DETIKINDONESIA.CO.ID, JAKARTA – Baru-baru ini berdiri partai politik (parpol) baru di Gedung Joeang 45 Jl. Menteng Raya, Jakarta Pusat, Senin (28/02/2022) dengan nama Partai Pelita. Partai ini di back-up Din Syamsudin Ketua Majelis Permusyawaratan Partai (MPP) Partai Pelita yang juga Mantan Ketua PP Muhammadiyah.
Kehadiran Partai Pelita melengkapi berdirinya partai baru yang didirikan oleh tokoh dan aktivis muda Muhammadiyah. Dimana Partai Ummat di backup Amien Rais yang juga Mantan Ketua PP Muhammadiyah menjadi Ketua MPP Partai Ummat dan juga berdiri Partai UKM Indonesia yang di backup Imam Addaruqutni Mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah/Mantan Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah.
Uniknya bukan mereka yang memimpin, tetapi tokoh muda Muhammadiyah. Partai Ummat dipimpin Dr. Ing. H. Ridho Rahmadi, S.Kom., M.Sc selaku Ketua Umum yang juga mantu Amien Rais. Partai Pelita dipimpin Beni Pramula S.I.Kom sebagai Ketua Umum dan Partai UKM Indonesia dipimpin Syafrudin Budiman S.IP yang juga cicit Almarhum KH. Mas Mansyur Mantan Ketua PB Muhammadiyah kedua asal Ampel Surabaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun dari ketiga partai baru ini, hanya Partai UKM Indonesia yang benar-benar didirikan langsung oleh Syafrudin Budiman selaku Ketua Umum dan mengajak Imam Addaruqutni bergabung. Sementara Partai Ummat dan Partai Pelita didirikan para dedengkot tokoh besar Muhammadiyah dan menunjuk Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi dan Beni Pramula Ketua Umum Pelita.
Bahkan Beni Pramula dalam saat deklarasi Partai Pelita mengatakan, setiap perintah Din Syamsudin Ketua MPP Partai Pelita adalah sabda atau titah yang akan diikuti atau sami’na wa ato’na. Dibuktikan secara simbolis, Din Syamsuddin menyerahkan pataka (bendera partai) kepada ketua DPP Partai Pelita Beni Pramula.
Begitupun Ridho Rahmadi akan mengikuti kebijakan, arahan, instruksi dan perintah Amien Rais selaku Ketua MPP Partai Ummat. Bahkan, Amien Rais terlihat mendominasi dengan ikut turut melantik ke DPW-DPW Propinsi Partai Ummat.
Berikut profil Partai Baru dan Ketua Umum dari tokoh Muda Muhammadiyah. Dimana ketiganya adalah lahir dari sarjana Sosial, Politik dan Komunikasi dan ada yang pernah menjadi pengurus Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM).
1. Partai Ummat
Partai Ummat berdiri pada tanggal 28 April 2021. Dalam deklarasi awal pada tanggal 29 April 2021 bertepatan pada 17 Ramadan 1442 H yang dilakukan pertama kali, dihadiri oleh sejumlah tokoh, diantaranya: MS.Kabban mantan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) yang juga mantan Menteri Kehutanan di Kabinet Indonesia Bersatu, Ansufri Idrus Sambo, Chandra Tirta Wijaya, Ahmad Muhajir Sodruddin, Buni Yani, Mustofa Nahrawardaya, Achmad Buchory Muslim, Wa Ode Zainab, Asnawi Arbain, Herman Kadir, dan beberapa tokoh lainnya. Dalam deklarasi itu, ditunjuklah sosok seorang pemimpin muda yang bernama Dr. Ing. H. Ridho Rahmadi, S.Kom., M.Sc. sebagai Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat.
Profil Ridho Rahmadi
Dr. Ing. H. Ridho Rahmadi, S.Kom., M.Sc. atau lebih dikenal dengan nama Edo (lahir 13 April 1985) adalah seorang Dosen, Ilmuwan Data, Teknokrat muda dan Politisi Muda Indonesia yang menjabat sebagai Ketua Umum Partai Ummat sejak dideklarasilkan pada tanggal 29 April 2021. Ia adalah bagian dari keluarga mantan Ketua MPR RI, politisi senior, Prof. H.Muhammad Amien Rais, M.A., Ph.D. sejak pernikahannya dengan Tasniem Fauzia Rais, putri bungsu dari Amien Rais.
