus sebagai pemenang Pemilu 2009.*

Baca Juga :  Bawaslu Malut dan Kerawanan Abuse of Power

*Masuk Pusat Gerakan*

Anas seolah sudah ditakdirkan menjadi pemain penting dalam perjuangan reformasi. Seusai Kongres HMI di Yogya, dia masuk dalam pusat gerakan mahasiswa di Jakarta. Posisinya sebagai Ketum PB HMI mengantarnya berkenalan dengan jajaran elit politik nasional. Namanya semakin diperhitungkan. Dia diundang berbicara di mana-mana. Baik di dalam kampus maupun di luar kampus.

Semua kiprah tersebut dengan sendirinya mengangkat level reputasi Anas. Dipadu penampilannya yang tenang dan tidak meledak-ledak. Gaya bicaranya pelan, runut, sistematis yang mencerminkan kedalaman ilmu. Meski pelan, tapi kritik-kritiknya tajam*.

Di masa-masa akhir orde baru itu, Anas juga mendapat support dari senior-senior di HMI yang juga mengambil posisi sejalan dengan tuntutan mahasiswa. Alumni-alumni HMI seperti Dahlan Ranuwihardjo, Amien Rais, Nucholis Madjid, Dawam Rahardjo, Adi Sasono, Ahmad Tirto Sudiro, Sulastomo berkontribusi memberi nutrisi bagi perjuangan gerakan reformasi.

Sedangkan alumni HMI di dalam lingkaran kekuasaan seperti Akbar Tanjung ikut meletakkan jabatan alias mengundurkan diri dari kabinet setelah melihat gelombang unjukrasa mahasiswa menuntut pergantian rezim sudah tidak bisa terbendung lagi. Total ada 14 menteri yang mundur ketika itu. Keputusan mundur menteri-menteri itu menjadi pukulan telak bagi Soeharto. Dan akhirnya menyatakan berhenti sebagai presiden pada 21 Mei 1998.

Arsitek Paket UU Politik

Pergumulan Anas dalam dunia pergerakan mahasiswa mengantarkannya menjadi sosok populer di tanah air. Kontribusi pemikiran, ide, gagasan tentang perubahan kehidupan kebangsaan pada akhirnya menjadi modal sosial penting bagi Anas di kemudian hari setelah orde baru tumbang.

Benar saja. Setelah tidak lagi menjadi Ketum PB HMI, Anas masuk Tim 11 atau Tim Seleksi Parpol untuk Pemilu 1999. Tim 11 diketuai Nurcholis Madjid (alm), anggota lain adalah Adi Andojo Sutjipto, Adnan Buyung Nasution (alm). Affan Gaffar (alm), Andi Malarangeng, Eep Saefullah Fatah, Kastorius Sinaga, Miriam Budiardjo (alm), Mulyana W Kusuma (alm) dan Rama Pratama. Nama terakhir adalah Ketua BEM UI masa reformasi.

Baca Juga :  Pemimpin Rohani Harus Memiliki Hati Seorang Bapa

Anas juga masuk Tim 7 yang membidani lahirnya paket UU Politik yaitu UU Parpol, UU Pemilu dan UU Susduk MPR, DPR dan DPRD. Tiga UU ini adalah fase awal gelombang demokratisasi di Indonesia. Kelahiran 3 UU tersebut langsung mengubah wajah politik Indonesia secara fundamental. Sejak itu, dua penyanggah utama rezim Soeharto yaitu birokrasi dan ABRI direformasi. Birokrasi harus netral. PNS tidak boleh terlibat partai politik. Lalu dwifungsi ABRI dicabut. Perubahan lain adalah dibukanya keran multi partai.

Tim 7 ini dipimpin Ryaas Rasyid dan anggota selain Anas adalah Affan Gaffar, Andi Mallarangeng, Djohermansyah Djohan, Luthfi Mutty dan Ramlan Surbakti.

Berikutnya, Anas terpilih menjadi anggota KPU RI periode 2001 – 2005. Saat itu, usianya baru 32 tahun. KPU periode ini paling banyak dihantam badai masalah. Sejumlah komisioner masuk penjara karena dijerat korupsi urusan logistik. Mereka adalah Nazaruddin Syamsudin (ketua), Mulyana W Kusuma, Rusadi Kantaprawira, Ahmad Rojadi dan Daan Dimara. Tapi Anas selamat.

Pada 8 Juni 2005, Anas mundur dari KPU. Lalu bergabung ke Partai Demokrat pada 2006. Pada Pemilu 2009 dia terpilih menjadi anggota DPR RI. Dan menjabat Ketua Fraksi Demokrat di DPR RI. Saat itu, Anas menjadi the rising star. Bintang muda politik yang bersinar terang. Dia kemudian memutuskan mencalon ketua umum pada Kongres Demokrat di Bandung Mei 2010. Dan menang. Anas menjadi ketua partai termuda. 41 tahun.

Selamat Berjuang Bang Anas Semoga Allah Swt Melindungi mu dg perjuangan yg ikhlas utk Rakyat dan Indonesia. Aamiin Ya Rabbal alamin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Penulis : Tody Ardiansyah Prabu
Editor : Mufik
Sumber :

Berita Terkait

Catatan Politik Senayan; Prioritaskan Program dengan Berpijak Pada Aspirasi Publik
Politik di Spice Islands
Transmigrasi Bukan Solusi Kesejahteraan Bagi Penduduk Orang Asli Papua
Implementasi Disertasi Menteri Bahlil: Pembentukan SATGAS Hilirisasi Berkeadilan dan Berkelanjutan Mendesak Dipercepat
Rancu Produk Hukum Pelantikan Presiden & Wakil Presiden
Kerek Lamok dan Wunuk Kerek
Perempuan Lani dan Cawat Tali
Sahabatku, Sukiman Yang Syahid Dalam Mencari Nafkah

Berita Terkait

Rabu, 20 November 2024 - 15:49 WIB

Politik di Spice Islands

Jumat, 15 November 2024 - 21:27 WIB

Transmigrasi Bukan Solusi Kesejahteraan Bagi Penduduk Orang Asli Papua

Minggu, 10 November 2024 - 12:57 WIB

Implementasi Disertasi Menteri Bahlil: Pembentukan SATGAS Hilirisasi Berkeadilan dan Berkelanjutan Mendesak Dipercepat

Selasa, 5 November 2024 - 16:12 WIB

Rancu Produk Hukum Pelantikan Presiden & Wakil Presiden

Minggu, 27 Oktober 2024 - 20:20 WIB

Kerek Lamok dan Wunuk Kerek

Minggu, 27 Oktober 2024 - 20:13 WIB

Perempuan Lani dan Cawat Tali

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 15:14 WIB

Sahabatku, Sukiman Yang Syahid Dalam Mencari Nafkah

Rabu, 23 Oktober 2024 - 19:30 WIB

Papua Bukan Tanah Kosong

Berita Terbaru

Nasional

Setyo Budiyanto Terpilih Sebagai Ketua KPK 2024-2029

Kamis, 21 Nov 2024 - 15:08 WIB