DETIKINDONESIA.CO.ID, PAPUA BARAT – Penjabat Gubernur Papua Barat Daya Muhammad Musa’ad mengajak masyarakat di daerah itu untuk mengkonsumsi makanan lokal, seperti sagu dan umbi-umbian sebagai bagian dan upaya membantu pemerintah mengatasi inflasi di wilayah itu.
“Inflasi itu naik karena kebutuhan meningkat, stok terbatas, maka kita perlu sadarkan masyarakat supaya kembali kepada kebiasaan mengkonsumsi makanan khas seperti sagu,” jelas Musa’ad.
Justru, kata dia, makanan tradisional ini memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi untuk tubuh manusia, sehingga perlu penerapan kembali kebiasaan awal untuk memanfaatkan makanan tradisional itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, konkret Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya telah mengambil kata sepakat dengan organisasi perangkat daerah (OPD) bersama seluruh lima kabupaten dan satu kota untuk menyediakan anggaran yang cukup dalam rangka pengendalian inflasi.
“Kita sudah sepakat untuk mengendalikan harga barang, memastikan ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif. Ini berjalan tentu butuh dana maka kita sudah sampaikan kepada OPD untuk siapkan dana,” kata Musa’ad.
Jadi, kata dia, bukan hanya masyarakat yang didesak untuk makan sagu guna mengendalikan inflasi, tetapi peran aktif pemerintah pun dituntut untuk ambil bagian melalui langkah strategis dan konkret.
“Agenda yang nantinya dikerjakan sesuai dengan kesepakatan itu sudah dirangkumkan di dalam roadmap, dan kita pastikan akan berjalan,” beber Musa’ad.
Bagian lain yang terus menjadi perhatian pemerintah adalah ajakan kepada seluruh masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam tanaman produktif seperti, cabai, tobat, terong dan sayuran lainnya.
“Kebiasaan seperti ini perlu dibangun kembali, saya yakin inflasi ini akan menurun,” ungkap Musa’ad.
Bagian lain yang terus menjadi perhatian pemerintah adalah ajakan kepada seluruh masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam tanaman produktif seperti, cabai, tobat, terong dan sayuran lainnya.
“Kebiasaan seperti ini perlu dibangun kembali, saya yakin inflasi ini akan menurun,” ungkap Musa’ad.
Upaya konkret lain, sebut dia, Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya pun berencana menjadikan kawasan di Kabupaten Sorong menjadi lumbung pertanian, mulai dari padi, jagung, sayur-mayur dan tanaman produktif lainnya.
“Kota Sorong sudah tidak ada lahan kosong, sementara Kabupaten Sorong lahannya masih kosong dan luas, itu nanti kita manfaatkan ke depan,” sebut Musa’ad.
Ia tidak menyebutkan secara persisi berapa hektare lahan yang nantinya dijadikan lumbung pertanian. Namun Pemerintah Papua Barat Daya tengah berupaya untuk mengarahkan pembangunan pertanian di wilayah Kabupaten Sorong ke depan.
Kepala BPS Papua Barat Lasmi menyebutkan bahwa inflasi tertinggi terjadi di dua provinsi yakni Papua Barat adalah Kabupaten Manokwari dengan tingkat inflasi 1,43 persen dan Provinsi Papua Barat Daya adalah Kota Sorong mengalami inflasi sebesar 0,18 persen pada Juli 2023.
Penyumbang terhadap inflasi di Kota Sorong adalah angkutan udara sebesar 0,2403 persen, daging ayam ras 0,0582 persen, ikan cakalang 0,0553, ikan oci 0,0473 persen dan ikan teri sebesar 0,0357 persen.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : TIM |
Editor | : YULI |
Sumber | : BICARANETWORK.COM |