Di kediaman orang tua Anas, kehadiran mereka diterima oleh Anna Luthfie, adik kandung Anas Urbaningrum yang mewakili keluarga. Sebelum ke Blitar, rombongan lebih dulu mampir ke Sidoarjo dan Mojokerto. Mereka menapaktilasi jejak Kerajaan Majapahit.
Di Blitar, selain di kediaman orang tua Anas Urbaningrum, rombongan juga mengunjungi Candi Simping Kademangan yang merupakan tempat pendarmaan abu jenazah Raja Pertama Majapahit Raden Wijaya. “Di Blitar, setelah ini kami ke Candi Simping,” kata Pasek.
Dalam orasi politiknya Gede Pasek juga menyinggung Anas Urbaningrum. Ia menyebut Anas putra Blitar seperti Putra Fajar Nusantara yang dimatikan karir politiknya, tapi tidak bisa mati. Alat bukti yang dipakai menjerat Anas dalam dakwaan korupsi, kata dia, sangat sumir dan lemah. Pasek optimis matahari kebenaran akan terbit dan kebenaran akan menang. “Saya yakin hukum karma akan berjalan,” tegas Pasek.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Soal PKN, Pasek mengatakan hari ini Nusantara dalam keadaan belum bangkit. Hal itu disebabkan hilangnya spirit kenusantaraan yang berakibat lenyapnya jati diri bangsa. Pasek menilai sudah saatnya Nusantara atau Indonesia bangkit. Nusantara yang bersatu dalam persahabatan (Mitreka Satata) seperti sesanti Majapahit. “Itu alasan kenapa PKN harus ada,” kata Pasek.
Seperti diketahui, peringatan Hari Nusantara di kediaman ibunda Anas Urbaningrum juga dihadiri Wakil Bupati Blitar Rahmat Santoso. Rahmat juga memberi sambutan yang intinya mendorong para kader PKN untuk tetap bersemangat. Sementara itu dari Blitar, rombongan Gede Pasek langsung meluncur ke Yogyakarta untuk bersilaturahmi ke rumah istri Anas Urbaningrum merupakan keluarga Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak
Penulis | : Tim |
Editor | : Harris |
Sumber | : Sindonews |
Halaman : 1 2