DETIKINDONESIA.CO.ID, PAPUA – Befirmanlah Tuhan kepada Abraham: “pandanglah sekelilingmu dan liatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, ke utara dan selatan, sebab seluruh yang kulihat itu akan kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama – lamanya.” ( Kejadian 13 : 14 – 15 )
Tuhan berkata kepada Abram ( Abraham ) “Pandanglah sekelilingmu dan liatlah dari tempat engkau berdiri itu”. Tuhan juga berfirman kepada leluhur orang asli Papua ini: Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu, Tanah Papua Barat”. Tuhan mengatakan tanah Papua Barat ini telah diberikan kepada orang asli Papua sebagai mama mereka, hidup mereka, agar mereka menjaga, memelihara dan menikmati hasilnya sambil menjaga dan mengelolanya. “Kita Meminum Air Dari Sumur Kita Sendiri”. ( Dr.Socratez Sofyan Yoman, MA 2010, Hal : 90 ) Mgr. John Philip Saklir Pr. Stop jual tanah, orang Papua bisa hidup tanpa uamg tapi tidak bisa hidup tanpa tanah. Ketika orang Papua tidak punya tanah lagi, maka orang Papua akan menjadi pengemis ditanahnya sendiri bahkan akan ada di abang kepunahan ( Timika, 29 Desember 2018 ).
Pengertian “menjadi tuan di tanah ( negeri ) sendiri” adalah orang Papua harus dihormati martabat dan harga dirinya sebagai manusia yang merdeka sejak lahir di atas tanah leluhurnya. Orang Asli Papua harus diakui sebagai ahli waris dan pemilik negeri pusaka tanah Papua. Sebab dari sudut pandang kultur ( budaya ) orang Papua memiliki otoritas dan kuasa untuk mengontrol, menjaga, mengawasi, menguasai tanah, gunung, hutan, laut ( sungai ). Mereka yang mengatur dan membagikan kepada para warga asing ( pendatang ) yang membutuhkannya dan bukan sebaliknya. Namun orang asli Papua yang hidup di atas tanah leluhurnya tanpa ketakutan, terintimidasi, dicurigai, dikejar, ditangkap, ditembak mati, dipenjarakan, dan diadili dan diperlakukan seperti hewan di atas leluhurnya. Idealisme orang asli Papua tentang tanah seharusnya tidak dirampas tanahnya untuk kepentingan pembangunan seperti: pemukiman transmigrasi, lahan kelapa sawit, pertambangan emas, nikel, uranium, membangun infrastruktur perkantoran, membangun gedung militer ( TNI dan POLRI ), toko – Tokoh megah, mall – mall megah, dan supermarket” megah. Ini realitas yang terus terjadi dan berjalan dalam pusaran waktu. Bukan tidak mungkin bahwa suatu saat nanti entitas tanah dan kejatidirian orang asli Papua akan ikut tenggelam dalam sistem dan model hidup yang sebenarnya amat bertentangan dengan yang dimiliki oleh orang asli Papua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Orang asli papua menjadi tuan di tanah sendiri berarti menjaga dan memelihara jatidiri dan nilai – nilai leluhur kebudayaan warisan nenek moyangnya. Menjaga dan memelihara jatidiri dan nilai – nilai kebudayaan warisan leluhur ini akan terjaga dan terpelihara bila orang asli Papua melindunginya. Orang asli Papua menjadi tuan di tanah sendiri berarti juga kalau nilai – nilai kebudayaan tidak dibunuh dan dihancurkan, tetapi harus dilindungi, dipelihara dan dikembangkan. Bahasa daerahnya dijaga dan dilestarikan dan diajarkan di sekolah – sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi di seluruh tanah Papua. Sejarah rakyat dan perjuangan orang asli Papua diklarifikasi dan diajarkan di sekolah – sekolah di tanah Papua. Budaya orang asli Papua dijaga dan diajarkan di sekolah – sekolah di tanah Papua. Lagu – lagu daerah dilindungi. Orang asli Papua mempunyai partai politik lokal. Orang asli Papua mempunyai bendera kebudayaan. Orang asli Papua mendapat mebagian yang adil dan merata dari hasil – hasil sumber daya alam ( SDA ) yang dikeruk atau dieksploitasi di tanah Papua. Orang asli Papua benar – benar mendapat perlindungan, pemberdayaan, dan keberpihakan dalam segala aspek tanpa tawar menawar karena penduduk asli Papua adalah pemilik sah dan resmi tanah Papua dari sorong sampai merauke. Tanah Papua bukan merupakan “hadia atau pemberian” pemerintah. Tanah Papua adalah pemberian dan anugrah Allah dengan Cuma – Cuma dalam kedaulatan-Nya kepada leluhur dan moyang orang asli Papua. Leluhur dan nenek moyang penduduk asli Papua mewariskan kepada anak – anak dan cucu orang asli Papua. Ini merupakan bagian dari gambaran singkat pengertian yang sebenarnya “menjadi tuan di tanah ( negeri ) sendiri”. (Orang Papua Stop Menjual “Mama” Tanah Papua”.Oksianus K. Bukega, S.S 2021, Hal: 99 – 100).
