Pengamat Politik Dr. Ahmad Atang Menilai Jokowi Inginkan KIB Sebagai Politik Jalan Tengah

Rabu, 26 Oktober 2022 - 08:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

DETIKINDONESIA.CO.ID, KUPANG – Pesona Presiden Joko Widodo ketika menghadiri puncak perayaan HUT ke 58 Partai Golkar pada 21 Oktober 2022 di JIExpo Kemayoran Jakarta masih menjadi topik diskusi publik.

Sejumlah pernyataan dan bahasa tubuh Kepala Negara di forum yang dihadiri ribuan kader Golkar seluruh Indonesia itu memantik beragam penilaian. Pengamat Politik dari Universitas Muhammadyah Kupang, Dr. Ahmad Atang menilai, Jokowi justru mengharapkan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) menjadi kekuatan politik jalan tengah.

“Ketika dua kekuatan rivalitas politik antara NasDem dan PDI Perjuangan itu mencuat, Golkar bersama KIB diharapkan berada di posisi tengah untuk menjembatani dua kepentingan ini. Karena rakyat kemudian jangan sampai terbelah. Makanya yang tersirat dalam pernyataan Jokowi itu adalah bagaimana Golkar tidak emosional, dan gegabah dalam menentukan pilihan politiknya,” jelas Dr. Ahmad Atang di Kupang, Selasa (25/10/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia menilai, pernyataan Jokowi itu mengarah agar Golkar dan KIB menetukan capres berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang lebih rasional untuk kepentingan bangsa dan Negara. “Maka politik jalan tengah yang dilakukan Golkar dan KIB itu mesti menjadi pilihan supaya keterbelahan publik bisa diwadahi dan direkatkan oleh sebuah kekuatan politik lain,” katanya.

Saling mengharapkan

Dr. Ahmad Atang mengatakan, dilihat dari relasi politik antara partai Golkar dan koalisinya dengan pemerintah hari ini, memiliki sebuah kesamaan semacam saling mengharapkan. “Artinya, Jokowi ketika mengakhiri masa kepemimpinan di tahun 2024, tentu kondisi yang tercipta selama 10 tahun kepemimpinannya itu harus ada keberlanjutan. Kemudian Jokowi mesti meletakkan harapan ini kepada partai dan aktor-aktor politik yang diyakini mampu meneruskan apa yang sudah diletakkan selama 10 tahun itu,” katanya.

Baca Juga :  Walau Sempat Dukung Anies, Prabowo Tetap Terima NasDem Masuk Koalisi

Menurut dia, menjadi menarik karena Jokowi mengatakan itu di acara besar HUT Golkar. “Kalau ini dibicarakan Jokowi di PDI Perjuangan, saya kira suatu hal yang biasa saja. Tetapi karena ini di Golkar berarti secara politik kita melihat dinamika setelah Nasdem mengusung Anies Baswedan ini kan sudah terbangun semacam rivalitas politik,” katanya.

Disebutkan, di satu sisi orang melihat NasDem yang hari ini masih bagian dari kekuasan terus dia mengambil sikap politik yang kemudian dalam tataran faksi politik sebenarnya ini agak berani. “Tapi faktanya sudah terjadi berarti satu kekuatan sudah berdiri dan akan muncul kekuatan lain yang saling berhadapan. Sehingga ini ada semacam rivalitas politik yang sudah mulai terbangun antara kekuatan Nasdem dalam tanda petik bisa juga dengan kekuatan politik PDIP yang sedang dibangun itu,” jelasnya.

Ahmad Atang menyebut, lantaran kondisi rivalitas itu maka Jokowi memberi harapan besar kepada Golkar. “Salah satunya adalah dia tidak gegabah dan tidak semberono dalam menentukan capres,” katanya.

