Perikop Alkitab ini dimulai dengan kalimat “Hiburkanlah, Hiburkanlah umat-Ku, serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir”.
Kemudian dikatakan, ”Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan”.
Kemudian pada ayatnya yang ke-5 disebutkan “maka kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama”.
“Ayat-ayat tersebut dinilai mengandung pesan Tuhan agar umat terus terlibat dalam proses pembangunan untuk dapat melihat kemuliaan Tuhan,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejalan dengan firman Tuhan di atas lanjutnya, pemekaran DOB di Papua mutlak diperlukan mengingat kondisi wilayah yang terlalu luas. Jika ada masyarakat yang menolak pemekaran DOB, Pdt, Freddy Toam mengajak mereka untuk kembali mempelajari firman Tuhan secara seksama.
Diakui juga bahwa ada tokoh-tokoh pendeta yang menolak pemekaran DOB karena dinilai akan semakin menyisihkan keberadaan Orang Asli Papua (OAP). Pdt. Freddy Toam menilai bahwa pandangan tersebut cenderung partikularistik dan sempit.
“Para pendeta harus kembali pada pemahaman bahwa hukum kasih dan perintah penginjilan yang disampaikan Yesus bersifat universal. Tidak ada sekat pemisah, baik suku, bangsa, ras, warna kulit, jenis rambut, maupun bahasa. Yesus tidak membeda-bedakan orang, dan bahkan mengajarkan untuk mendoakan serta mengasihi musuh,” ungkap pendeta senior tersebut.
“Pada saat yang sama, dunia pun mengalami globalisasi sehingga hampir semua sekat telah terbuka. Sangat naif jika ada pendeta-pendeta yang menutup diri terhadap pihak lain, kemudian menjustifikasi pandangannya dengan kutipan ayat suci,” lanjut pria yang juga pernah menjadi anggota DPRP dan Ketua Kantor Komnas HAM Papua ini.
Menurut Pdt. Freddy Toam, seluruh dinamika yang terjadi di Papua pun harus sejalan dengan upaya untuk mendatangkan tanda-tanda Kerajaan Allah. Tuhan inginkan Papua menjadi maju dan umatnya sejahtera.
“Tuhan tentu tidak menginginkan bangsa ini tinggal dalam keterbelakangan, dan ini stigma yang sudah lama diderita oleh orang-orang di tanah Papua. Dengan otonomi ini sekarang, kita balikkan stigma tersebut. Ibarat rumah, Papua tidak boleh jadi bagian belakang, melainkan serambi atau bagian depan dari rumah Republik Indonesia. Papua berbatasan dengan Samudera Pasifik yang di seberangnya ada Amerika Serikat, Australia dan Jepang. Secara geografis, Papua harus menjadi etalase dari NKRI. Wajah Indonesia ini harus dapat dilihat dari Papua, dan saya bersyukur sekali bahwa semua suku bangsa ada di Papua,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Pdt. Freddy Toam menyampaikan bahwa OAP seharusnya dapat lebih banyak berkontribusi dalam proses pemekaran DOB mengingat ada perlindungan dalam UU Otsus. “Dulu sebelum diterapkannya Otsus Papua, masyarakat Papua dapat hidup berdampingan tanpa membedakan asal suku,” pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Penulis | : Syafrudin Budiman |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2