Indonesia, Pancasila, Dan Jasa Peradaban

Senin, 30 Mei 2022 - 16:04 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketika sebagian umat manusia, kalangan masyarakat, jajaran elit dan penguasa, bahkan tokoh agama dan kepercayaan mengalami virus kelupaan dan sakit kealpaan atas etos Bhinneka Tunggal Ika, toleransi, dan moderasi. Ketika mengalami kekurangan dan kehilangan atas etika dan moral untuk mempraxiskan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran, maka terjadilah krisis peradaban. Krisis yang terjadi tersebut, pada gilirannya berpotensi mengganggu, merusak, meniadakan, dan menghancurkan kemanusiaan, kebudayaan, keadaban, dan keadilan. Maka sesungguhnya dan sejatinya kemudian, figur dan sosok adab etik moral dalam personalitas Buya Syafii Maarif menjadi penting dan mendesak. Buya Syafii Maarif menjadi relevan.

Ketika krisis peradaban tersebut menumbuh dan meningkat, maka seketika itu juga, kita mengingat, merindukan, dan mendambakan figur ketokohan dan sosok kepemimpinan Buya Syafii Maarif. Kepribadian dan keteladanan Buya Syafii Maarif menjadi relevan dalam konteks tersebut. Bahkan menjadi “tanggapan” otentik dan “jawaban” konkrit mengatasi permasalahan akut dan masif tersebut. Relevansinya adalah model dan tipikal kepemimpinan tersebut berpotensi mengembalikan dan berkekuatan meluruskan krisis peradabanyang terjadi. Untuk kemudian dikembalikan dan diluruskan menjadi atmosfir berkehidupan dan berkebudayaan yang adab etik moral.

Makna relevansi terpenting dan terpengaruh dari kehadiran dan keberadaan figur dan sosok Buya Syafii Maarif, pada dasarnya berposisi dan berfungsi vital serta berpengaruh strategis secara berarti. Berposisi, berfungsi, dan berpengaruh menjadi “pengingat, pengembali, pelurus, dan penumbuh” nurani kebaikan dan kebajikan publik. Intisari keutamaan dari nurani kebaikan dan hakekat kebajikan Buya Syafii Maarif adalah Tugas Panggilan dan Tanggungjawab Moral Kemanusiaan dan Kemasyarakatan bersama. Juga merupakan Tugas Panggilan dan Tanggungjawab Moral Kebangsaan dan Kenegaraan bersama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tugas Panggilan Suci dan Tanggungjawab Moral Sakral tersebut adalah sebuah dan serangkaian “Medan Pelayanan” terpanjang dan terlama sepanjang masa dari Buya Syafii Maarif. Tugas dan tanggungjawab tersebut adalah kawasan atmosfir yang senantiasa “disuarakan dan diperjuangkan” oleh Buya Syafii Maarif. Penyuaraan dan Perjuangan tersebut “dibumikan dan dipraxiskan” dengan tulus, ikhlas, tegas, teguh, arif, bijak, dan berani di tengah pergulatan kebatinan, pergumulan kenuranian, dan pertempuran kehatian terdalam. Itulah kesucian dan kesakralan yang tidak pernah lupa, luput, dan lepas sedikitpun, kapanpun, dan dimanapun dari elan vital pergerakan, penyuaraan, dan perjuangan Sang Guru Bangsa.

Baca Juga :  Mengenal Budayanya Sendiri

Pergerakan, penyuaraan, dan perjuangan Buya Syafii Maarif diabdikan untuk selalu kembali dan terus menerus kepada keseluruhan Nilai-Nilai dan ekosistem Sila-Sila Pancasila secara utuh menyatu. Juga diperuntukkan bagi Keindonesian dan dunia internasional. Keseluruhannya dan kesemuanya kehadiran dan kepribadian Buya Syafii Maarif diorientasikan untuk membangun etos dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, kebudayaan, keadaban, dan kemanusiaan. Keutamaan filsafat pemikirannya dan pemihakannya berbasis pada moderasi dan toleransi. Juga pada humanisme, sosialisme, dan nasionalisme yang setara (egaliter), tulus, terbuka, dan universal.

