Degradasi Konsepsi Gerakan Mahasiswa

Jumat, 24 Februari 2023 - 15:40 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Hasrul (Mahasiswa Universitas Negeri Makassar

DETIKINDONESIA.CO.ID – Pemuda telah membersamai sejarah panjang bangsa indonesia, mulai dari fase pra kemerdekaan hingga pasca proklamasi. Khususnya elemen Mahasiswa yang banyak bergerak dalam menuangkan pikiran-pikirannya mengenai konsep sebuah bangsa yang merdeka. Namun mahasiswa tidak bergerak dalam bentuk individual, melainkan ada satu wadah yang mengikat untuk bergerak bersama,dalam hal ini adalah sebuah Organisasi.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa organisasi sangat berperan penting dalam membentuk karakter dan memberi pengalaman hidup berkelompok, Bahwa organisasi adalah miniatur terkecil sebuah Negara. Sehingga menjadi pencetak para calon pemimpin-pemimpin masa depan bangsa, Pemimpin yang baik tentu lahir dari rahim (Organisasi) yang sehat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebab lingkungan menjadi bagian terpenting dalam membentuk sifat dan sikap seseorang.
Bisa kita lihat dari sejarah gerakan mahasiswa yang hadir dalam memperjuangkan kemerdekaan, seperti hadirnya sumpah pemuda ke dua pada 28 Oktober 1928 sebagai bentuk semangat juang dan kesatuan. Tentu dipantik dari kesadaran hidup berkelompok dan saling mengisi kekosangan tanpa melihat ras dan agama, tanpa rasisme dan diskriminasi.

Sehingga, setelah kurang lebih 17 tahun Sumpah Pemuda ke dua, Indonesia kemudian berada pada pintu gerbang kemerdekaaan. Meski banyak melalui pergolakan-golakan pemikiran, seperti terjadinya beda pandangan antara Kaum Muda dan Kaum Tua, sehingga terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Baca Juga :  Dinilai Gagal Mengelola Angaran Desa, Kades Guruapin di Demo Oleh Warganya

Bahkan setelah proklamasi, Mahasiswa sangat berperan penting dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa indonesia. Semangat Kemahasiswaan yang terbungkus dalam wadah-wadah yang disebut organisasi terus lahir. Seperti Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) ditahun 1947, dua tahun setelah Kemerdekaan Indonesia.

Mahasiswa telah menyumbangkan banyak gagasan, konsepsi dan argumentasi-argumentasi dalam banyak bidang ilmu pengetahuan, Khususnya dalam gerakan-gerakan perlawanan. Nyatanya setelah indonesia merdeka (Dibacakannya Proklamasi), lalu kemudian di pimpin oleh kaum tua (Soekarno dan lainnya), para pemuda dalam hal ini Mahasiswa terus menjadi bagian penting dalam menyeimbangkan keutuhan republik dan sebagai mitra kritis pemerintah.

Disaat pemerintah kemudian tidak bekerja sebagaimana mestinya, yang harusnya bertanggung jawab dalam kesejahteran masyarakat dan keberlangsungan hidup bernegara, maka lagi-lagi Mahasiswa hadir sebagai Agent Control sosial dan menyuarakan aspirasi-aspirasi Masyarakat, sebagai jembatan keadilan, antara Rakyat dan Pemerintah.

Seperti yang terjadi dimasa kepemimpinan Soekarno, hadirnya gelombang gerakan massa yang membawa tiga tuntutan utama yang dikenal sebagai TRITURA (TRI TUNTUTAN RAKYAT).

Soe Hok Gie menjadi salah satu simbol pemuda dan mahasiswa yang senantiasa dijalur perlawanan, dengan konsep pemikiran idealnya dalam memandang kehidupan kesejahteran sosial. Bahkan ia menganggap bahwa generasi baru ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau. Gie menjadi sosok yang tak pernah tergiur dengan kekuasaan, ia telah mengambil bagian dalam peruntuhan orde lama (Kepemimpinan Soekarno).

Baca Juga :  Pabowo - Ganjar Dalam Pengembalaan Politik Kekuasaan Jokowi, Pemilu Berpotensi Curang

Bahkan disaat kawan seperjuangannya memilih menjadi bagian dari pemerintahan di Orde Baru, ia terus pada garis idealismenya. Baginya, lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan. Gie adalah satu diantara banyak mahasiswa yang terus bergerak dalam memperjuangkan hak-hak rakyat dan menyuarakan kebenaran. Mahasiswa sudah seharusnya terus mengkritisi dan mengawal isu-isu kebijakan politik pemerintah. Namun hari ini, kita bisa melihat kondisi pergerakan mahasiswa.

Secara kasat mata kita melihat banyak aktivis yang berteriak lantang dijalan namun dibelakang layar malah asik berdansa dengan penguasa. Banyak gerakan yang sangat prgamatis hadir ditengah-tengah kerancauan sistem pemerintahan. Banyak organisasi-organisasi yang membawa kepentingan kelompoknya masing-masing, bukan lagi sebagai wadah juang yang ideal.

Kecenderungan Mahasiswa yang Pragmatis mempengaruhi konsep gerakannya yang menjadi sangat prematur.

