Momen Pertumbuhan Ekonomi Terlewati, Prabowo Menghancurkan Mimpi Indonesia Emas
_____
Ditulis Oleh ;
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Heru Subagia
Pengamat Politik dan Ekonomi Alumni Fisipol UGM
Sedang marah isu BBM Oplosan yang konon merugikan negara nyaris tembus Rp 1000 T. Bwku dihitung juga berapa kerugian dari masyarakat yang mengunakan produk BBM Oplosan. Diketahui praktek illegal tersebut dilakukan oleh oknum pejabat Pertamina hingga menyebabkan kepercayaan masyarakat terjun bebas.
Praktek kotor BBM Oplosan dnilai telah terjadi pembohongan besar-besar yang dilakukan oleh oknum pejabat Pertamina sehingga pemerintah dalam hal ini Manajemen Pertamina harus meminta maaf atas kejadian memalukan tersebut. Tidak segampang meminta maaf, masyarakat sangat geram, marah, mual -mual praktek hina tersebut. Wajar jika mereka melawan , menuntut dibubarkan Pertamina dan melakukan boikot produk Pertamina.
Belum reda isu negara korupsi di Pertamina dan rakyat belum puas mengungkapkan dan melayangkan kemarahan muncul kabar baru yang tidak sedap. Kalii ini Pemerintah bermain api lagi. Bank Indonesia (BI) membantah deflasi yang dialami Indonesia pada Februari 2025 karena daya beli masyarakat melemah.
Deflasi sepertinya menjadi tamparan paling ganas disaat pemerintah sangat yakin pertumbuhan ekonomi secara agregat akan terus merangkak. Saking optimisnya, Pemerintah Prabowo-Gibran menargetkan pertumbuhan ekonomi 8 persen di tahun 2025. Angka ini sangat fantastis, melebihi prediksi dari Bank Dunia.
Apakah pemerintah akan melakukan kebohongan lagi berkaitan kondisi ekonomi saat ini yang masih diklaim tetap baik-baik saja?
Apakah saat ini merasakan kondisi kehidupan ekosistem ekonomi Anda baik-baik saja? Percaya dengan apa yang pemerintah informasika
Deflasi
Ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Lebih mengerikan mendengar inflasi ketimbang deflasi. Deflasi di isyarat terjadinya kondisi ekonomi makroekonomi sedang sakit. Sialnya, persepsi positif atau negatif deflasi dinarasikan oleh rezim untuk kepentingan politik, propaganda dan atau penipuan publik.
Saat mendengar istilah inflasi, apa yang muncul dalam pikiranmu? Biasanya, kebanyakan orang langsung berpikir tentang harga barang yang terus naik. Sebaliknya, istilah deflasi sering dianggap sebagai lawan dari inflasi, sehingga jarang dinilai berbahaya. Padahal, dampak deflasi bisa sama mengkhawatirkan, khususnya bagi pelaku usaha.
Kemudian, sebenarnya apa arti dari deflasi?
Secara umum, deflasi adalah kondisi ekonomi nasional di mana harga barang dan jasa secara umum mengalami penurunan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Adapun faktor pendukung atau penyebabnya deflasi datang dari isu atau tindakan beragam. Artinya deflasi terjadi adalah peristiwa kompleks. Dalam kebijak yang diambil pemerintah pemicu deflasi salah satu yang paling utama adalah kebijakan moneter.
Kebijakan Bank Sentral (BI) mengambil tindakan untuk menggerek suku bunga. Dampaknya langsung adalah penurunan permintaan kredit masyarakat atau korporasi. Pada akhirnya kebijakan ini berpengaruh laju konsumsi dan juga daya beli masyarakat.
Indikator
Gambaran deflasi sendiri mengindikasikan turunnya harga-harga barang dan jasa. Disebutkan oleh BPS mengatakan deflasi tahunan ini adalah yang pertama kali terjadi sejak Maret 2000. Sebelumnya, Indonesia sempat mengalami deflasi bulanan berturut-turut pada periode Mei-September 2024.
Diketahui, Pada Senin (03/03), Badan Pusat Statistik alias BPS mengumumkan deflasi tahunan pada Februari 2025 tercatat sebesar 0,09% dibandingkan tahun sebelumnya alias year-on-year. Infomasi ini tentunya mengandung keresahan yang mendalam bagi Pemerintah.
Sumber Deflasi
BPS mengatakan sejumlah komoditas pangan dan diskon tarif listrik menjadi penyumbang utama deflasi tahunan yang terakhir terjadi pada awal 2000.
Dilaporkan jika pada Bulan Februari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,48 persen secara bulanan atau month to month atau terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 105,99 pada Januari 2025 menjadi 105,48 pada Februari 2025. Hal ini disampaikan oleh Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin, 3 Maret 2025.
Amalia memberikan informasi dari mana sumber deflasi terjadi. Berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Deflasi kelompok ini tercatat sebesar 3,59 persen dan memberikan andil deflasi 0,52 persen. Komoditas yang dominan mendorong deflasi kelompok tersebut, lanjut Amalia, adalah diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi sebesar 0,67 persen.
Ditambahkan, komoditas yang juga memberikan andil deflasi karena penurunan harga beberapa pangan bergejolak. Salah satunya ialah daging ayam ras, yang harganya turun sehingga memberikan andil deflasi sebesar 0,06 persen. Kemudian, komoditas bawang merah dan cabai merah juga mengalami penurunan harga sepanjang bulan Februari. Pada akhirnya kejadian tersebut memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,05 persen dan 0,04 persen.
Lebih jauh, Amalia menjelaskan, jika dilihat menurut komponen, deflasi yang terjadi pada Februari 2025 utamanya didorong oleh deflasi komponen harga yang diatur pemerintah. Tingkat deflasi pada komponen ini sebesar 2,65 persen.
Kemudian, komponen harga bergejolak juga mengalami deflasi sebesar 0,93 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,16 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah daging ayam ras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, tomat, dan telur ayam ras.
Anomali
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Penulis | : TIM |
Editor | : BIM |
Sumber | : |
Halaman : 1 2 Selanjutnya