Buya Syafii Maarif, sebelumnya adalah salah seorang Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI bersama dengan beberapa Negarawan sebagai Anggota Dewan Pengarah BPIP-RI. Institusi BPIP-RI dipimpin oleh Presiden Kelima RI Hj. Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Dewan Pengarah BPIP-RI. Kepemimpinan Buya Syafii Maarif yang amat sangat sederhana, bersahaja, dan familiar telah “menyata dan membumi” sejak dahulu kala. Penulis bersyukur dan berterima kasih pernah berkenalan, mengenal, dan berjumpa dengan baik dan dari dekat secara langsung dengan Buya Syafii Maarif. Juga pernah bertemu dan berdiskusi lama dan beberapa kali.

Penulis sejak akhir tahun 1980-an, sejak dari Yogyakarta, sudah sering menghadap dan menemui Buya Syafii Maarif. Sejak ketika Penulis menjadi Ketua Senat Mahasiswa, ketika menjadi salah seorang Ketua Presidium Forum Komunikasi Mahasiswa Yogyakarta (FKMY), ketika menjadi salah seorang Pimpinan Organisasi Kemahasiswaan Ekstra Kampus (Kelompok Cipayung) dan Organisasi Kemahasiswaan Profesi di tingkat lokal regional Yogyakarta dan di tingkat nasional Indonesia, ketika menjadi salah seorang Presidium Forum Mahasiwa Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Baca Juga :  Kaum Muda dan Gimik Politik 2024

Kemudian ketika Penulis menjadi salah seorang Anggota Komisi Politik dan Hukum DPR-RI, ketika menjadi salah seorang Anggota Badan Legislasi DPR-RI, ketika menjadi salah seorang Anggota Panitia Khusus DPR-RI, ketika menjadi salah seorang Pimpinan Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI, ketika menjadi salah seorang Ketua DPP PDI Perjuangan di bawah kepemimpinan Ketua Umum PDI Perjuangan Hj. Megawati Soekarnoputri, ketika menjadi Ketua Dewan Pembina dan Dewan Penasehat sejumlah komunitas, sampai dalam beberapa kesempatan berikut dan kapasitas lainnya setelah itu, dan lain-lain.

Kemudian juga ketika di Jakarta dan di beberapa kota lainnya di Indonesia dalam berbagai ruang dan kesempatan. Demikian juga, ketika Buya Syafii Maarif menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA-RI). Sebuah Lembaga Tinggi Negara pada masanya yang setara atau setingkat dengan Lembaga Tinggi Negara : DPR-RI, MA-RI, BPK-RI sebelum Amandemen Konstitusi UUD Tahun 1945. Perenungan dan pemikiran Buya Syafii Maarif sering dan selalu menyegarkan dan menyehatkan. Juga konstruksinya dan substansinya senantiasa bersifat, bermaterikan, dan berorientasikan memotivasi, membangun, menggerakkan, dan memajukan.

Pada dasarnya dan intisarinya dari penghadapan Penulis kepada Buya Syafii Maarif adalah untuk berkonsultasi dan berdiskusi mengenai sejumlah perihal. Juga memohon pemikiran, pertimbangan, dan pendapat Buya Syafii Maarif. Khususnya bagi pembangunan dan pemajuan bersama sebagai masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Kegiatan berkonsultasi dan kesempatan berdiskusi, pada dasarnya mesti selalu diletakkan dan dikembangkan untuk kepentingan dan kebutuhan bersama.

Belum lama sebelum Kepergian Buya Syafii Maarif, Penulis berada di Yogyakarta sejak hari Rabu, tanggal 25 Mei 2022 karena beberapa tugas dan kegiatan. Kemudian ke Surakarta (Solo) menghadiri undangan kegiatan sosial dan kultural (Akad Nikah dan Resepsi Pernikahan Sahabat Penulis : Ketua Mahkamah Konstitusi/MK-RI Prof. Dr. H. Anwar Usman, S.H., M.H. dengan Hj. Idayati/Adik Presiden RI Jokowi), hari Kamis, tanggal 26 Mei 2022. Kembali dari Surakarta dan berada lagi di Yogyakarta, hari Kamis malam sampai Hari Jumat pagi, tanggal 26 Mei 2022 sampai dengan tanggal 27 Mei 2022.

