Oleh : Gunawan Tidore
LANTUNAN musik khas bangkitkan spirit para petani padi ladang di Desa Kabau saat itu, Bahera (bahasa Sula) namanya.
Kegiatan Bahera itu tak lain adalah proses menumbuk paska panen dengan tujuan untuk memisahkan gabah dan biji padi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bagi warga yang berladang semua pasti tau Bahera. Tapi hanya sebagian kecil orang punya keahlian memainkan Bahera yang menghasilkan musik yang asyik didengar. Ritus ini dilakukan beberapa orang.
Tidak sesakral Padi Huma dan Sasadu di Sahu Kabupaten Halmahera Barat. Tetapi Bahera tidak semata dianggap sebagai satu garis proses produksi padi atau sekedar motif ekonomi konsumsif. Bahera sendiri selain memiliki daya pikat, juga memberi spirit bagi petani padi ladang.
Di Tahaga Taufon (Telaga Tersembunyi) masih menyimpan memori itu. Lokasi ini jaraknya sekitar belasan kilo meter dari desa.
Dikala itu, Tahaga Taufon ladang petani padi terbentang panjang sejauh mata memandang. Sedari dulu warga tempatan berladang tidak sendiri-sendiri.
Warga beramai-ramai meladang. Tiba saat panen, sistem gotong royong jua yang diterapkan. Warga setempat menamainya Wa Lima (Baku ambil tangan).
Setelah melewati proses panjang : Membuka lahan, menanam sampai panen, tiba saatnya untuk menumbuk padi.
Semua orang menunggu momen itu. Seolah semua lelah hilang. Bahkan warga bersemangat untuk menanam kembali.
Penulis | : |
Editor | : |
Sumber | : |
Halaman : 1 2 Selanjutnya