2. Partai UKM Indonesia
Rebranding Partai UKM Indonesia, Syafrudin Budiman SIP didaulat dan ditetapkan sebagai Ketua Umum, Herdianti Puspitasari, S.Si sebagai Sekretaris Jenderal dan T. Peratikno Rz Sebagai Bendahara Umum. Dimana tepat 7 Mei 2021 berdiri partai baru dengan nama Partai UKM Indonesia yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945.
“Alhamdulillah, hari ini Jumat malam (red-7 Mei 2021) jam 18.30 WIB telah resmi berdiri Partai UKM Indonesia. Semuanya berjalan sukses dan lancar saat Rapat Pleno yang diperluas dengan dihadiri para pendiri,” ujar Syafrudin Budiman, SIP sapaan akrab Gus Din Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai UKM Indonesia, Jumat (07/05/2021) di Restoran Dunkin’ Donat, Senen, Jakarta Pusat.
Penetapan Logo, AD/ART, Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan jajaran kepengurusan dibacakan langsung oleh Ketua Umum DPP Partai UKM disaksikan Dewan Pembina, Dewan Pakar, Dewan Penasehat dan Dewan Pimpinan Pusat. Adapun tagline Partai UKM Indonesia Berjuang Menuju Indonesia Bahagia dan Meningkatkan Kesejahteraan Bersama.
“Makna lambang dan tanda gambar atau logo dijelaskan dalam AD/ART. Termasuk Landasan Perjuangan, Asas, Visi-Misi dan Tujuan Partai UKM Indonesia lengkap diatur dalam AD/ART,” terangnya.
Gus Din selaku Ketua Umum juga menjelaskan bahwa Partai UKM Indonesia memiliki basis pelaku UMKM, Koperasi, Pedagang Pasar dan Pedagang Kaki Lima. Selain ini basis garapan Partai UKM Indonesia adalah kalangan perempuan, disablitas, milenial dan media.
Penetapan komposisi kepengurusan DPP Partai UKM Indonesia dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani peserta rapat pleno diperluas. Tampak hadir Leo RT Panjaitan, SH, MH (Dewan Pembina), Beston Barto Siboro, SH (Dewan Pembina), Muhammad Afdal, SH (Dewan Pembina), Dona (Dewan Pakar), Bayutami Sammy Amalia (Waketum) dan jajaran pengurus lainnya.
Profil Syafrudin Budiman
Anak muda milenial yang berprofesi sebagai Jurnalis serta Konsultan Media dan Politik ini, sejak masa SMA sudah pernah terlibat sebagai aktivis intelektual dan pergerakan.
Pada tanggal 1 Mei 2002 bertepatan pada hari buruh internasional (May Day), Syafrudin Budiman ditangkap oleh polisi saat berdemonstrasi di Jalan Semarang Surabaya, bersama 6 rekan lainnya dan digiring ke Mapolres Surabaya Utara Jl Bubutan, Surabaya.
Pria kelahiran Sumenep, 21 Mei 1980 ini, sejak lulus SMA dirinya sudah biasa mempimpin gerakan demonstrasi dan terlibat dalam isu-isu HAM dan demokrasi.
Ketika semangat reformasi sedang digelorakan, kira-kira antara tanggal 22-23 Mei 1998. Syafrudin Budiman yang usia 18 tahun memimpin demontrasi besar-besaran di Kabupaten Sumenep, menuntut bergulirnya reformasi, tepat dua hari setelah momen jatuhnya Diktator Presiden Suharto.
“Isu yang diusung saat ia memimpin demonstrasi reformasi 98 diantaranya, menuntut penuntasan kasus-kasus korupsi, pengadilan terhadap Suharto dan Cabut Dwi Fungsi ABRI/TNI. Selanjutnya isu pencabutan lima paket UU politik, kebebasan pers, serta penegakan HAM dan demokrasi,” terang Gus Din pengagum Sutan Sjahrir dan Soe Hoek Gie ini.
Setelah bulan Mei 1998, ia langsung mendaftarkan diri sebagai mahasiswa di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) jurusan Bahasa Inggris.
Selesai Ospek (orentasi pendidikan kampus) dan sebelum memulai menerima pelajaran mata kuliah, tepat tanggal 9 September 1998, Syafrudin Budiman bersama teman-teman mahasiswa se-angkatan, mulai mengikuti demontrasi dengan isu menolak kedatangan Presiden BJ Habibie pada Hari Olahraga Nasional.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : BSS |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2 Selanjutnya