Medan juang Kohati semakin luas dan kompleks, apalagi HMI. 75 tahun adalah usia penentuan jika mengacu pada teori organisasi. Usia 75 tahun adalah usia dimana sebuah organisasi akan mudah terjebak pada kejumudan. Malas keluar dari zona nyaman, malas berpikir, dan sibuk bertarung dan berdebat pada persoalan yang melumpuhkan daya kritis dan juang organisasi. Bahkan secara perlahan mematikan keyakinan pada nilai-nilai kebenaran, dan mempengaruhi moral individu anggota organisasi. Sebelum terlambat, mari lebih berani berjuang agar HMI bergerak maju dengan gagah dan kokoh. Berani membuat keputusan yang diyakini benar, berani melakukan perubahan, berani berinovasi, berani menyampaikan ide dan gagasan, berani melangkah maju dengan segala resikonya. Dan salah satu langkah yang harus dilakukan adalah Break the Bias di dalam HMI, sehingga tercipta iklim yang sehat bagi kader perempuan dan laki-laki untuk dapat berproses dengan maksimal sesuai dengan semangat dan potensinya yang dimilikinya.
Keberanian tersebut akan mengantarkan HMI menjadi bagian dari Indonesia Emas. Terlebih dahulu, HMI akan lebih bisa memastikan kader-kadernya adalah bagian yang menyumbang sumber daya manusia dalam bonus demografi Indonesia, bukan sebaliknya. Visi tanpa keberanian maka lajunya akan lambat bahkan jalan ditempat. Perjuangan ini bukan hanya tanggungjawab HMI, tetapi juga Kohati sebagai organisasi mahasiswi. Maka, bukan tanpa alasan bahwa Break the Bias harus HMI lakukan agar dalam mengikhtiarkan mission sacre, HMI dan Kohati adalah partner berjuang yang setara.
Bersama HMI Menuju Indonesia Emas
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
HMI adalah organisasi progresif revolusioner, dengan tujuan besarnya yakni “mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT”. Berjumlah 231 cabang yang tersebar dari timur hingga barat Indonesia, ratusan ribu kader dan alumni, hingg networking yang luas adalah kekuatan yang sangat besar untuk membangun bangsa Indonesia mencapai kejayaan di usia emasnya pada tahun 2045. Untuk mewujudkannya, HMI sejak sekarang harus berani melakukan perubahan melalui kebijakan dan inovasi yang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan kader. Yang salah harus diperbaiki dan yang usang harus diperbaharui.
Tentunya ini bukan kerja yang mudah dan bukan kerja perorang atau sebagian kelompok. Dibutuhkan kolaborasi aktif, baik antar anggota dan lembaga di setiap tingkatan. Praktek gaya kepemimpinan konvensional harus ditinggalkan. Yakni gaya kemimpinan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, salah satunya adalah gaya kepemimpinan otoriter. Dimana segalanya hanya terpusat pada pimpinan lembaga, atau kelompok yang berkuasa. Selain itu, gaya kepemimpinan konvensional menciptakan hubungan yang kaku antara pimpinan dan anggotanya. Sehingga hal ini akan berimbas pada kinerja, semangat, dan daya inovasi organisasi.
Gaya kepemimpinan perlu disesuiakan dengan zaman dan dengan siapa yang dipimpin. Saat ini kita sedang berada pada era disrupsi, dimana kemajuan teknologi merubah setiap tatanan kehidupan masyakarat. Disamping itu, kader HMI aktif saat ini terdiri dari dua generasi yakni generasi milennial (Y), dan generasi post-milennial (Z). Namun yang sangat mendominasi adalah gen Z, yakni generasi kelahiran tahun 1997-2012. Generasi milennial adalah generasi yang lahir ditengah perkembangan produk teknologi, sehingga gaya hidup masyarakat millennial dipengaruhi oleh teknologi. Sedangkan Gen Z, disebut juga sebagai iGeneration atau generasi internet atau generasi net. Mereka selalu terhubung dengan dunia maya dan dapat melakukan segala sesuatunya dengan menggunakan kecanggihan teknologi yang ada. Selain itu, menyimpulkan dari berbagai sumber, karakteristik kedua generasi ini adalah generasi yang mahir teknologi, berkomunikasi menggunakan teknologi (media sosial), suka dengan yang serba cepat dan instan, multitasking, cerdas dan kritis pada kondisi sosial, dan berambisi tinggi. Dan khususnya bagi generasi Z, mereka adalah generasi yang sangat cepat beradaptasi dan menyukai hubungan setara baik antara laki-laki dan perempuan, juga hubungan senior dan junior. Menariknya, generasi Z adalah generasi yang menyukai kerja kolaboras, tapi dilain sisi mereka mampu bekerja mandiri karena memiliki ambisi kuat dan sikap pragmatisnya. Maka, dapat dibayangkan jika mereka dipimpin dengan cara yang konvensional dan kaku, besar kemungkinannya mereka akan menjauh dan tidak tertarik untuk masuk HMI.