Sebaiknya tiga paket

Ia mengatakan, mestinya dalam Pilpres 2024 nanti ada tiga paket calon. “Kalau kita biarkan dua paket saja,  maka rivalitasnya akan menciptakan keterbelahan tajam di tengah masyarakat.  Itu isyarat pertama. Isyarat yang kedua, setidaknya Golkar dan KIB itu tidak kemudian mengambil posisi untuk mengikuti politik mainstream. Artinya dia mesti punya patokan, sepanjang dia punya figur, dan punya modal politik. Kan dia tidak mungkin melebur pada koalisi-koalisi yang sudah terbentuk,” ujarnya.

Golkar, mesti berdiri dengan kekuatan figur sendiri karena memang mereka mempunyai modal politik. Golkar sebagai partai besar yang kalau dikalkulasikan, sebenarnya di atas 20% lebih. “Ini yang mesti dikelola sebagai sebuah kekutan politik. Tidak harus merapat ke koalisi-koalisi lain kemudian KIB menjadi hilang,” ujarnya.

Baca Juga :  Ketua MPR RI Bamsoet Dukung Kol (Mar) Samson Sitohang Sebagai Komandan Denjaka TNI AL

Disebutkan, jika dilihat soal orientasi pembangungan kedepan, memang suka atau tidak suka ekonomi menjadi lokomotif pembangunan. “Bicara soal ekonomi, kita tidak bicara soal kemampuan sebuah Negara, tapi kita bicara interaksi ekonomi global. Jadi, ekonomi global itu membutuhkan figur yang memiliki kepiawaian di dalam membangun loby-loby politik untuk kepentingan ekonomi. Inikan bukan soal siapa yang berkuasa tetapi siapa yang terbiasa,” katanya.

Dikatakan Ahmad Atang, melihat kondisi saat ini, yang mengendalikan ekonomi selama 5 tahun dibawah kepemimpinan Jokowi itu adalah Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartato sebagai Menko Perekonomian. “Itu artinya dia paham betul soal bagaimana memobilisasi sumber daya alam dalam negeri dan bagaimana dia kemudian membangun relasi ekonomi dengan negara-negara donatur, dan negara-negara maju,” sebutnya.

Menurut dia, pendekatan-pendekatan ekonomi hari ini, bukan hanya soal bagaimana provid, tetapi soal humanistic. “Hubungan kemanusiaan inikan sebenarnya lebih menentukan bagaimana transaksi ekonomi untuk kepentingan sebuah negara. Jadi saya kira apa yang disampaikan oleh Pak Jokowi itu sebetulnya menunjukkan bahwa Airlangga Hartarto itu memiliki kemampuan untuk membangun kerja sama ekonomi dengan negara-negara maju maupun dengan lembaga-lembaga keuangan dunia,” paprnya.

Disebutkan Atang, relasi ini sudah dibangun selama 5 tahun ketika Airlangga menjadi Menko Perekonomian. “Saya kira, ini yang membuat kenapa Jokowi begitu nyaman di tengah ketepurukan bangsa soal Covid tapi ekonomi kita tidak terpuruk. Ini soal kepiawaian pak Airlangga untuk mengendalikan ekonomi, menciptakan pertumbuhan dan seterusnya,” ujarnya.

Menurut Ahmad Atang, kalau orientasi pembangunan ekonomi kedepan itu menjadi lebih kuat, maka memang ekonom lebih pas untuk memimpin bangsa ini. Dan, ekonom sekaligus politisi sehingga dia bisa menjembatani kepentingan politik dan ekonomi. Sebab, kalau hanya sekedar ekonom teknokrat itu artinya dia hanya bisa melihat ekonomi sebagai sebuah model pembangunan.

Baca Juga :  Tantangan Energy Indonesia, Butuh Solusi Multi Dimensi

Makna “tidak sembrono”

“Saya sepakat dengan apa yang sampaikan oleh Pak Jokowi bahwa warning tidak sembrono, itu mungkin istilah menurut saya cenderung menekan tapi juga agar tidak lama-lama karena memang poitik inikan soal momentum. Di mana kita berkejaran dengan waktu, maka setidaknya figur yang kemudian nanti menjadi nominasi oleh KIB itu harus dimunculkan lebih awal,” katanya.