Baca Juga :  Fransiscus Go dalam Survey Calon Gubernur NTT

Penulis masih berada di Yogyakarta dan sedang menuju Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) untuk segera berangkat terbang dengan naik pesawat ketika mengetahui berita atau kabar Duka Kepergian Buya Syafii Maarif. Penulis tidak sempat melayat karena penerbangan pesawat segera berangkat ke Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). Penulis harus segera berangkat terbang untuk menunaikan sejumlah tugas dan kegiatan serta diundang menjadi Pembicara di sebuah forum akademik keilmuan di Pontianak, Kalbar.

Perihal tersebut adalah sebuah tanggungjawab moral, tugas luhur, dan kegiatan mulia demi untuk kemajuan keilmuan, kebudayaan, kemanusiaan bagi pembangunan peradaban. Sebuah kawasan dan atmosfir sebagaimana Buya Syafii Maarif senantiasa dan semakin terus menerus suarakan, perjuangkan, bangkitkan dan gelorakan ketika masih hidup bernafas. Kualitas kehidupan dengan etos dan semangat Pelayanan dan Pengabdian.

Indonesia, Pancasila, dan Jasa Peradaban Buya Syafii Maarif adalah sebuah dan serangkaian tema utama dan tema sentral yang menyertai, mewarnai, dan memaknai kepemimpinan dan kepribadian Buya Syafii Maarif. Spritualitas tematis tersebut adalah “Kita Semua Masyarakat, Bangsa, dan Negara Indonesia dan bahkan Dunia Internasional”. Selamat Jalan Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif : Ulama Besar, Guru Bangsa, Pemikir, Perenung, Penutur, Penulis yang cendekia intelek arif bijak, Pemimpin yang sederhana, teduh, sejuk, dan bersahaja.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Penulis : Tim
Editor : Fiqram
Sumber :

Berita Terkait

Catatan Politik Senayan; Prioritaskan Program dengan Berpijak Pada Aspirasi Publik
Politik di Spice Islands
Transmigrasi Bukan Solusi Kesejahteraan Bagi Penduduk Orang Asli Papua
Implementasi Disertasi Menteri Bahlil: Pembentukan SATGAS Hilirisasi Berkeadilan dan Berkelanjutan Mendesak Dipercepat
Rancu Produk Hukum Pelantikan Presiden & Wakil Presiden
Kerek Lamok dan Wunuk Kerek
Perempuan Lani dan Cawat Tali
Sahabatku, Sukiman Yang Syahid Dalam Mencari Nafkah

Berita Terkait

Rabu, 20 November 2024 - 15:49 WIB

Politik di Spice Islands

Jumat, 15 November 2024 - 21:27 WIB

Transmigrasi Bukan Solusi Kesejahteraan Bagi Penduduk Orang Asli Papua

Minggu, 10 November 2024 - 12:57 WIB

Implementasi Disertasi Menteri Bahlil: Pembentukan SATGAS Hilirisasi Berkeadilan dan Berkelanjutan Mendesak Dipercepat

Selasa, 5 November 2024 - 16:12 WIB

Rancu Produk Hukum Pelantikan Presiden & Wakil Presiden

Minggu, 27 Oktober 2024 - 20:20 WIB

Kerek Lamok dan Wunuk Kerek

Minggu, 27 Oktober 2024 - 20:13 WIB

Perempuan Lani dan Cawat Tali

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 15:14 WIB

Sahabatku, Sukiman Yang Syahid Dalam Mencari Nafkah

Rabu, 23 Oktober 2024 - 19:30 WIB

Papua Bukan Tanah Kosong

Berita Terbaru

Nasional

Setyo Budiyanto Terpilih Sebagai Ketua KPK 2024-2029

Kamis, 21 Nov 2024 - 15:08 WIB