DETIKINDONESIA.CO.ID, MAKASSAR – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) menunjukkan komitmen kuat dalam upaya mencegah serta menurunkan angka stunting—kondisi gangguan pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi kronis. Komitmen ini tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bappelitbangda, Setiawan Aswad, dalam sebuah dialog interaktif bertajuk “Gizi dan Pencegahan Stunting” yang berlangsung pada Kamis, 17 April 2025 di Hotel Grand Town, Makassar.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, seperti perwakilan UNICEF untuk wilayah Sulawesi dan Maluku, Nike Frans, Direktur Jenewa Institute Surahman Said, Kepala Dinas Kesehatan Sulsel M. Ishaq Iskandar, serta akademisi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Djunaidi M. Dachlan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Setiawan menegaskan bahwa penanggulangan stunting merupakan agenda prioritas dalam kepemimpinan Gubernur Andi Sudirman Sulaiman dan Wakil Gubernur Fatmawati Rusdi. Fokus ini dituangkan dalam dokumen perencanaan pembangunan lima tahunan dengan memperkuat kolaborasi antara sektor pemerintah dan swasta guna memperluas intervensi gizi dan kesehatan.
“Gubernur Sulsel, Bapak Andi Sudirman Sulaiman, telah mengarahkan agar pencegahan dan penurunan stunting menjadi fokus utama dalam RPJMD 2025. Hal ini dilakukan melalui peningkatan sinergi antara pemerintah dan swasta dalam memperkuat intervensi terhadap stunting dan gizi buruk,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Bappelitbangda akan terus memantau kinerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan penggunaan anggaran melalui aplikasi e-monev serta situs resmi, dengan evaluasi berkala demi memastikan program berjalan efektif di seluruh 24 kabupaten/kota di Sulsel.
“Sebagai koordinator Aksi Konvergensi OPD Pemprov Sulsel, kami akan melakukan pemantauan, evaluasi, dan penilaian terhadap kinerja kabupaten/kota dalam upaya penanganan stunting,” tambahnya.
Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Sulsel menurun dari 27,4 persen menjadi 23,3 persen. Target penurunan selanjutnya, berdasarkan baseline 2023, adalah mencapai 23,9 persen pada 2025 dan 6,1 persen pada tahun 2045.
Upaya inovatif Dinas Kesehatan Sulsel dari 2020 hingga 2024, seperti pendampingan gizi di desa serta intervensi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) berupa pemberian makanan tambahan lokal, multivitamin, dan tablet tambah darah untuk remaja putri dan ibu hamil, telah menunjukkan hasil positif.
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, M. Ishaq Iskandar, menekankan bahwa gaya hidup sehat, termasuk menghindari rokok dan mencukupi kebutuhan gizi anak, adalah kunci utama dalam mencegah stunting. Ia juga menyoroti pentingnya literasi kesehatan di tengah masyarakat.
“Menjalani pola hidup sehat adalah langkah paling sederhana namun efektif dalam mencegah stunting. Bahkan, di daerah dengan ekonomi menengah, kasus stunting tetap ditemukan karena pola asuh dan pola makan yang kurang tepat,” jelasnya.
Ia pun menekankan pentingnya sosialisasi dan edukasi yang mendorong perubahan perilaku masyarakat.
“Melalui dialog interaktif bersama media, diharapkan pesan tentang pentingnya gaya hidup sehat dan pencegahan stunting dapat tersampaikan secara luas,” ujarnya.
Dengan terselenggaranya dialog ini, Pemprov Sulsel berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya pola hidup sehat dan upaya mencegah stunting, demi mencetak generasi masa depan yang lebih sehat dan unggul. (*)
Sumber : Humas Provinsi Sulsel
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : TIM |
Editor | : BIM |
Sumber | : HUMAS PROVINSI SULSES |