DETIKINDONESIA.CO.ID, JAKARTA – Save the Children sebagai organisasi non pemerintah yang berfokus pada pemenuhan hak anak, saat ini mengambil peran dalam mendukung anak-anak menyuarakan aspirasi mereka, terutama anak-anak yang paling terpinggirkan dan telah/berisiko mengalami dampak buruk krisis iklim. Krisis iklim berdampak langsung pada anak-anak di seluruh dunia dan menjadi ancaman besar terkait keberlangsungan hidup, akses untuk mendapatkan kesehatan, pendidikan, dan perlindungan. Jika tidak melakukan sesuatu untuk merespons krisis iklim ini, kita akan memberikan beban yang berat bagi anak-anak pada masa yang akan datang.
Bertepatan dengan Hari Daur Ulang Sedunia yang diperingati setiap tanggal 18 Maret, Save the Children Indonesia bersama lebih dari seratus dua puluh anak di Jakarta gelar Festival #SekarangSaatnya Dari Sampah Jadi Berkah: Jadikan Daur Ulang sebagai Gaya Hidup.
Festival ini diinisiasi oleh Child Campaigner Save the Children Indonesia di Provinsi DKI Jakarta, anak-anak juga menggandeng berbagai pihak, diantaranya masyarakat, Pemerintah dan sektor swasta untuk mengambil langkah preventif mengurangi penggunaan plastik dan mendaur ulang sampah plastik yang digelar di Taman Literasi Marta Christian Tiahahu, Jalan Sisingamangaraja, Melawai, Kebayoran. Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (18/3/2023) sore.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Troy Pantouw yang merupakan perwakilan dari Save the Children mengatakan bahwa kedepannya akan menjaga lingkungan tetap bersih, bukan hanya dari sampah tapi dari emisi udara. Troy juga Mengajak agar setiap generasi muda mulai mengubah gaya hidup dengan peduli terhadap sampah di sekitaran.
“Mari semua para generasi muda bangsa untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Mulai dari hal terkecil dengan membuang sampah pada tempatnya, kemudian bisa melakukan kampanye terkait manfaat sampah Yang dapat di daur ulang agar lebih bermanfaat,” ajak Troy saat di wawancara media di lokasi acara.
Data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta pada akhir 2022 menyebutkan bahwa Provinsi DKI Jakarta mengirimkan lebih dari 7.500 ton sampah setiap harinya ke TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat. Hampir 50% diantaranya adalah Sampah Anorganik atau sampah dengan kategori yang sulit terurai oleh alam, seperti botol platik, tas plastik, kaleng dan lainnya. Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup, juga melaporkan bahwa timbulan sampah di DKI Jakarta mencapai 3.1 juta ton dan merupakan provinsi penghasil timbulan sampah terbesar kedua setelah Jawa tengah di Indonesia.
“Sampah plastik mengeluarkan zat-zat yang berbahaya kalau tidak didaur ulang, apalagi untuk anak-anak yang berada di sekitar lingkungan TPA (Tempat Pembuangan Akhir), mereka bisa semakin rentan terkena penyakit, udara yang dihirup tidak sehat, dan siklus hidupnya menjadi terganggu. Jadi, bukan hanya anak yang merasakan efeknya, tetapi generasi selanjutnya juga bisa jadi korbannya,” tutur Nada, 17 tahun, Child Campaigner Jakarta.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : Michael |
Editor | : Michael |
Sumber | : Special Report |
Halaman : 1 2 Selanjutnya