LaNyalla mengaku sering menyampaikan, jika bonus demografi tidak dikelola dan disiapkan dengan baik, konsekuensinya akan sangat berat. Sebab, bisa menimbulkan masalah sosial seperti kemiskinan, derajat kesehatan yang rendah, pengangguran, dan tingkat kriminalitas.
“Karena jumlah usia produktif mencapai puncak, sementara lapangan pekerjaan tidak ada. Ini sangat berbahaya,” ucapnya.
Oleh karena itu, penyiapan sejak saat ini menjadi sangat penting. Anak-anak belia saat ini, yang mungkin masih berusia belasan tahun atau kisaran 20-25 tahun, pada 2045 akan menjadi pemimpin bagi bangsa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya termasuk orang yang percaya kekuatan kaum muda, terutama yang kini menjadi perhatian global. Dengan hadirnya sejumlah start-up yang mampu mengubah perilaku umat manusia, yang semuanya itu digerakkan oleh anak-anak muda,” imbuhnya.
Apalagi, teknologi dan digitalisasi memang menjadi hal yang tidak
dapat dihindari. Kita lihat saja riset Nelsen Media, yang meneliti kepemilikan smartphone dalam Generasi Z saat ini, yang mencapai 86 persen. Mereka juga paling sering menggunakan internet, dengan durasi minimal 4 jam sehari.
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah digitalisasi yang sudah merasuk itu berdampak positif atau tidak? Apakah kaum muda kita memanfaatkan teknologi untuk berkreasi dan menciptakan nilai tambah atau hanya bermain media sosial untuk game dan scrolling info-info saja?
“Menjadi tugas kita bersama untuk menempatkan teknologi dan digitalisasi sebagai infrastruktur penting menuju Indonesia Emas 2045, terutama dengan anak muda sebagai pilarnya,” kata LaNyalla.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : Tim |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2