Kita menghilangkan rasa apatis, dengki, benci, pura – pura, tidak tau diri, tapi secara bersama berdiri diatas kebudayaan yang kokoh dan membangun negeri dengan kemampuan kita sendiri. Ilmu pengetahuan menjadi kekuatan dan adat sebagai kekuatan roh untuk memandang lebih jauh berdasarkan situasi yang lalu dan kini. Tanpa karakter kepemimpinan dan ilmu pengetahuan kita akan stagnan.
Dalam nubuat aurat Yesus hadir bukan untuk menghilangkan aurat tapi justru menyempurnakan taurat yang ada. Taurat adalah kebudayaan yang telah diwariskan kepada suku dan bangsa di muka bumi ini oleh Allah sendiri. Pater Prans sering menyampaikan, orang Papua wajib mencintai dan melestarikan budayanya. Karena kebudayaan orang Papua yang unik dan sakral akan menjadi kembanggaan tersendiri terhadap dunia luar dan juga pewartaan Injil tentang Yesus Kristus akan tumbuh dan berkembang terhadap orang Papua. Karena kebudayaan, moral, integritas dan kewibawaan akan terpancar menjadi cahaya hidup dan menjadi berkat untuk orang lain. ( Pastor Frans Lieshout, “OFM Gembala dan Guru Bagi Papua”. Markus Haluk, et al. 2020 Hal: 113 – 114 )
Sejak dahulu nenek moyang orang asli Papua tidak pernah berpinda – pindah tempat tinggal artinya dari wilayah lain ke wilayah lain, dari daerah lain ke daerah lain, dari kota lain ke kota lain tapi orang asli Papua selalu hidup di tempatnya mereka sendiri, di dusunnya mereka sendiri, di daerah asalnya mereka sendiri tidak biasa ke wilayah orang lain seperti di luar Papua namun mereka selalu menetap di tanahnya sendiri. Dari tempat tinggal mereka hidup selalu harmoni, rukun, kompak dalam hal kerbersamaan hidupnya. Sejarah mencatat sejak dulu orang asli Papua tidak pernah mengalami kelaparan secara ekonomi, tidak pernah mengalami kematian berturut – turut seperti yang kita rasakan hari ini dan mereka selalu hidup sehat, gaga, kuat dan cakap dalam berbahasa, dalam pekerjaan dan lainnya.
Nenek moyang orang asli Papua hidup di negerinya sendiri di bumi cenderawasih tanah Papua ini mereka tidak pernah diatur – atur dari orang lain tetapi mereka biasanya hidup mandiri, independen, otonom dan merdeka artinya, diatur oleh pemimpin mereka sendiri soal, berpolitik, ekonomi, kesejahtraan dan pendidikan.
Nilai kemandirian yang hakiki dimiliki oleh nenek moyang orang asli Papua itu sejak Negara Kesatuan Indonesia. merdeka tanggal, 17 Agustus tahun 1945. dari situlah sudah mulai ada perubahan demi perubahan sampai dengan detik ini. Kita liat saja bahasa daerah yang dimili oleh orang asli Papua sudah mulai hilan, budaya yang dimiliki oleh orang asli Papua sudah hilan, kesenian yang dimiliki oleh orang asli Papua sudah mulai hilan, ekonomi atau makanan kas Papua yang dimiliki sudah mulai tidak dikonsumsi lagi, sejarah orang asli Papua sudah tidak di ajarkan lagi, tempat kerja orang asli Papua, saat ini sudah dikuasai oleh orang lain lagi, ini pembunuhan secara sistematis, terstruktur, rapi yang sedang terjadi yang sebenarnya nilai – nilai yang dimili oleh moyang orang asli Papua itu harus dijaga, dirawat, dilestarikan dan di kontrol secara baik.