Bahkan dewasa ini, kultur kajian dan literasi sangat minim, Budaya intelektual semakin memudar. Mahasiswa tidak lagi bertarung gagasan dan saling menawarkan konsep ideal, melainkan sibuk mementingkan diri sendiri dan menghadirkan sekte-sekte kelompok. Sehingga tidak ada solidaritas yang hadir dalam setiap gerakan yang dibangun. Sebab masing-masing organisasi sering kali mengedepankan ego sektoral ketimbang berkumpul diakar rumput untuk menawarkan penyatuaan gerakan yang massif dan jangka panjang. Maka hari ini, kita sudah seharusnya Rekontruksi Konsepsi gerakan dan Rekonsolisasi kepentingan sektoral.

Baca Juga :  Kongklomerasi dan Dikuburnya Hidup-hidup Demokrasi di Indonesia

Mahasiswa harus kembali pada fitrah juangnya, mengisi ruang-ruang kosong dengan kultur kajian dan literasi. Bertarung gagasan dan wacana kontemporer. Bergerak dijalan dengan isu yang jelas, membawa aspirasi Rakyat, mengesampingkan ego sektoral, dan tak tergiur dengan wejangan-wejangan yang diberikan oleh kekuasaan. Karna hari ini, Citra Aktivis sangat buruk dimata masyarakat, sedangkan kebanyakan dari mereka bersuara atas nama Rakyat.

Olehkarena itu, perlu refleksi diri, mensucikan niat gerakan, mengambil kembali empati masyarakat, lalu bergerak bersama meruntuhkan segala bentuk ketidakadilan.

Jalanan akan selalu menjadi sajadah panjang untuk berjihad dijalan kebenaran, sekret-sekret kawan-kawan pergerakan harus menjadi tempat mencetuskan ide-ide pembaharu, menawarkan segala bentuk konsep yang ideal. Mahasiswa harus betah dengan penderitaan dirinya demi memperjuangkan kemaslahatan ummat yang banyak.

Bukan malah rela terbungkam demi kemewahan yang diberikan oleh penguasa yang pongah dan asik berdansa dengan para pemimpin yang korup. sebab pemuda adalah harapan besar, pemuda harus menjadi generasi baru pendorong perubahan. Idealisme pemuda harus terus terjaga. seperti yang dikatakan oleh Tan Malaka Bahwa Idealisme adalah Kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh Pemuda.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Penulis : Hasrul
Editor : Fiqram
Sumber :

Berita Terkait

Presiden Prabowo Tentang Urgensi Patuh Pada Sistem Hukum dan Undang-Undang
Gereja Suku menutup Pintu penginjilan
Transformasi Distribusi Energi: Dari Pengecer ke Sub Pangkalan dalam Kebijakan LPG 3kg
Periode Kerja Untuk Swasembada Energi
Tidak Dipakai Di Pemerintahan Baru, Mantan Menlu Retno Marsudi Moncer Di Kancah Nasional dan Internasional
Sebuah Langkah Nyata Dari Anies Baswedan Menuju Kepemimpinan yang Visioner
Kepemimpinan dan Arah Kebijakan Energi
Pemuda Gereja Diharapkan Membudayakan Baca Buku

Berita Terkait

Selasa, 4 Februari 2025 - 14:27 WIB

Pj WaliKota Sorong Ikuti Rapat Koordinasi Persiapan Pelantikan Kepala Daerah 2025

Selasa, 4 Februari 2025 - 14:21 WIB

Pemprov PBD Harap Sorong Modern City Jadi Daya Tarik Wisata

Selasa, 4 Februari 2025 - 14:04 WIB

Kursi Sekda Buru Selatan Masih Kosong, Usai Makatita Mundur

Senin, 3 Februari 2025 - 19:01 WIB

Pemda Bursel Usul 532 Tenaga P3K ke BKN

Senin, 3 Februari 2025 - 14:09 WIB

Beasiswa Jadi Peluang, Kemenag Berharap Civitas Akademika Institut Bhakti Negara Tegal Memanfaatkannya

Minggu, 2 Februari 2025 - 16:13 WIB

Pemkot Tidore Lakukan Refokusing Anggaran, Perjalanan Dinas ASN dan DPRD ‘tapotong’ 50 Persen

Sabtu, 1 Februari 2025 - 21:20 WIB

Pemprov DKI Kembali Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Kurangi Potensi Banjir

Sabtu, 1 Februari 2025 - 17:01 WIB

Ngopi Bareng Kohati Cabang Ternate: Perempuan Kepulauan dan Tantangan Ketahanan Pangan

Berita Terbaru

Komisi IV DPR RI melakukan Rapat Kerja dengan Dirut Perum Bulog, Wahyu Suparyono membahas program kerja anggaran tahun 2025 pada Selasa (4/2/2025)

Nasional

Bulog Pastikan Cadangan Beras Aman Jelang Ramadan

Rabu, 5 Feb 2025 - 10:43 WIB

Nasional

Apa Itu Subpangkalan LPG 3 Kg dan Bedanya dengan Pengecer?

Rabu, 5 Feb 2025 - 10:34 WIB

Teraju

Gereja Suku menutup Pintu penginjilan

Rabu, 5 Feb 2025 - 10:20 WIB