DETIKINDONESIA.CO.ID, AMBON – Sejarah adalah cermin sekaligus dimensi bagi setiap kita untuk membentuk diri pada ruang publik (sosial-politik).
Dalam rentang waktu yang panjang, setiap orang terus melakukan berbagai perbaikan diri. Berupaya untuk menjadi agen sekaligus aktor untuk perubahan dan kebaikan. Hal itu berkaitan dengan prinsip kodrat manusia dengan rasa kemamusiaannya.
Kepercayaan diri (confidance) manusia telah merubah jalan sejarah. Sejarah yang hanya dulunya didominasi laki-laki, perlahan berubah dan memposisikan egalitarianisme (kesetaraan) sebagai prinsip urgensi dalam ruang publik (sosial-politik).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meski, eksistensi setiap orang masih belum mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Terutama perempuan dalam mengendalikan roda pemerintahan. Mitos, perempuan adalah mahluk nomor dua (the second man) telah dipatahkan. Zaman telah merubah pola hidup. Manusia tidak lagi berdebat dan berjibaku dengan dominasi dan determinasi faktor yang dilatarbelakangi gender (jenis kelamin), melainkan, sebuah keniscayaan tuntutan zaman yang mengharuskan setiap manusia (laki-laki maupun perempuan) untuk bisa berada ditengah arus modernisme yang membonceng kecepatan digitalisasi yang luar biasa saat ini.
Konteks parsipatoris seolah tidak lagi relevan jika terus berkutat pada perempuan dan laki-laki. Parsipasi lebih terbuka dan moderat. Setiap perempuan hari ini, diseluruh penjuru dunia bisa dengan mudah belajar. Bisa dengan berani memberikan opini (pendapat) terhadap satu masalah. Baik politik atau sosial maupun pemerintahan. Berani mengkritik praktik patriarki secata terbuka. Ini dikarenakan ruang artifisial telah merambah dalam ruang sosial budaya dan agama. Dan hal ini tidak bisa dinafikan.
Terlepas dari derasnya globalisasi dan tuntutan zaman, optik masyarakat hari ini sedang melihat secara dekat kemampuan kepemimpinan Hj. Safitri Malik Soulisa. Seorang perempuan biasa (ibu rumah tangga), yang bertransformasi menjadi women’s development (perempuan pembangunan). seorang adalah ibu bagi anak-anaknya, kini menjadi ibu bagi publik Buru Selatan.
Konsisten, dan ulet adalah cara perempuan Kelahiran 64 tahun lalu itu berjalan diatas rel politik pembangunan. Melanjutkan estafet untuk kemajuan daerah yang dipimpinya, tanpa pamrih. Tak mengenal lelah. Keluar masuk Kementerian di Jakarta hanya untuk memastikan “kue” pembangunan yang berkeadilan benar-benar dirasakan masyarakat di Buru Selatan, Pulau Buru, Maluku. Dan, hasilnya pelbagai kebijakan pembangunan nasional diarahkan ke Bursel.
Ini memang konsekuensi seorang Kepala Daerah. Tetapi, sebagai pemimpin perempuan, apa yang dilakukan Bunda telah memberikan satu rolmodel pembangunan di Maluku dan Indonesia.
Hari ini, bertepatan dengan Ulang Tahun ke 46, Bunda untuk kesekian kali menerima penghargaan sebagai Pemimpin Perempuan Inspiratif. Tentunya ini sangat membanggakan bagi kami. Orang-orang terus menghadirkan rasa percaya atas keputusan dan kebijakan untuk masyarakat di Buru Selatan.
Selamat Ulang Tahun Bunda, sebuah napa tilas dan refleksi diusia yang baru. Semoga Allah SWT, TYME mengijabah setiap doa dan memudahkan segala ikhtiar kedepan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : Debi Puspita Latuconsina |
Editor | : Yuli |
Sumber | : |