Oleh: Angginak Sepi Wanimbo – Wakil Ketua Umum IPMI
Berkata – kata hebat dan tinggi tanpa tulisan akan mati, tetapi berkata – kata dengan tulisan tentang budaya, sejarah sendiri akan hidup selamanya, dan akan mewarisi anak cucu generasi muda Papua “Jayapura, 26 September 2023, Pdt. Dorman Wandikbo, S.Th Presiden GIDI”.
Laki – laki Lani asli Papua tersebar ada di beberapa Kabupaten Kota antaranya? Lanny jaya, Puncak Jaya, Tolikara, Puncak Ilaga, Nduga Lani, Mamberamo Tengah dan Jayawijaya Wilayah Lapago Provinsi Papua tetapi sekarang Provinsi Papua Pegunungan beribukota Wamena.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pengertian kata Lani keberadaan letak geografis, teritori pemerintahan adat dan pengunaan bahasa maka perlu didefinisikan pengertian orang Lani. Artinya kata “Orang Lani” yang difalsafai dan diyakini oleh orang Lani ialah “orang mandiri, orang merdeka, orang otonom dan orang berdaulat penuh. Orang yang mempunyai kemampuan, kesanggupan, mempunyai tanah, hutang, gunung, sunggai yang telah diwariskan oleh leluhur dan nenek moyang kami sebagai yang telah diwariskan oleh leluhur dan nenek moyang kami sebagai harta kehidupan, kekayaan dan pengetahuan secara tutung temurun.
Pengabungan makna kata Lani, Orang Barat dan orang Indonesia menyebutkan orang Lani adalah orang Dani. Penyebutan kata Dani itu, orang Lani sendiri tidak mengerti apa maksud dan arti dari kata Dani. Pelafalan dengan kata Dani oleh orang luar merupakan suatu ungkapan pelecehan dan penghinaan terhadap harga diri, kehormatan dan martabat orang Lani. Maka dengan tulisan ini menjadi jelas apa arti sesungguhnya kata Lani itu, dengan demikian dengan kata Dani tidak dapat digunakan lagi.
Penterjemahan kata Lani yang kini menjadi Dani oleh Barat ketika melakukan ekspedisi di daerah orang Dem dan Moni dalam buku Agus A. Alua menuturkan: “Pada tahun 1926, dilakukan suatu ekspedisi gabungan para ahli Amerika dan Belanda yang dipimpin oleh M. W Stirling di hulu sungai Reuffaer atau sungai Nogolo bertemu dengan kelompok penduduk sebelah barat orang Dani (Lani), di antaranya suku Dem, dan Moni, menurut heider, dari ekspedisi inilah muncul pertama kali nama suku Dani (Lani), dari bahasa Moni, yaitu “Ndani” artinya orang sebelah timur (Alua, 2006: 3).
Penyebutan kata Dani pada orang Lani seperti yang dikritisi penulis ini terlepas dari penelitian para ekspedisi, juga dapat dikritisi oleh seorang ahli bahasa yang berasal dari orang Lani yaitu Sem Karoba berpendapat bahwa: “orang Lani yang saat ini disebut-sebut sebagai orang Dani, sebenarnya adalah orang Lani. Orang Moni yang bertentanggan dekat dengan orang Lani dalam hubungan perdangangan sebelum Injil sangat erat, dan menurut orang Moni dan Me menyebut orang Lani adalah adik mereka yang mereka tinggalkan sewaktu memasuki daerah pegunungan Tengah ke arah barat. Dan dalam pelafalan orang Moni atau Me sulit untuk mengucapkan huruf “L” sehingga pada waktu itu tim ekspedisi menyatakan orang Moni tentang orang Lani disebelah timur didengar oleh tim ekspedisi adalah “Ndani” yang diubah menjadi “Dani” sekarang. Sekarangnya orang Moni pada waktu itu menyebut orang Lani tetapi karena kedengaran penekanan huruf “L” kurang jelas sehingga tim ekspedisi langsung menulis dan mempublikasikan pada dunia bahwa ada orang asli yang lain lagi selain orang Moni pada waktu itu yang diketahui oleh tim ekspedisi yaitu orang Dani yang sebenarnya orang Lani.
