Sebesar apapun rumahnya, kalau lahannya sempit pasti sulit mengkreasinya. Sulit untuk meluaskan garasi, tak ada tempat untuk membuat taman bermain anak-anak, dan hanya bisa mengembang ke atas. Tidak jarang tembok ketemu tembok, sehingga ruang sirkulasi tidak memadai antara satu rumah dengan rumah lainnya.
Bayangkan kalau rumah besar dengan halaman yang luas, setiap saat bisa dikreasi sesuai selera. Punya halaman bermain, kolam ikan dan taman bunga yang segar dan sehat, karena sirkulasi yang baik. Halaman luas juga membuat ada jarak sirkulasi udara antara satu rumah dengan rumah lainnya. Sehingga secara psikologis membuat suasana kebatinan lebih lapang dan nyaman.
Analog di atas mengisyaratkan beberapa hal: Pertama, bahwa KAHMI harus menjadi Rumah Besar di tanah luas dengan ruang terbuka dan sirkulasi yang cukup buat dialektika pikiran dan gagasan. Sehingga kebesaran rumah KAHMI ditentukan bukan semata oleh jumlah, tapi oleh kemajemukan pikiran dan ide-ide konstruktif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kedua, rumah besar KAHMI kemudian akan menjadi titik pertemuan dan sekaligus simpul dari berbagai gagasan penghuninya yang warna warni. HMI merepresentasikan pikiran yang egaliter, inklusif dan pluralis, bukan paham penyeragam _(uniformity)_ dan indoktrinasi. Sehingga meski dikader di kawah candradimuka yang sama, tidak bisa menutup kenyataan bahwa kadernya majemuk. Kemajemukan itu tetap hidup secara dinamis dan elastis, tanpa kehilangan esensi Ber-HMI-nya.
Ketiga, bahwa setiap potensi yang dimiliki harus terdistribusi dalam berbagai lini dan profesi (tanah luas) sesuai dengan kompetensi dan kapasitasnya masing-masing. Sehingga kader tidak “berebut” di lahan yang sempit, yang seringkali membuat “patah hati”. Keragaman peran tidak hanya mosaik yang indah, akan tetapi juga akan menjadi satu sel atau jaringan yang akan menopang satu dengan lainnya.
Keempat, makna lain juga dari filosofis Rumah Besar adalah mengandung simbol ingatan, kesadaran dan kerinduan. Setiap kader walaupun menyebar di mana-mana, namun tidak boleh melepaskan ingatan dan kesadaran akan “rumah besar” KAHMI. Karena Rumah Besar adalah jangkar yang bertugas merawat ingatan tentang cita Insan Cita, ruh NDP dan “ke-jama’ah-an kita dalam satu saf perjuangan. Ingatan ini akan menjadi mercusuar, membimbing bahtera saat kita di hempas badai atau tersesat dalam kegelapan.
Tradisi kembali atau pulang ke Rumah Besar adalah “ritual mikrokosmis” untuk meneguhkan niat dan tujuan (telos) dari eksistensi setiap manusia, agar tidak mengalami krisis epistemologi atau kebermaknaan hidup. Seperti juga dalam Islam, kesadaran akan jalan dan tujuan pulang (kematian) adalah ke rumah ruhani dalam keadaan mutmainah di sisi Allah SWT., merupakan prinsip penting yang harus dihayati setiap Mukmin. Dalam cakrawala kesadaran ini pulalah hendaknya setiap insan kader memahami eksistensinya.
Sebagai akhir dari tulisan ini, hendaknya KAHMI sebagai Rumah Besar mampu merajut antara cita dan asa, melahirkan gagasan-gagasan besar untuk ummat dan bangsa, mengawal proses demokrasi menjadi lebih baik dan turut serta membangun peradaban Indonesia yang berkeadaban, makmur dan berkeadilan.
“Selamat Pelantikan KAHMI Kalbar, bahagia dan berkeadaban”.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Penulis | : Eka Hendry Ar |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2