Oleh: Muhammad Syukur Mandar
Penulis Adalah: Wakil Ketua Umum KAHMI JAYA
Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri, penggalan kata bijak Bung Karno _*(the founding fathers)*_ ini mencerminkan raut wajah kusamnya politik indonesia hari ini. Berbagai diskursus politik yang mengarahkan kita pada sebuah tatanan politik perpecahan sedang disetting dan mengemuka. Tidak tanggung-tanggung, dalil-dalil politik yang diboyong sebagai pendulum isu dan opini penyurut kebencian sangat kuat dan keras, pro kontra kebhinekaan, pro dan anti Pancasila, agitasi isu intoleran dan isu SARA lainnya, oleh mereka para pembuli media sosial dicatatkan dengan tinta kebencian di halaman depan buku persatuan Indonesia. Narasi persatuan dan politik kebangsaan kita sedang berusaha untuk didegradasi oleh isu perpecahan dan pertikaian kelompok yang terbelah karena faksi politik disetiap pemilu. ada semacam penyakit sosial yang menggejala, bahwa pemilu seolah-olah adalah simbol dinyalakannya kebencian antara masing-masing pendukung Calon Presiden yang berkompetisi. Padahal sejatinya pemilu memang menciptakan ruang untuk kita berbeda dalam menentukan pilihan masing-masing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sudah waktunya wajah politik Bangsa Indonesia ini didedikasikan dengan gaya politik beretika dan mendahulukan kesantunan sebagai fondasi keutamaan berbangsa. dan kita berharap, hal ini dimulai dari dan oleh mereka yang hari ini diberi seragam negara untuk bertindak sebagai simbol abdi dan atau penyelenggara negara. Mereka *(elite negara)* harus menjadi Pelaku yang melekatkan persatuan, bukan pelaku yang sebaliknya meretakkan persatuan dan kesatuan Bangsa. Seharusnya didalam pikiran mereka elite negara adalah bagaimana nasib dan kelangsungan bangsa ini dirawat dalam cita-cita besarnya, yaitu berkeadilan sosial dan tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Bukan pada soal lain yang berpotensi merusak *trust* Rakyat pada mereka.
Indonesia ini bangsa besar, bangsa yang punya peradaban dan tumbuh dari keluhuran adat dan budaya nusantara yang beragam dan padat nilai, adat dan budaya berbasis melayu yang titik tumpunya pada adab dan kesantunan. Maka memang, sudah semestinya kekuatan akal sehat, kesantunan politik mendominasi ruang lingkup perpolitikan kita. Adab dan kesantunan itu harus menjadi pranata utama dalam merajut interaksi sosial politik sesama anak bangsa. Berbagai perbedaan pandangan dan sikap politik semua unsur anak bangsa, dimulai dari partai politik, elite penyelenggara negara (Pimpinan DPR, DPD, Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota), sampai pada masyarakat, haruslah pada batasan diskursus politik tentang dinamika dan dialektika kebangsaan semata. Harus ditumbuhkan kesadaran kolektifitas kita tentang pentingnya *Persatuan* sebagai kata kunci ber-Indonesia. Sebab itulah diskursus politik yang merusak ekosistem bernegara, semacam perpanjangan periode, penundaan pemilu, semestinya tidak mendapatkan tempat dalam diskursus politik kita, apalagi diproduksi oleh elite negara yang diberi amanah, sebab itu sangat potensial merusak kenormalan kita hidup berbangsa dan bernegara.
Ekosistem bernegara harus terus dirawat dan dijaga keseimbangannya, karena itu penting dan diperlukan oleh kita, adanya peran kekuatan oposisi dalam negara sebagai perwakilan peran penyeimbang, tetapi yang lebih penting dari itu juga adalah, adanya peran Tokoh-Tokoh Utama di front line politik untuk ambil bagian menjadi peletak semangat pemersatu dari semua pembedaan yang diruncingkan dan tajam dimasyarakat. Sebab suka tidak suka, setiap faksi perbedaan dimasyarakat selalu diasosiasikan dengan sikap tokoh. Dan situasi itulah yang dirasakan dalam suasana kebathinan masyarakat Indonesia saat ini. Rakyat dirisaukan dengan isu dan opini pemecah belah persatuan kita, dimana indahnya perbedaan sengaja dikelola menjadi potensial pembedah-pemecah, dan kerakkali lakonnya diasosiasikan dengan posisi politik Tokoh-Tokoh Utama seperti Jokowi dan Anies yang hari ini menjadi jagat perhatian rakyat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : Muhammad Syukur Mandar |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2 Selanjutnya