Oleh: Ismail Asso – Pengamat Agama dan Budaya
Agama Pendatang Baru
Agama apapun tidak mungkin (muspra) karena itu aneh, malah keliru dan memang tidak pantas karenanya, menganggap paling berhak atas Tanah Papua. Semua agama manapun tidak boleh dibiarkan merampas kedaulatan hak-hak kebebasan orang Asli Papua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Manusia Papua lebih dulu ada ribuan tahun di Tanah Papua sebelum agama sebagai bagian dari kebudayaan asing diciptakan di Timur Tengah (Arab-Israel). Agama dan Pemerintah (baca: Negara) baru hadir datang mencari manusia Papua.
Karena itu Lembaga Agama apapun dan manapun tak pantas cliem apalagi boleh berhak atas Tanah Papua, karena janggal memang tak pantas cliem begitu.
Sepenuhnya agama tak berkuasa atau tidak boleh dianggap berkuasa atau mengangap dirinya paling berhak atas Tanah diatas manusia Papua itu sendiri.
Lucu dan sedikit tak masuk akal kalau bukan suatu kebodohan pemuka agama Papua seolah-olah seakan ingin dianggap menguasai atas kebebasan kedaulatan kepercayaan rakyat Papua.
Lembaga Agama manapun tidak mungkin merasa boleh paling berhak atas Papua apalagi menganggap menguasai kepercayaan penduduk Asli Papua terhadap barang asing dan baru bernama agama.
Orang Papua harus sadar bahwa atas nama Lembaga Agama apapun dan dimanapun selama manusia Papua ada, sesama Orang Papua tak pantas menganggap lembaganya yang paling berhak atas Tanah Papua.
Semua agama pendatang baru di Tanah Pupua. Apalagi lembaga (organisasi) baru dibuat untuk memasarkan agama yang itu dibawa orang asing dipasarkan di Papua. Dan itu semua baru setelah Manusia Papua sudah hidup ribuan tahun diatas tanahnya.
Kejatahan Agama
Betapa tidak sedikit, akibat kefanatikan kepemelukan agama, peperangan (pembunuhan, pemerkosaan, penghinaan harkat-martabat manusia) menyebabkan ribuan nyawa manusia jadi korban sia-sia.
Atas nama kebenaran agama pembantaian nyawa manusia seakan tak berdosa malah dianggap pahlawan. Hal ini telah menjadi banyak bukti terjadi dimuka bumi.
Andaikan batu gunung, bukit, tanah, pohon, hewan dapat bicara, ia menjadi saksi, bercerita bahwa; kefanatikan kepemelukan agama, ribuan nyawa anak manusia menjadi korban sia-sia kebiadaban.
Agama penyebab utama banyak manusia dibunuh. Agama menyebabkan telah banyak korban manusia menjadi mati sia-sia.
Demikianlah contoh di Ambon, agar tidak jauh menyebut Bosnia -Herzegovina atau Perang Salib pada masa silam berjilid-jilid itu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : |
Editor | : |
Sumber | : |
Halaman : 1 2 Selanjutnya