Pasalnya, menurut dia, figur yang didominasi oleh KIB itu bisa memiliki waktu yang panjang untuk bagamaina membangun relasi politik, menciptakan infrastruktur politik kedepan. Kedua, dengan munculnya figur ditentukan lebih awal itu paling tidak publik kemudian punya semacam refrensi politik dari berbagai figur yang sudah pasti maju. “Bayangkan NasDem yang hanya satu partai, dari sisi syarat belum terpenuhi tapi dia sudah berani mendeklarasikan Anies Baswedan. Sementara  Golkar dengan KIB dari sisi persyarat itu sudah terpenuhi, tapi kenapa dia masih mengulu-ulur waktu. Jangan sampai terjadi kejenuhan publik. Jadi saya kira dia mesti menjaga psikologi public dengan segera menentukan dan supaya publik jangan jenuh menunggu kapan KIB menentukan pilihan politiknya,” sebut Ahmad.

Dikatakan, Golkar adalah partai dengan posisi 3 besar. “Jadi kalau hari ini bicara siapa yang layak, ukuran layak pertama adalah Airlangga Hartarto mempunyai modal politik. Karena dia ketua partai dan Golkar masuk 3 besar di level penerimaan public,” ujar Ahmad Atang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Penulis : Tim
Editor : Admin
Sumber : Selatanindonesia.com

Berita Terkait

Gerindra Sentil PDIP Soal PPN 12 Persen: Seperti Lempar Batu Sembunyi Tangan
Diduga Membeck’up Aktifitas Galian C Ilegal, Muamil Meminta Kapolda Malut Copot Kapolsek Obi
PB-FORMMALUT Minta Kapolsek Obi Tindak Tegas Galian C, Milik Hasan Hanafi 
Soal Kasus Korupsi Bank BPRS, Kejari Halsel Di Demo 
Pemkot Tidore Raih Penghargaan Pengelolaan TKD Terbaik T.A 2024
TPID Kota Tidore Gelar Rakor Pengendalian Inflasi Jelang Nataru
Dorong Pembangunan Kaimana Berbasis Data, Bupati Freddy Thie Jalin Kermitraan Strategis Dengan BPS RI
Sambut Perayaan Natal Akbar STEMI 2024, Timothy: Akan ada 7 Ribu Vokalis dan Pemusik

Berita Terkait

Kamis, 21 November 2024 - 13:20 WIB

Catatan Politik Senayan; Prioritaskan Program dengan Berpijak Pada Aspirasi Publik

Rabu, 20 November 2024 - 15:49 WIB

Politik di Spice Islands

Jumat, 15 November 2024 - 21:27 WIB

Transmigrasi Bukan Solusi Kesejahteraan Bagi Penduduk Orang Asli Papua

Minggu, 10 November 2024 - 12:57 WIB

Implementasi Disertasi Menteri Bahlil: Pembentukan SATGAS Hilirisasi Berkeadilan dan Berkelanjutan Mendesak Dipercepat

Selasa, 5 November 2024 - 16:12 WIB

Rancu Produk Hukum Pelantikan Presiden & Wakil Presiden

Minggu, 27 Oktober 2024 - 20:20 WIB

Kerek Lamok dan Wunuk Kerek

Minggu, 27 Oktober 2024 - 20:13 WIB

Perempuan Lani dan Cawat Tali

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 15:14 WIB

Sahabatku, Sukiman Yang Syahid Dalam Mencari Nafkah

Berita Terbaru

Daerah

Soal Kasus Korupsi Bank BPRS, Kejari Halsel Di Demo 

Minggu, 22 Des 2024 - 12:54 WIB