Generasi muda Papua saat ini harus diajarkan tentang nilai – nilai kebenaran yang dimiliki oleh moyang orang asli Papua itu diajarkan di rumah – rumah, di gereja – gereja, di sekolah – sekolah, di komunitas – komunitas, di para – para adat, biarlah generasi mengenal jati dirinya, mengenal dusunnya, mengenal asal wilayah, mengenal asal daerahnya, mengenal bangsanya sendiri.
Dalam Undang – Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia.tidak ada yang mengatur, berbicara soal keberpihakan orang asli Papua yang sesungguhnya menjadi tuan di negerinya sendiri itupun kita bisa liat sebagian kecil sudah diatur dalam Undang – Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus ( OTSUS ) bagi Papua. Sekarang lanjutkan jilid ke dua ini namun kita bisa liat dan baca isinya bahwa kewenangan penuh tidak dikasih kepada orang asli Papua tetapi kewenangan sampai saat ini masih di kendalikan oleh pemerintah Pusat sehingga bagi orang asli Papua mencoba mau menjadi tuan di negerinya sendiri sangat sulit tetapi saya ingin menulis, sampaikan yang sesungguhnya orang asli Papua ingin menjadi tuan di tanah negerinya sendiri seperti dahulu.
Penduduk Wilayah orang asli Papua. dari sorong sampai merauke ini dalam pekerjaan dunia wirausaha, bisnis, ekonomi seperti, kios – kios, ruko – ruko, perhotelan, karjawan – karyawati di setiap terminal pesawat, sekuriti di setiap kantor, abang – abang ojek, sopir taksi, pengusaha, sampai dengan tingkat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, ( DPRD ) Mayelis Rakyat Papua ( MRP ) Kabupaten dan Provinsi, Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Wali Kota, Kepala Organisasi Perangkat Daerah ( OPD ), Kepala Bidang, Kepala Seksi, Kepala Distrik, Lurah, Kepala Kampung, Kapolda, Pandam, Kapolsek, Dandramil semuanya 100% dipimpin oleh orang asli Papua sendiri itu yang benar bahwa berdiri di atas tanahnya sendiri. Dan saya pikir konflik selalu terjadi sejak dulu tahun 1969 sampai 2023 saat ini belum pernah ada solusi dan penyelesaian yang tepat maka dengan kaya kebijakan baru seperti ini dan kembalikan kewenangan penuh menghidupkan nilai – nilai yang dimiliki oleh leluhurnya orang asli Papua itu sendiri maka Papua akan menjadi baik dengan daerah lain di Indonesia.
Potensi Sumber Daya Alam ( SDA ) yang Tuhan ciptakan sangat luar biasa untuk orang asli Papua menjaga, mengelola dan menikmati hasilnya ini dijaga dengan baik dikelola dengan baik oleh orang asli Papua sendiri maka kebutuhan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan pelayanan di gereja akan tercukupi maka hidup selalu berdamai, nyaman, aman dengan sahabat, keluarga sesama warga dimana kita berada.
Apa yang saya tulis ini saya pikir para pembaca akan merasa lucu, aneh dan lainnya tetapi itu isi hati dan doa panjang bagi orang asli Papua sesungguhnya dan saya percaya kepada Tuhan tulisan kecil ini suatu saat akan terwujud sesuai rancangan dan jadwal Tuhan sendiri, Doa sulung Ishak Samuel Kinjne. “Di atas batu ini, saya meletakan peradaban orang asli papua, sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi akal budi dan marifat, tetapi tidak dapat memimpin bagnsa ini, tetapi bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri” ( Wasior, 25 Oktober 1925, Ishak Samuel Kijne )
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : Sepi Wanimbo |
Editor | : YULI A. H |
Sumber | : |