Menurut Umam karakter politik PDIP bukan hanya terkait kepentingan individu atau keluarga, tetapi bagian dari nilai jual partai yang memiliki basis pemilih loyal wong cilik dan Soekarnois. “Bisa dipahami adanya jargon seperti ojo pedot poyote atau jangan patah akarnya. Siapa akarnya itu? Dalam konteks ini ya basis Soekarnoisme. Siapa yang mewarisi basis Soekarnoisme itu, dalam hal ini ya trah Soekarno,” katanya.
Kredit Foto: Instagram/Puan Maharani
Menurut Umam, pencalonan Puan Maharani dan kekuatan posisi partainya dalam pertarungan di Pilpres 2024 akan dilihat dari tiga hal. Pertama, penguasaan PDIP pada level teritorial, dalam hal ini jumlah kepala daerah.
Kedua, instrumen negara. Meski secara teoritik instrumen lembaga negara tak bisa dikendalikan kepentingan politik tertentu, dalam konteks politik tetap berpengaruh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini yang menjadi pertaruhan besar. Ada ratusan kepala daerah yang selesai masa jabatannya pada 2022-2023. Siapa yang berpengaruh akan menguasai jaringan basis pemilih. PDIP potensial memiliki kekuatan besar di wilayah itu,” tutur Umam.
Faktor ketiga, kata Umam, posisi Puan sangat ditentukan bagaimana positioning putusan Megawati terkait dengan nama Ganjar Pranowo yang juga membayangi akar politik PDIP. “Dua nama (Puan dan Ganjar) itu membayangi akar politik PDIP saat ini,” ujarnya.
Penulis | : Tim |
Editor | : Michael |
Sumber | : Wartaekonomi.co.id |
Halaman : 1 2