Sejalan dengan budaya berbagi tulisan, saat ini kita betul-betul hidup di masa sharing pengetahuan yang massif. Saya rutin download buku dari salah satu website yang sangat menarik, mulai dari ensiklopedia sejarah, budaya, agama, konflik, perang, sampai pada buku how to dalam versi bahasa Inggris. Memang kadang “merasa berdosa” saat buku banyak tapi tidak dibaca. Untuk itu, saya kalau buka laptop selalu memikirkan juga–selain mengerjakan tugas wajib, disertasi–adalah membaca apa yang telah saya download. Setelah itu, saya catat poin pentingnya, saya renungkan, kemudian saya sinergi dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
*Berbagi Kristal Pengetahuan*
Apa yang kita lihat, dengar, dan baca adalah pengetahuan. Tapi, pengetahuan itu hanya akan jadi batu biasa jika tidak diolah menjadi kristal-kristal yang indah. Pengolahan kristal pengetahuan itu membutuhkan waktu, renungan, dan “jam terbang.” Anak SD, tentu akan kesulitan jika diminta menulis analisis tentang, misalnya “kenapa emak-emak harus mengular dalam antrian minyak goreng.” Tapi, seorang sarjana–dengan “jam terbang”–dapat menganalisis itu menggunakan pisau analisis yang dia miliki, yang walau berbeda dengan ilmuwan lain, itu tetap akan memperkaya ranah tersebut.
Menjadikan pengetahuan biasa sebagai kristal pengetahuan membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan keberanian serta kemauan berbagi yang tinggi. Mengapa saat ini Google menjadi search engine paling diminati sejagad bumi? Adalah karena mereka berani berbagi. Kalau mereka mau menutupi pengetahuan–artinya hanya buat dia saja–maka itu tidak akan mendapatkan benefit buat mereka. Sebaliknya, ketika mereka berbagi pengetahuan, mereka mendapatkan benefit dalam produk lainnya; “rugi” di satu sisi tapi untung di sisi lainnya.
Saat berpuasa, kita pasti banyak pengalaman, mulai dari pengalaman sahur, baca Al Qur’an, sampai pada “jam-jam ngantuk” (biasanya pagi bakda subuh atau siang bakda zuhur). Waktu nyantri dulu, biasanya dari kamar saya mendengar pengajian siang ibu-ibu yang entah suaranya tembus dari Ciledug atau Cipulir yang tembus ke pekuburan di samping ma’had dan tiba di telinga saya. Saya senang mendengarnya, apalagi terkadang momen itu diselingi dengan suara seruling yang dimainkan kawan seperjuangan.
Pengalaman berpuasa itu sangat menarik. Ketika Coriza Irhamna, sarjana antropologi UGM berinisiatif membuat Obrolan Ramadan via Instagram @rumahproduktifindonesia, saya merasakan kebahagiaan saat bisa berbagi. Bahkan saat sedang bersama keluarga di Gandaria City Mall (Pakuwon Group), saya beruntung dapat menyempatkan hadir ngobrolin soal keutamaan makan sahur. Ringan tapi itu tidak sederhana. Artinya, pengalaman manusia serta aktivitas berbagi pengetahuan itu selalu kompleks, dan berbagi adalah cara untuk mengurai kompleksitas pengalaman manusia tersebut.
Akhirnya, semua kita yang memiliki pengetahuan, apalagi pengetahuan yang telah direnungkan dan diabstraksikan berbentuk “kristal pengetahuan” perlu berbagi kepada sesama. Berbagi adalah tradisi panjang umat manusia mulai dari umat pertama di Benua Afrika 200 ribu tahun lalu sampai pada imigrasi kawanan umat lainnya di berbagai tempat di planet bumi. Maka, soal “imigrasi”–seperti dalam konteks awal tulisan di atas–tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Mari tingkatkan produktivitas dalam berbagi kristal pengetahuan!
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Penulis | : Yanuardi Syukur |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2