Pada kesempatan itu beliau juga mengaku masih berdarah Selayar dan menerangkan juga seiring berjalannya waktu, bukan hanya orang Bugis yang datang ke Ternate, tetapi juga orang Makassar. Dan daerah Kampung Melayu diberikan ke komunitas Makassar sehingga Kampung Melayu kian hari jadi lebih dikenal dengan sebutan Kampung Makasar.
Suasana semakin meriah ketika dua narasumber memamaparkan materi yang diselingi dengan beberapa candaan khasnya yang acapkali mengundang gelak tawa dan tepuk tangan para hadirin. Sehingga menjadikan suasana penu keakraban, namun tak mengurangi substansi kegiatan.
Dalam pemamparannnya Dr. Drs. Muhammad Zein, M.Pd yang juga Ketua Lembaga Penjamin Mutu IAIN Ternate ini, menekankan ada 6 (enam) nilai-nilai etika moral yg harus dijunjung tinggi di rantau. Nilai-nilai tersebut bukan hanya sekadar diketahui, namun harus betul-betul diaktualisasikan dimanapun dan sampai kapanpun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Adapun 6 (enam) nilai-nilai etika moral tersebut yakni 1. Lempuu (Kejujuran), 2. Amaccang (Kecendekiawan), 3. Assitinajang (Kepatutan/Kepantasan), 4. Agettengeng (Keberanian/Keteguhan), 5. Reso (Usaha/Kerja Keras), 6. Siiri’ (malu/harga diri) dan ini yg paling utama.
Lebih lanjut beliau juga berpesan bahwa _“Anggota IKAMI harus berjiwa sosial tinggi dan juga harus pintar mengaji, karena itu syarat tinggalkan kampung” tambah mantan Warek I IAIN Ternate tersebut_
Hal yang sama juga diasampaikan oleh Dr. Syahril Ibnu, S.Ag., M.Si, narasumber yang cukup akrab dan familiar di kalangan para aktivis seantero Maluku Utara ini bahwa _“Budaya itu abstrak, susah dilihat tapi mampu diterjemahkan. Dan pemuda tangguh itu harus bisa mengejawantahkan nilai dan eksistensinya dengan cita-cita yg tinggi, ketulusan, keinginan yang kuat. Karena hari ini, ada gesekan pemuda yang hilang peran sosialnya.”_
Berdasarkan hasil risetnya, bahwa orang Sul-Sel itu tersebar dimana-mana dan mampu hidup dimana saja, dikarenakan perjuangan dan nilai budaya siri’ dan karakter local wisdom. Disamping itu karakter orang Bugis ini getteng, lempu, tongeng, namun juga memiliki kekurangan yakni tempramen. Demikian pula orang Makassar warani (berani) na pambambangeng (temperamen), na tolo (nekad).
_“Dalam pandangan orang Sul-Sel, esensi merantau yaitu menunjukkan eksistensinya sesuai dengan perannya. Dan kekayaan bukan merupakan esensi utama dari tujuan hidup/perantauan. Orang Sul-Sel itu justru mejadikan kekayaan sebagai penopang dalam dalam mencapai kecerdasan intelektual dan spiritual agama” tambahnya_
Lebih lanjut pria yang kerap disapa Abang Syahril ini menjelaskan bahwa Buya Hamka menerangkan karakter orang Sul-Sel itu memiliki budaya siri, bukan mappakasiri-siri dan menjadikan kearifan lokal sebagai menjadi motor penggerak dan sumber revitalisasi, karena ada Allah dibalik rasa siiri’ (malu) itu, tegakkan siiri agar eksistensi manusia menjadi paripurna.
Karena antusiasme para hadirin, kegiatan ini berlangsung cukup meriah hingga dini hari.
Penulis : ibrahim
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : Ibrahim |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2