DETIKINDONESIA.CO.ID – Pernyataan tajam muncul dari Ray Rangkuti terkait etika Calon Wakil Presiden (Cawapres) Gibran Rakabuming Raka yang sering terlihat memberi salam sambil menunduk-nunduk.
Menurut Ray Rangkuti, tindakan tersebut sebenarnya hanyalah suatu kamuflase yang bertujuan untuk menciptakan citra positif di mata publik.
Dalam wawancaranya di YouTube KAISAR TV, Ray Rangkuti menyatakan pandangan negatif terhadap Gibran Rakabuming Raka terutama terkait sikap songong yang telah menjadi fenomena populer di media sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menilai bahwa selama debat, sikap dan cara berbicara Gibran memberikan kesan negatif yang tinggi terhadapnya.
“Itulah salah satu makna dari debat itu. Menggambarkan bukan saja isi otak, bukan saja isi kepala, cara berdebat macam-macam termasuk attitude mannernya gitu,” jelas Ray Rangkuti dikutip detikindonesia.co.id pada Sabtu 27 Januari 2024.
Ia berpendapat bahwa sikap dan gerak-gerik yang terlihat selama kampanye sebetulnya tak mencerminkan secara akurat kepribadian dan nilai-nilai hidup Gibran.
Dalam analisisnya, Ray Rangkuti menegaskan bahwa tampilan bersalaman sambil menunduk merupakan salah satu contoh kamuflase yang digunakan untuk mendapatkan simpati publik.
Ia berpendapat bahwa etika yang seharusnya menjadi substansial dan penting seringkali diabaikan atau bahkan ditentang.
“Istilah saya itu dikesankan seolah-olah rajin salat, tapi salat sunat, salat wajibnya malah enggak,” beber Ray.
Ray Rangkuti mengungkapkan bahwa gestur seperti salam sambil menunduk dapat memberikan kesan bahwa seseorang memiliki etika tinggi, padahal hal tersebut mungkin hanya dipertunjukkan sebagai strategi untuk membangun citra positif di mata masyarakat.
“Di Instagram, saya sebutkan salah satu pernyataan orang yang bersalaman dengan menundukkan badan belum tentu ia tidak menyombongkan dada kalah berhadapan,” lanjutnya.
Pendapat Ray Rangkuti ini muncul di tengah polemik terkait Gibran Rakabuming Raka, terutama setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) menilai putra sulung Jokowi itu melakukan pelanggaran etika dengan maju sebagai cawapres.
Ray Rangkuti menilai bahwa sikap ini mencerminkan kurangnya etika dan harga diri.
“Seharusnya yang punya etik besar, harga diri besar, sebagai anak muda anda mengatakan ini nggak bisa, tapi faktanya enggak kan,” pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : TIM |
Editor | : YULI |
Sumber | : AYOJAKARTA.COM |