DETIKINDONESIA.CO.ID, TERNATE —Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia telah lama menjadi wadah intelektual dan perjuangan bagi kader-kadernya.
Dalam beberapa tahun terakhir, terutama di tingkat Cabang Ternate, muncul fenomena yang mengkhawatirkan: krisis identitas di kalangan kader. Apakah HMI Cabang Ternate masih setia pada konstitusi dan nilai-nilai dasar yang menjadi fondasi organisasi ini.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Konstitusi HMI merupakan panduan utama yang mengatur nilai-nilai perjuangan organisasi ini, termasuk independensi, keislaman, dan keindonesiaan.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak kader yang mulai kehilangan arah. Sebagian lebih sibuk dengan kepentingan politik praktis daripada perjuangan intelektual dan keumatan. Padahal, konstitusi HMI menegaskan bahwa kader harus menjadi insan akademis, pencipta, dan pengabdi yang berlandaskan Islam.
Di Cabang Ternate, beberapa indikasi menunjukkan adanya deviasi dari prinsip-prinsip konstitusional. Kader lebih sering terjebak dalam kepentingan kelompok tertentu daripada merawat independensi organisasi. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, HMI kerap dijadikan alat untuk kepentingan politik elite lokal. Jika hal ini dibiarkan, HMI Cabang Ternate tidak hanya kehilangan jati diri, tetapi juga kehilangan legitimasi di mata masyarakat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : Wahyu Muhlis |
Editor | : Abdila Moloku |
Sumber | : |
Halaman : 1 2 Selanjutnya