Benarkah FPI dan HTI Masih Bergerak di Bawah Tanah..?

Kamis, 7 April 2022 - 11:12 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

DETIK INDONESIA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa kondisi kebangsaan di Indonesia saat ini semakin tidak mudah. Kelompok-kelompok yang menggunakan agama sebagai alat masih bergerak untuk meraih kepentingannya. “Meski kita mampu membubarkan HTI dan FPI bersama pemerintah, tapi mereka masih berkeliaran di bawah tanah dan bergerak dengan cara mereka,” ujar Ketua Umum GP Ansor itu dalam pembukaan Konferensi Besar XXV GP Ansor di Kalimantan Selatan, Rabu (30/3/2022).

Sebagai kelompok yang dituding, Sekretaris Umum Front Persaudaraan Islam Ali Alatas menilai pernyataan Yaqut menimbulkan kecurigaan antar sesama elemen bangsa.

“Narasi yang dibangun itu baunya itu seolah-olah ini ada yang perlu diwaspadai, membangun kecurigaan antar sesama elemen bangsa, membangun seolah beradu satu sama lain, ini siap siap seolah kita ingin mengadu satu sama lain,” ujar Ali dalam diskusi #Safari24 Total Politik dengan tema “Benarkah FPI dan HTI Masih Bergerak di Bawah Tanah” di Jakarta Selatan (5/4/2022).

Menurut Ali, pernyataan Menteri Agama itu berbahaya sebagai pejabat publik. “Kalau seandainya ini dikatakan oleh Menag (Yaqut) ini justu malah berbahaya, karena dia sifatnya adalah seorang pejabat publik,” ujarnya.

Narasi yang dibangun Menteri Agama itu mengesankan orang-orang eks organisasi FPI yang dibubarkan itu tidak boleh berkegiatan lagi. Padahal hak untuk berorganisasi itu dijamin konstitusi.

“Kenapa narasi yang dibangun adalah narasi yang kemudian cenderung pada memisah-misahkan seolah-olah kemudian orang-orang yang HTI-FPI itu, kesan yang ditangkap seolah olah enggak boleh lagi berkegiatan, berikut serta, berkumpul menyatakan pendapat,” kata Ali.

Menurut Ali, apabila memang ingin membela toleransi, seharusnya cara-cara yang digunakan tidak cara-cara yang intoleran.

“Kalau memang seandainya betul katakanlah ingin membela toleransi, harusnya gunakanlah cara jangan dengan cara intoleran,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta Taufik Damas memandang kapasitas Yaqut Cholil Qoumas saat itu sebagai Ketua Umum GP Ansor yang berbicara dalam Konferensi Besar XXV GP Ansor di Kalimantan Selatan, bukan sebagai Menteri Agama. Pernyataan itu disampaikan di internal organisasi.

Baca Juga :  Bedah Buku Asrul Sani, Bamsoet : PPHN Tampung Seluruh Aspirasi Rakyat

“Pernyataan itu kan disampaikan dalam forum internal, artinya kapasitas beliau ketika ngomong itu sebagai Ketua Umum GP Ansor, bukan sebagai Menteri Agama,” ujar Taufik.

Menurut Taufik, kewaspadaan harus memberikan pencerahan dan pemahaman soal keagamaan dan kebangsaan sehingga tidak selalu dibentur-benturkan di tengah masyarakat.

“Cara berpikir keagamaan dan kebangsaan harus selalu kita asah kemudian didiskusikan menjadi cara berpikir bagaimana menemukan paham keagamaan yang sejalan,” ujarnya.

Taufik menekankan kewaspadaan diperlukan dalam konteks pendidikan sehingga tidak perlu dibenturkan. “Kewaspadaan ini dalam konteks mendidik orang, jadi tidak perlu berhadap-hadapan. Karena cara berpikir orang itu tidak bisa dilarang,” ujarnya.

