Ia bahkan mencurigai adanya intervensi dalam proses pemeriksaan di Subdit Waprof Polda Malut. Menurutnya, seorang anggota berinisial IB sempat membatasi haknya untuk menggunakan kuasa hukum serta membawa kasus ini ke media.
“Saya mau pakai pengacara, tapi Pak IB bilang tidak perlu. Saya mau kasih lihat bukti ke media, dia juga melarang. Saat pemeriksaan, jawaban saya selalu dianggap berulang. Saya bingung, seperti tidak ada pembelaan sama sekali,” cetusnya.
Bukti Rekaman Tak Pernah Diputar
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Andriani juga menyoroti bukti rekaman suara yang ia serahkan ke penyidik namun tak pernah diputar dalam sidang. Rekaman itu berisi percakapan Bripka RT dengan selingkuhannya, yang membahas rencana perceraian dan pernikahan dinas mereka.
“Dalam rekaman itu suami saya bilang ke selingkuhannya, kalau saya sudah diceraikan, mereka akan menikah secara dinas. Saya ingin rekaman ini diputar supaya ada bukti jelas, tapi justru diabaikan,” tegasnya.
Kini, Andriani berharap Kapolda Malut turun tangan dan memberikan sanksi lebih berat kepada suaminya. “Saya hanya ingin keadilan. Jika hukum di kepolisian benar-benar tegak, seharusnya tidak ada keberpihakan,” pungkasnya.