Denpasar – Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) Raden Isnanta menyoroti pentingnya peningkatan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) pada dominan partisipasi dan kepemimpinan serta domain kesehatan untuk mempersiapkan daya saing pemuda menuju Indonesia Emas 2045.
“Hari ini Kemenpora RI berkolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengelar kegiatan Keluarga Muda Berdaya X Siap Nikah Goes to Campus. Tujuannya meningkatkan ketahanan keluarga yang merupakan bagian dari kepemimpinan pemuda dalam rumah tangga.” Jelas Deputi Isnanta saat membuka acara di Gedung BH, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Denpasar, Bali, Kamis (19/9) pagi.
Dijelaskan Deputi Isnanta, kendati IPP nasional di tahun 2024 meningkat menjadi 56,33%. “Kita membutuhkan kenaikan yang tajam dari IPP untuk menghasilkan pemuda yang memiliki daya saing tinggi menuju Indonesia emas 2045.” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Diketahui, skor IPP nasional pada 2022 yakni 55,33% dan 2023 dengan nilai mencapai 55,83%. Kini, IPP nasional mencapai 56,33%.
Deputi Isnanta menambahkan upaya pemerintah untuk meningkatkan IPP memang terus dilakukan dengan langkah memperluas kolaborasi lintas sektor dalam penyelenggaraan pelayanan kepemudaan.
“Karena itu, kolaborasi Kemenpora dengan BKKBN salah satu upaya menggenjot IPP pada domain partisipasi dan kepemimpinan serta domain kesehatan.
Dicontohkannya, pada domain pendidikan saat ini menempati peringkat tinggi IPP nasional, terus ditingkatkan minimal jika para pemuda mau melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi.
Sementara peningkatan domain kesehatan seperti peningkatan pemahaman pemuda untuk menjaga kebugaran dan menjalankan prilaku hidup sehat, serta mempersiapkan kesehatan reproduksi dan literasi jelang memasuki masa pernikahan.
“Dan menjadi perhatian Kemenpora dan BKKBN adalah menekan pernikahan dibawah umur, Pemuda harus disiapkan dan dibekali literasi terkait itu.” Ungkapnya di hadapan 300 mahasiswa dari berbagai fakultas Universitas Udayana.
Menurut Deputi Isnanta dampak negatif dari pernikahan usia dini menyebabkan ketidaksiapannya fisik, biologis, dan psikologis. “Juga akan berdampak terhadap kelangsungan usia pernikahan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : |
Editor | : |
Sumber | : |
Halaman : 1 2 Selanjutnya