Sementara itu, Analis Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menganggap pernyataan Yaqut untuk konsolidasi internal di GP Ansor. Namun, dia menangkap kekhawatiran Yaqut sebagai kewajaran karena melihat kelompok eks HTI dan FPI masih membawa nilai-ilai di luar demokrasi.

Baca Juga :  GP Ansor Cidaun Cianjur Gelar PKD di Pesantren Raudhatul Islam

“Menteri agama ini ingin mengonsolidasi internal bahwa di luar kelompok mereka ada kelompok hti dan fpi yang secara kultural masih ada membawa nilai-nilai di luar demokrasi,” kata Adi.

Menurut Adi, sistem politik sebuah negara ditentukan oleh perilaku politik masyarakatnya. Maka ketika ada ide di luar perilaku politik masyarakat akan cenderung mengakibatkan keributan.

“Baik-buruknya sistem politik ditentukan oleh perilaku masyarakat memandang sistem politik itu. Maka ketika ada ide yang di luar perilaku politik masyarakat maka cenderung mengakibatkan keributan,” kata Adi.

Di Indonesia, demokrasi menjadi sistem politik yang dikedepankan di atas suku, agama dan bangsa. Melihat sejarah Indonesia ke belakang, ide-ide soal syariat Islam dan khilafah sudah mewarnai diskursus politik Indonesia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Penulis : Tim
Editor : Harris
Sumber :

Berita Terkait

KNPI Goes To Campus: Mempersiapkan SDM Unggul Pemuda Menuju Indonesia Emas 2045
Abdurrahim Fabanyo, Ajak Warga Pulau Morotai, Coblos nomor Urut 1
Berangkat Ke Korsel, Ali Mochtar Ngabalin Menerima Gelar Profesor
Setelah Didukung Raja Atiati, Samaun Dahlan dan Donatus Nimbitkendik Konfrensi Pers Hari Ini Dengan Jargon SANTUN
Walikota Memberi Jawaban Atas Pembuatan Raperda Laporan Pertanggungjawban Pelaksanaan APBD Kota Tidore
Rapat Paripurna Ke 6, Walikota Tidore Kepulauan Menyampaikan RPD Tentang LPP 2023
Tokoh Adat Minta Ibu Safitri Malik Soulisa Pimpin Buru Selatan Periode Kedua
Sabet Penghargaan Nasional, Capt Ali Ibrahim, Satu – Satunya Walikota Terbaik di Maluku Utara

Berita Terkait

Selasa, 21 Januari 2025 - 13:32 WIB

Nahas Satu Unit Mobil Boks, di Ternate Terbalik 

Selasa, 21 Januari 2025 - 09:34 WIB

Merawat Kebersamaan Untuk Berbagi Kebaikan, Milad Perdana IKA Fakultas Hukum Unkhair 

Senin, 20 Januari 2025 - 18:32 WIB

Gunung Lewotobi Kembali Muntahkan Abu Vulkanik, 7 Desa Waspada Banjir Lahar

Senin, 20 Januari 2025 - 15:05 WIB

Pemkot Tidore Terima Penghargaan Daerah Pelopor Transformasi Digital

Senin, 20 Januari 2025 - 13:18 WIB

PT. Wanatiara Persada Tingkatkan Pelayanan Kesehatan Melalui Program Insentif Nakes

Senin, 20 Januari 2025 - 12:02 WIB

Pedagang Keluhkan, Sampah dan Drainase di Pasar Barito Ternate

Minggu, 19 Januari 2025 - 16:05 WIB

Mahalnya Harga Sewa Lapak, Pedagang Pasar Barito Ternate Terbebani

Minggu, 19 Januari 2025 - 11:57 WIB

Tanggapan Komunitas Law Fighters terhadap Putusan Tipikor 300 Triliun, Et Ipsa Scientia Potestas 

Berita Terbaru

Daerah

Nahas Satu Unit Mobil Boks, di Ternate Terbalik 

Selasa, 21 Jan 2025 - 13:32 WIB