Kepemimpinan kolaboratif adalah kepemimpinan yang memastikan keterlibatan setiap anggota/individu yang ada dalam organisasi. Keterlibatan yang dimaksud bukan hanya melakukan kerja bersama dalam menyukseskan suatu agenda, tetapi juga keterlibatan dalam menyusun ide dan gagasan. Artinya bahwa, ada knowledge collaboration dalam implementasi kepemimpinan kolaboratif sehingga kerja-kerja organisasi dilakukan dengan bobot ide dan gagasan yang matang serta dipahami dan dimiliki oleh semuanya.
Seiring dengan langkah pembaharuan gaya kepemimpinan organisasi, juga yang perlu dilakukan adalah pembaharuan manajemen organisasi. Telah disampaikan dalam pidato Ketua Umum PB HMI pada malam puncak Dies Natalis HMI 75 Tahun, bahwasannya sudah saatnya digitalisasi organisasi diwujudkan. Dimana sebelum-sebelumnya “go digital” hanyalah sebagai semboyan dan menjadi program yang tidak tuntas. Manajemen organisasi berbasis digital sudah tidak boleh lagi diulur-ulur, harus segara terwujud dan dapat digunakan sebagai instrument utama operasional organisasi. Melalui digitalisasi organisasi, maka akan dapat mengefesienkan kerja-kerja organisasi, dan mempermudah melakukan kontrol dan evaluasi secara makro kepada cabang hingga komisariat. Sehingga ini akan sangat berpengaruh kepada kecepatan pencapaian tujuan organisasi.
Selanjutnya adalah inovasi gerakan. Manajemen isu rasa-rasanya hanya menjadi teori dalam ruang-ruang diskusi dan training organisasi. HMI dengan angka dan kualitas SDM memadai harusnya mampu melakukan langkah-langkah strategis dalam menyikapi isu-isu terkini, baik di tingkat nasional hingga internasional. Tetapi dapat dilihat dan dirasakan, gerakan perjuangan HMI semakin dipertanyakan. Bukan karena minimnya SDM, atau individu anggota yang lack quality, tetapi karena HMI sebagai organisasi tidak mengorganisir seluruh potensi yang ada untuk membangun inovasi gerakan. Padahal dengan pengetahuan dan kemampuan manajemen isu, jika ini dipraktekkan dengan benar dan sebaik-baiknya sebagai organisasi, maka sudah barang tentu HMI mampu melakukan perubahan dan mempengaruhi arah kebijakan pembangunan bangsa.
Terakhir, pembaharuan sistem perkaderan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa anggota HMI saat ini didominasi oleh Gen Z (post-milennial). Konsekuensinya, HMI harus melakukan pembaharuan perkaderan agar sesuai dengan kebutuhan kader dan perkembangan zaman. Pertama, kurikulum training formal perlu disesuikan dengan kebutuhan perjuangan dan pembangunan HMI menuju Indonesia Emas. Salah satunya adalah, perlunya menginternalisasikan isu keperempuanan ke dalam kurikulum LK 1, LK 2 dan LK 3 dan juga training informal yang ada. Yakni, materi keperempuanan menjadi materi wajib dalam training formal HMI. Misi utamanya adalah untuk Break the Bias, dan membangun pemahaman yang komprehensif terkait keperempuanan kepada seluruh kader HMI. Hal ini sejatinya juga menjadi misi Kohati, juga sebagai bidang internal HMI, adalah menyebarkan pengetahuan dan membangun pemahaman di internal HMI tentang isu keperempuanan. Artinya bahwa, memasukan materi keperempuanan ke dalam kurikulum training formal HMI adalah salah satu ikhtiar yang diamanahkan oleh konstitusi. Jika selama ini yang dipahami hanya Kohati (sekalipun masih banyak yang salah paham), perlu dinaikkan tingkatnya untuk memahami lebih luas dan dalam, tidak hanya tentang Kohati tetapi juga isu keperempuanan. Selain itu, untuk mencapai Indonesia, salah satu target pembangunan Indonesia adalah menghapus segala bentuk ketidakadilan dan diskriminasi bagi perempuan. Maka, memaksimalkan pembangunan gender di internal HMI menjadi salah satu langkah utama jika ingin berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia Emas, dan tentunya menyongsong HMI Emas di tahun 2047.
Maka, dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan organisasi yang dijelaskan di atas, saya yakin HMI akan siap menyambut Indonesia Emas dan menjadi bagian strategis yang menentukan arah bangsa. Tentunya masukan di atas belum sempurna, apalagi jika hanya berhenti menjadi saran semata.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Penulis | : Imayati Kalean |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2