Gembala Dr. Socratez Sofyan Yoman, MA dan Anderias Yanengga, S.Th juga berpendapat yang sama, bahwa orang Lani dari Kurima sampai Sinak dan Ilaga adalah orang Lani, bukan orang Dani. Sejak turung temurun nenek moyang orang Lani menyebut diri mereka adalah orang Lani. Dengan istilah Lani Hubula, Lani Loma, Lani Nduga dan Lain – lain.
6
Koteka “Kobewak” adalah pakaian atau celana bagi suku Lani yang digunakan khusus oleh laki – laki. Koteka biasanya untuk perlindungan alat vital laki – laki atau disebut dengan penis. Dalam kehidupan orang Lani, koteka bagi laki – laki adalah pelindungan alat kejantanan mereka. Koteka “Kobewak” biasanya bermacam – macam bentuk. Ada yang kecil, ada yang besar, ada yang panjang dan pendek. Ukuran – ukuran itu dipakai oleh setiap laki – laki sesuai selera dan bukan sesuai dengan ukuran alat kejantanannya.
Koteka “Kobewak” atau lebih tepat pakaian atau celana laki – laki orang Lani ini dibuat dari sayur labu “Giyo” yang khusus untuk dibuat koteka “kobewak”. Orang Lani mempunyai keahlian, kecerdasan, dan kemahiran yang luar biasa untuk memilih jenis – jenis labu untuk celana laki – laki dan labu untuk masak sayur biasa dimakan. Labu jenis khusus untuk membuat celana laki – laki ini mempunyai mutu bagus dan biasanya bertahan untuk bertahun – tahun, bahkan hingga pemakaiannya mati. Masalahnya hanya tidak pernah cuci kalau celana atau koteka itu kotor. Tetapi, hebatnya lagi adalah alat vital itu tidak pernah kena penyakit-penyakit seperti sekarang kita lihat HIV/AIDS sekarang ini. Dia tetap tegar, kuat, utuh dan kekar, tanpa berbagai bentuk penyakit seperti sekarang yang menghabiskan banyak uang dan obat ini.
Bibit labu “Giyo” ini biasanya perempuan Lani tanam di pingir rumah, dikebun lalu memelihara, membersihkan sampai dengan 5 – 6 bulan labu sudah berbuah siap panen maka petik dikasih kering selama satu dua minggu di terbit matahari lalu dikasih bolon bulat keluarkan biji – bijian di dalam labu itu dengan bersih semacam gelas kemudian bagi laki – laki Lani pake sebagai celana asli saat pake biasanya laki – laki pasan tali untuk penahan jangan sampai koteka jatuh.
Koteka “Kobewak” ini adalah murni pakaian laki – laki Lani sehingga lajak pake itu hanya laki – laki dan bagi perempuan Lani tidak bisa pake celana laki – laki jika celana laki – laki koteka “kobewak” dipake oleh perempuan Lani maka itu melangar norma adat atau aturang bagi suku Lani sebaliknya juga demikian Cawat Sali “Tali” ini murni pakaian perempuan Lani sehingga laki – laki Lani tidak bisa memakai celana/rok perempuan Sali “Tali” tatanam nilai ini benar – benar moyang orang Lani sudah diajarkan diwariskan kepada kita sebabnya kita wajib hukum menjaga, memelihara, melestarikan dan mempertahankan koteka “kobewak” dan Sali “Tali” sebagai identitas bangsa Lani, suku Lani, menyoal pakaian bagi perempuan Lani saya sudah menyelaskan secara terperinci dalam artikel saya berjudul: Perempuan Lani Dan Cawat Sali “Tali” bagi saudara – saudari silahkan baca. Sumber: Angginak Sepi Wanimbo, “Budaya Orang Lani Hal. 39. 2024.”
Budaya adalah identitas bangsaku, jati diri negeriku yang diwarisi oleh nenek moyang suku Lani, Bangsa Lani sebabnya saya dengan kita semua sebagai generasi penerus bangsa kita wajib menjaga, kita wajib lestarikan dan mempertahankan sebagai pemberian TUHAN kepada kita.
Melupakan budaya, melupakan masa depan, melupakan sejarah, kehilangan identitas, sebabnya kita sebagai generasi menjaga sejarah, budaya supaya saya dan kita semua berdiri tegap, koko di atas negeri kami sendiri bernama bumi Cenderawasih Papua.
Selamat membaca bagi saudara – saudari sekalian TUHAN YESUS memberkati kita semua.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : SEPI WANIMBO |
Editor | : MUFIK |
Sumber | : |