Selain itu, kata dia, Andika merupakan nama baru yang bila menemukan momentumnya, bisa melejit elektoralnya. “Namun yang relatif baru menjadi perbincangan publik, belum terlalu menjadi pergunjingan yang bising dibicarakan rakyat,” tuturnya. Selanjutnya, dia menilai elektabilitas Anies Baswedan bisa stagnan bahkan tergerus karena variabel downgrade lawan politik. “Dan variabel tidak punya panggung politik lagi di tahun 2023, apakah namanya tetap santer menjadi perbincangan lalu lintas pembicaraan publik,” pungkasnya. Sementara itu, Pengamat Politik Tony Rosyid menilai duet Anies – Andika tetap berpeluang. “Kuncinya pertama, ada di elektabilitas Andika. Jika elektabilitas Andika cukup bagus, dan dipasangkan dengan Anies juga bagus, maka ini akan menjadi pertimbangan partai,” ujar Tony Rosyid kepada SINDOnews secara terpisah.
Kedua, kata dia, keseriusan dan intensitas Andika berkomunikasi dengan partai. “Kalau Andika bisa membawa satu partai misalnya, ini akan menjadi daya tawar cukup berarti ke Anies dengan semua partai pengusungnya,” jelasnya. Dia pun mengingatkan bahwa Andika dalam posisinya saat ini sebagai Panglima TNI punya pengaruh cukup besar di lapisan prajurit. “Dalam konteks suara, tidak hanya prajurit, tapi juga keluarga besarnya. Kalau akhir 2022 nanti Andika pensiun, pengaruh untuk 2023 saat pendaftaran pilpres masih tetap ada,” ujar Tony. Dia menambahkan, selain pengaruhnya pada prajurit, Andika sebagai Panglima TNI juga punya cukup akses terhadap orang-orang yang potensial membantu logistik untuk kebutuhan kampanye. “Anies juga akan dapat manfaat ketika didampingi oleh militer yang punya pengaruh di TNI, ini dapat mengamankan suara jika terjadi unsur kecurangan. Setidaknya, dengan adanya Andika, kebocoran suara pemilu bisa dikontrol dan diminimalisir,” ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa mengingat kecurangan dan kebocoran suara sering terjadi dalam pemilu dan masih sangat rawan, maka peran tim yang memiliki jaringan sampai tingkat bawah sangat dibutuhkan. Setidaknya, kata dia, untuk mengawasi dan mengontrol agar pemilu jujur dan adil. “Tapi, bagaimanapun, cawapres akan sangat ditentukan oleh koalisi partai-partai pengusung. Yang menjadi pertimbangannya: pertama, elektabilitas. Kedua, logistik. Ketiga, tambahan partai pengusung. Tiga hal ini yang biasanya menjadi penentu dalam rekrutmen cawapres,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penulis | : Tim |
Editor | : Harris |
Sumber | : Sindonews |
Halaman : 1 2