Inilah bulan seribu bulan, keutamaan dan kemuliaan tiada bernadir. Hitungan sekedar tanda, kenyataannya tiada terkata. Bertabur isyarat kepada jiwa. Datanglah ke gerbang, jangan terlambat, datang bersama raga dan jiwamu. Bawa serta kotoran di dada, agar dibasuh di sungai ampunan. Bawa juga angkuh dan sombong, akan dibakar di tungku kasihNya. Bawa serta dendam kesumat, biar dipadamkan apinya di telaga Kautsar.
Berlarilah jangan tertinggal, masuk segera ke dalam gerbang. Kalau ditutup, tinggallah sesal. Dia tiada meninggalkan, kan disambut meski datang di barisan paling belakang. SenyumNya tak berubah sedikitpun, meski di pundak kita penuh jelaga. Kasih-Nya lebih mengembang, dari murka-Nya. Datanglah dengan senyuman, meski kerut-kerut maksiat jelas terlihat. Ini adalah gerbang kasih sayang, sudah berjejer cawan-cawan anggur firdausi. Mengapa tiada dinikmati, mengapa tiada diteguk. Sungguh sayang, hadir tiada menikmati.
Bersegeralah mukmin, gandeng yang terkasih. Jangan biarkan mereka tertinggal. Yang akan datang, tiada kepastian. Petik anggur yang ranum, delima yang memerah, karena kebun ini untuk yang hadir. Untuk para tetamu yang mengenakan jubah keimanan dan keikhlasan, meskipun compang camping. Jangan susah hati, jangan gulana dan jangan bersedih, berserahlah sepenuh hati. Karena, surga juga bukan semata hasil amalmu, melainkan karena kasihNya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Marhaban ya Ramadhan.
Penulis | : Eka Hendry Ar |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2