“Bonus demografi dapat menjadi berkah apabila kualitas sumber daya manusia di Indonesia memiliki standar yang mumpuni. Sehingga akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi negara,” ujar dia.
Sebaliknya, bencana demografi akan terjadi jika jumlah penduduk yang berada pada usia produktif ini tidak memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik, sehingga menghasilkan pengangguran massal dan menjadi beban negara.
“Di situlah peran perguruan silat seperti PSHT yang seharusnya mampu membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dari segi kesehatan jiwa dan raga,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Oleh karena itu, di momen satu abad, LaNyalla berharap PSHT tetap eksis. Mengingat sejarah panjang lahirnya PSHT yang dikenal memiliki semangat juang dan dedikasi untuk kebesaran organisasi.
LaNyalla juga berharap PSHT dapat menjadi salah satu elemen yang mendorong Indonesia kembali ke jati diri aslinya, Pancasila. Sebab, hanya Pancasila yang mampu membawa bangsa menuju masa depan yang semakin kompleks.
“Pancasila adalah DNA dan watak asli bangsa. Pancasila merupakan wadah yang utuh bagi bangsa ini. Makanya saya berharap PSHT senantiasa memperjuangkan Pancasila sebagai jati diri bangsa,” kata LaNyalla.
PSHT tercatat secara resmi berdiri pada tahun 1922. Tetapi sejarah cikal bakal PSHT sebenarnya telah lahir sejak tahun 1903 ketika Ki Ageng Ngabehi Surodiwiryo meletakkan dasar gaya pencak silat Setia Hati di Kampung Tambak Gringsing, Surabaya.
Pencak silat itu diteruskan oleh murid beliau, Ki Hajar Harjo Utomo, yang pada tahun 1922 di Madiun, mendirikan perguruan Pentjak Sport Club atau PSC, yang kemudian diganti menjadi Pemuda Sport Club, yang singkatannya PSC juga.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Penulis | : Tim |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2