Pemerintah juga mentargetkan 15% dari total penduduk Indonesia bisa mendapat akses air minum yang aman. “Kalau akses air minum aman, ini sebenarnya menjadi agenda SDGs. Kalau kita bepergian ke luar negeri kan ada yang bisa langsung minum dari air kran. Itu air aman. Itu targetnya di 2024 itu 15%, air minum yang aman,” jelasnya.
Di sisi lain, persoalan sanitasi yang buruk dapat meningkatkan terjadinya stunting. “Makanya persoalan sanitasi itu harus dituntaskan. Masalah stunting itu berkaitan dengan limbah domestik. Kalau air limbah tidak dikelola dengan baik, itu yang menyebabkan anak-anak diare. Ketika dia sering diare, pertumbuhannya terhambat sehingga bisa mengakibatkan stunting,” papar Nur Aisyah.
Melihat realita saat ini, menurut Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna, persoalan air minum khususnya di daerah masih terus terjadi. Bahkan berdasarkan hasil pengamatannya, ada tiga jenis perusahaan daerah air minum dari aspek kualitas air. “Pertama, PDAM sehat, kedua PDAM kurang sehat dan terakhir PDAM sakit. Jadi kalau PDAM yang sakit, bagaimana warganya mau sehat. Sudah itu PDAM nggak punya anggaran. Terus nggak ada APBD daerahnya. Air minum bisa difasilitasi, tapi yang jadi masalah persoalan kualitas,” pandangnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Yayat mengusulkan agar pembiayaan akses air minum juga menyasar kampung wisata dan kreatif. Yayat mencontohkan, adanya kampung pembuat tahu tempe.
“Itu airnya bersih nggak. Airnya dari mana itu. Maka itu, bisa nggak selain pendekatan gender, juga pendekatan pada kampung-kampung kreatif. Terus di bogor ada kampung pembuat kue-kue. Itu kan airnya harus bersih,” tanyanya.
Yang jadi persoalan saat ini adalah jaringan perpipaan yang belum masuk kampung-kampung. “Karena itu untuk kampung-kampung yang belum memiliki jaringan pipa, itu harus diselesaikan,” tambahnya.
Saat ini akses air minum layak dialirkan melalui jaringan perpipaan ke 14,4 Juta Sambungan Rumah (SR) atau 19,1% dan melalui Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) seperti sumur, sebanyak 54,2 Juta Rumah Tangga atau 69.52%.
Di waktu yang bersamaan, Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara, Faldo Maldini, mengakui negara masih memiliki masalah akses air minum dan sanitasi. Untuk mengatasi itu, bisa dilakukan dengan pembiayaan mikro. “Selain persoalan akses, yang perlu ditingkatkan adalah dari sisi kualitas,” usulnya.
Pemerintah tidak akan menutup ruang untuk pembiayaan mikro untuk akses air minum dan sanitasi yang layak dan aman. “Kita pasti mendukung pembiayaan dan program yang sustain. Dan perlu juga kita berbicara dengan Pemda-Pemda nanti,” tutup Faldo.
Profile Water.org
Water.org adalah organisasi non-profit global asal Amerika Serikat yang mendorong ketersediaan akses terhadap air dan sanitasi melalui kolaborasi dengan berbagai mitralokal. Water.org bertujuan untuk menciptakan masa depan di mana semua orang memiliki akses terhadap air dan sanitasi. Inisiatif WaterCredit sebagai platform pembiayaan mikro oleh Water.org berupaya untuk membantu hubungan, infrastruktur, dan keahlian dari institusi finansial dalam meningkatkan akses modal untuk air dan sanitasi, serta mengedukasi dan memberdayakan rumah tangga berpenghasilan rendah untuk berinvestasi pada fasilitas air dan sanitasi. Dalam menyambut kegiatan Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) dan Sector Ministers’ Meeting (SMM) 2022, Water.org menyelenggarakan acara diskusi Road to KSAN-SMM 2022 yang mempertemukan berbagai stakeholders untuk membicarakan potensi pembiayaan mikro untuk meningkatkan akses air dan sanitasi yang layak bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : Tim |
Editor | : Michael |
Sumber | : Water.org |
Halaman : 1 2