DETIKINDONESIA.CO.OD, JAKARTA – Keputusan Preside Republik Indonesia (RI), Ir. H. Joko Widodo (Jokowi), menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi dan non subsidi, mengundang reaksi putra/putri Maluku dan Maluku Utara yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Muslim Maluku – Maluku Utara (Almulk), turun ke jalan dan menggugat kebijakan rezim tersebut.
Merespon atas kebijakan Presiden tersebut Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Almulk bersama Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), kembali menggelar aksi demontrasi di depan istana negara dengan membawa sejumlah tuntutan, guna mengingatkan kepada Pempus dalam hal ini Presiden Jokowi, agar supaya lebih jeli memperhatikan kesulitan rakyat dan jangan hanya memikirkan kepentingan pribadi.
“Sebab kenaikan harga BBM bersubsidi memiliki mulffplier effect seperti inflasi yang tinggi, turunnya daya beli masyarakatdan meningkatnya angka kemiskinan. Hal ini dikarenakan turunnya daya beli dapat menyebabkan peningkatan angka inflasi sampai 6.5 persen hingga 8 persen, sehingga harga kebutuhan pokok akan meroket, belum lagi biaya transportasi darat dan laut maupun udara juga ikut melayang hingga ke angkasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lebih parahnya lagi harga BBM terus dinaikan namun upah buruh dalam tiga tahun terakhir ini, seakan tidak lagi menjadi perhatian khusu oleh pemerintah terutama Kementrian Ketenagakerjaan (Kemenaker) RI. Bahkan Kemenaker RI sendiri sudah mengumumkan jika Pemerintah dalam menghitung kenaikan UMK 2023 kembali menggunakan PP 36/2021, maka ini diduga tahun depan upah buruh tidak akan naik lagi,”. Hal ini disampaikan Ketua DPP Almulk, M. Guntur, kepada media ini pada Selasa 6 September 2022 via WhatsApp.
Selin itu lanjut Guntur, dampak kenaikan BBM juga meningkatkan daftar penduduk miskin di bangsa ini. Belum lagi dampak Covid-19 yang belum pulih sepenuhnya ini juga menjadi penyebab angka kemiskinan semakin melambung jauh diatas rata-rata, sementara pada sisi lain, terdapat persoalan yang selalu terjadi setiap tahun, yaitu penyaluran BBM bersubsidi tidak tepat sasaran, di mana orang mampu (kaya) Iebih banyak menikmati BBM bersubsidi ketimbang orang tidak mampu (miskin).
Penulis | : ST |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2 Selanjutnya