DETIKINDONESIA.CO.ID, SRAGEN – Kabupaten Sragen dikenal sebagai daerah agraris dengan sekitar 60% warganya menggantungkan hidup di sektor pertanian. Posisi strategis ini menjadikan Sragen sebagai penyumbang padi terbesar kedua di Jawa Tengah dan peringkat kesembilan secara nasional. Hal ini disampaikan Bupati Sragen, Sigit Pamungkas, dalam agenda Panen Raya Serentak di 14 provinsi yang turut dihadiri Presiden RI, Prabowo Subianto, pada Senin (7/4/2024).
“Capaian ini merupakan hasil dari kegigihan keluarga petani yang tetap setia menggeluti profesinya, meski banyak tantangan yang mereka hadapi,” ungkap Bupati Sigit.
Di balik pencapaian tersebut, terdapat kenyataan pahit yang dialami para petani. Seperti yang diungkapkan Suhardi, anggota Kelompok Tani Dewi Sri IV saat berbincang langsung dengan Bupati di Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kalau harga beras sedang bagus, kami bisa dapat Rp 500 ribu per bulan. Tapi saat harga jatuh, penghasilan bisa turun jadi Rp 300–400 ribu. Bahkan ada saatnya kami merugi,” kata Suhardi.
Ia menjelaskan, dalam setahun petani bisa meraup sekitar Rp 30 juta dari tiga kali panen. Namun setelah dikurangi biaya sewa lahan sebesar Rp 13 juta dan biaya produksi seperti penyiangan dan pemupukan sekitar Rp 12 juta, petani hanya mengantongi keuntungan bersih sekitar Rp 5 juta per tahun.
Kondisi ini, menurut Bupati Sigit, kerap mendorong petani berutang ke lembaga keuangan, bahkan ke bank keliling atau “bank thitil” dengan bunga tinggi. Risiko terbesarnya, petani bisa kehilangan aset jika tak mampu membayar.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : TIM |
Editor | : BIM |
Sumber | : SRAGENKAB.GO.ID |
Halaman : 1 2 Selanjutnya