DETIKINDONESIA.CO.ID, JAKARTA – Terletak di garis khatulistiwa dan memiliki ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara megabiodiversitas di dunia dengan kekayaan alam yang tak terhingga, khususnya keanekaragaman hayati tanaman. Indonesia juga menawarkan habitat yang ideal untuk berbagai jenis flora.
Hal itu yang membuat PT. Nose Herbalindo untuk mengeksplorasi manfaat atas kekayaan tanaman lokal Indonesia yang akan digunakan sebagai bahan baku produk kosmetik yang inovatif, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Dengan menjalin kolaborasi antara PT. Nose Herbalindo dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang diimplementasikan melalui Penandatanganan Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerahasiaan di Gedung BRIN, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (1/4/24) siang.
PT. Nose Herbalindo dan BRIN bersama-sama sepakat untuk menggali potensi tersebut dalam melakukan penelitian dan pengembangan. Dimana tujuannya untuk meneliti dan mengidentifikasi tanaman-tanaman berkhasiat yang terdapat di Indonesia guna diolah menjadi sediaan bahan baku produk kosmetik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Manager Research & Development PT Nose Herbal Indo, Netty Kristina mengakui bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam tak terhingga. “Keanekaragaman ini tidak hanya menawarkan keindahan estetika tetapi juga menyimpan potensi besar untuk pengembangan ilmu pengetahuan, kesehatan, dan industri.
Netty berharap project pertama dengan BRIN ini berjalan baik dan lancar, agar kedepannya PT Nose Herbal Indo bisa melakukan kerjasama dengan beberapa lembaga pemerintahan lainnya, guna menunjang budidaya tanaman Indonesia sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan di industri kosmetik.
“Kerjasama PT Nose Herbal Indo dan BRIN diharapkan dapat membuka peluang baru bagi industri kosmetik Indonesia untuk bersaing di pasar global. Dengan produk yang unik dan berkualitas tinggi dalam penggunaan bahan baku lokal. Semoga proyek ini bisa memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat lokal melalui pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan pengembangan keahlian dalam pengolahan bahan baku tersebut,” harapnya.
Maka dengan itu, lanjut Netty, “Nose bersama BRIN akan lakukan penelitian dan pengembangan bersama sehingga dapat mengidentifikasikan sejumlah tanaman berkhasiat yang terdapat di Indonesia untuk diolah menjadi kesediaan bahan baku produk kosmetik.
Sebelumnya Nose telah bekerja sama dalam hal Join Research dengan beberapa top Universitas di Indonesia. Untuk kali pertamanya Nose menggandeng BRIN guna melakukan penelitian dan pengembangan bersama. “Semoga kurang dari setahun, hasil kerjasama penelitian tersebut dapat terealisasikan.
“Dengan kolaborasi ini semoga kedepannya dapat meningkatkan kerjasama yang lebih erat antara pemerintah dengan pelaku usaha di industri kosmetik. Memanfaatkan potensi sumber daya alam, khususnya tanaman-tanaman berkhasiat di Indonesia untuk diuji khasiatnya agar dapat digunakan sebagai bahan baku kosmetik,” paparnya.
Saat ini Nose tidak hanya fokus pada industri komestik. Nose telah melakukan ekspansi ke pasar food dan suplemen mulai tahun ini. “Tidak tertutup kemungkinan kerjasama penelitian ini juga meliputi potensi sumber daya atau bahan baku yang dimanfaatkan untuk food dan suplemen. Namun, kerjasama penelitian ini masih fokus untuk industri kosmetik, khususnya produk anti acne dan brightening,” ungkapnya.
Pada acara itu dihadiri oleh R. Hendrian (Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN), Mr. Kim Ho (Direktur), Janne Natta Kusuma (Direktur), Halim (Komisaris), Sri Rahayu (GM Marketing), Aling (Assistent Direktur), Adid dan Anita (Public Relation), serta disaksikan oleh awak media yang turut meliput serimonial tersebut.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : Michael |
Editor | : Michael |
Sumber | : Special Report |