“Para Alumni yang lulus dari SMK cenderung lebih suka bila dapat bekerja pada industrial di luar negeri daripada di dalam negeri sensiri. Dari data yang kami kumpulkan dengan melakukan survei dan wawancara secara langsung, bahwa mereka merasa bekerja di luar negeri lebih mudah dicapai, dan dapat meningkatkan perekonomian serta karir yang terbilang baik saat kembali ke Indonesia. Sedangkan dalam pandangannya, bekerja di dalam negeri memiliki bayak aturan dan penghasilan yang dinilai kurang mencukupi kebutuhannya. Alasannya, karena bayak diantara mereka yang menjadi tulang punggung keluarga usai lulus dari sekolah,” paparnya.
Jurnalis Tempo, Linda Trianita yang berperan sebagai Moderator pada acara tersebut berperan aktif selama talkshow berlangsung dari lembaga/instansi terkait, diantaranya;
- Program dan kebijakan yang dapat
mendukung pengembangan SMK,
kompetensi serta perlindungan lulusan di dunia kerja oleh Direktur Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK),
Kemendikbudristek. - Pengawasan norma-norma
ketenagakerjaan oleh Direktur Bina
Pemeriksa Norma Ketenagakerjaan, Kemnaker. - Fasilitasi link and match oleh APINDO.
- Risiko kerja paksa dan eksploitasi
seksual di kalangan remaja oleh IOM
Indonesia. - Pencegahan eksploitasi anak dan TPPO oleh Asdep Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan, Kemen PPPA.
Fasilitator dari IOM Indonesia, Eny Rafiatul Ngazizsh menyampaikan materi terkait, Penyusunan Strategi Pencegahan Eksploitasi Ekonomi Anak & TPPO di Kalangan SMK, seperti;
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
1. Identifikasi isu kompetensi kerja
2. Pemetaan aktor untuk pencegahan
3. Bahan materi untuk sosialisasi,
kampanye dan pembelajaran
“Isu kompetensi kerja merupakan salah satu yang harus di perhatikan pemerintah dalam memberikan peluang kerja kepada para Siswa/i SMK yang akan lulus dan memasuki dunia pekerjaan, karena tidak jarang dari mereka yang tidak cukup memiliki kompetensi tersebut sehingga tidak mampu bersaing dalam dunia industri dan akhirnya memutuskan untuk mencari pekerjaan mudah sebelum akhirnya terjebak dalam TPPO,” ucap Eny.
Sehingga, Eny menambahkan, dibutuhkan suatu sistem/aktor dalam melajukan pencegahan agar hal-hal yang akan mendorong anak-anak SMK mengambil tindakan diluar kendalinya dengan alasan ekonomi atau lainnya dapat diatasi secara dini.
Lanjut Eny, orangtua dan masyarakat juga harus berperan aktif dalam memberikan dukungan terhadap anak-anaknya, sebagai bentuk kampanye dan pembelajaran yang dapat dilakukan di lingkungan tempat tinggalnya.
“untuk itu kita harus menerapkan bahan materi terkait sosialisai atau kampanye dan pembelajaran yang dapat dipahami baik oleh anak-anak maupun orangtuanya sebagai warning sistem dalam menjaga dan merawat masa depan bangsa agar memiliki keterampilan yang dapat bersaing pada industri pekerjaan dan menghindar terjebak dalam Eksploitasi Ekonomi dan TPPO,” tutupnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : Michael |
Editor | : Michael |
Sumber | : Special Report |
Halaman : 1 2