Bahkan juga disamping tidak tidur sepanjang malam juga ada yang berpuasa dari pagi hari sampai keesokan harinya.
Melansir dari Kitab Lubdaka yang ditulis oleh Mpu Tanakung pada jaman raja Kameswara , kerajaan Kediri, Siwalatri yang artinya Siwa = dewa Siwa, Ratri/latri artinya malam, diyakini sebagai malam penebusan dosa, yang menceritakan seorang pemburu yang bernama “Lubdaka”, suatu hari berburu sampai jauh ke tengah hutan , saking asyiknya sampai lupa makan dan minum dan kemalaman di hutan belantara. Karena berada di tengah hutan dan malam hari agar tidak diterkam harimau maka naiklah Lubdaka ke sebatang pohon (pohon Bilwa). Sambil memetik daun Bilwa lalu dilemparkan ke bawah dan mengenai patung dewa Siwa, yang saat malam itu dewa Siwa sedang melakukan tapa dan semadi.
Lalu Lubdaka pulang tanpa membawa hasil buruan tiba di rumahnya sudah sore . Singkat cerita Lubdaka sakit dan akhirnya meninggal. Konon arwahnya sudah dijaga oleh dewa penghuni Neraka yang bernama Jogor Manik. Karena perbuatan semasa hidupnya yang suka membunuh. Namun ada satu perbuatan yang dia lakukan yang dapat memberikan pengampunan dosa, yaitu saat dia ada di hutan dan dari atas pohon melempar daun Bilwa yang mengenai patung dewa Siwa. Maka datanglah dewa Siwa untuk mengambil arwah Lubdak untuk di bawa ke Sorga karena perbuatan berpuasa dua hari satu malam tidak tidur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Itulah filosofi perayaan hari Siwalatri yang sampai saat ini dirayakan secara khidmat oleh masyarakat Bali yang turun temurun sampai saat ini menjadi hari yang istimewa dan ditunggu oleh para kawula muda, untuk menebus dosa dan kesalahan yang diperbuat disadari atau tidak disadari.
Penulis | : Netti |
Editor | : Admin |
Sumber | : |
Halaman : 1 2