Melihat Perkaderan dalam tubuh HMI yang masih jauh menyentuh ranah sosial kemasyarakatan. Kader-kader HMI kadang terjebak dalam keeksklusifitasan intelektual. Kader-kader HMI masih banyak yang sibuk untuk mengurusi internal organisasi. Kader-kader HMI sibuk untuk meng up-grade kapasitas intelektualnya, sehingga ranah pengabdian kepada masyarakat belum tergarap dengan baik. Di zaman digitalisasi kader HMI khusunya instruktur harus mampu menguasai materi materi yang berkaitan dengan digitalisasai jangan sampai di era yang semakin cepat ini instruktur HMI jauh ketinggalan sehingga butuh pembelajaraan dan pemahaman tentang pengetahun yang terkait dengan digitalisasi harus di kuasai sehingga intruktur harus memiliki metode atau formula baru terhadap pentraningan HMI yang berbasis kepada Pengelolaan training digital disetiap jenjangan pentrainingan. Sehingga pentraningan HMI tidak ketingalan zaman atau stagnan.
Secara operasional, perkaderan dipahami sebagai usaha sistematis organisasi dalam mencapai cita-cita yang bentuknya tergambarkan melalui usaha HMI dalam membentuk integritas watak dan kepribadian, pengembangan kualitas ilmu pengetahuan serta pengembangan kualitas keahlian. Ketiga hal ini diintegrasikan dalam system perkaderan HMI, yang pembagian tugas-tugas pelaksanaannya menjadi tanggung jawab kelembagaan secara umum, dan secara khusus menjadi tugas bagi bidang yang dimandati untuk melaksanakan dan mengembangkannya sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. Salah satu bagian yang diberikan wewenang untuk menjaga dan memastikan proses kaderisasi ini berjalan adalah lewat Badan Pengelola Latihan, yang merupakan badan khusus yang bersifat semi otonom didalam tubuh HMI. Pemahaman tentang dunia digitalisasi harus memang di masifkan untuk seluruh kader HMI, materi-materi muatan local yang ada di pentraningan ditubuh HMI, khusunya tentang digitalisasi harus sudah di masukan sehingga selain untuk pemahaman peserta dan juga untuk bagaimana nantinya mereka bekerja di dunia yang profesional apalagi di era yang serba cepat ini jangan sampai kader HMI jauh ketingalan. Seharusnya dengan kejaayaan sejarah HMI dulu mampu menjadi spirit juang kader HMI untuk menghadapi tantangang yang akan datang.
Poin penting perkaderan dalam HMI adalah bagaimana seorang kader dapat melakukan perkaderan yang dimulai dari diri sendiri. Bagaimana seorang pengkader akan mengkader orang lain, namun belum dapat mengatur dirinya sendiri. Dibutuhkan kesadaran individu agar internalisasi nilai-nilai HMI dapat masuk dan meresap ke dalam jiwa tiap individu kader HMI. Dari hal inilah sebenarnya proses perkaderan dimulai. Perkaderan dimulai dari pribadi individu, kemudian baru menyebar ke orang lain dan masyarakat luas. Pentraningan HMI sudah seharusnya kembali ke khitoh perjuangan yang mana kita ketahui lahirnya hmi dengan dua misi besar tentang keislaman dan keindonesia untuk mejaga itu ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, kalau dulu kita dengan slogan HMI back to campus sekarang coba kita mulai dengan pola pentraningan kita HMI back to society dalam pelaksanaan pentrainingannya dilakukan didesa desa selain untuk mengenalkan HMI ke masyarakat kader HMI juga harus dekat dengan msyarakat jangan sampai stigma negative tentang HMI yang pro kekuasaan terus berkembangan dikalangan masyarakat maupun kader HMI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Perkaderan adalah suatu kegiatan primer HMI, yang mana kegiatan itu meliputi segenap usaha kearah pembinaan manusia muslim (mahasiswa Islam) Indonesia yang mampu bertangggung jawab dan mampu berbuat sebanyak banyaknya untuk kepetingan rakyat. Maka dari itu mulai dari penempatan pelaksaan training, HMI harus bisa mencari tempat pelaksaan yang strategis. Tempat pelaksaan itu meliputi adanya (Masjid/Mushola, Aula training, ruang istirahat peserta Laki-laki dan perempuan, ruang istirahat panitia dan pengelola, kamar mandi/toilet serta halaman untuk mengadakan kegiatan diluar ruangan). Dengan beberapa point yang harus ada dalam menentukan tempat training. Maka ada tempat yang bisa kita gunakan untuk mengadakan training. Yaitu dibalai desa, sekolah dan pondok-pondok pesantren.
Dengan ditopang oleh tempat pelaksaan training HMI yang sudah dijelaskan diatas, dan ditambah beberapa materi penunjang yang dapat menambah kepekaan kader terhadap permasalahan masyarakat yakni, materi Analisis Social disetiap jenjang training yang ada di HMI. Diharapkan kader HMI bisa turun langsung dengan masyarakat yang ada di arena pentraningan. Karna kita ketahui HMI lahir untuk mewujudkan msyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT. Sehinga setelah peserta yang lulus mengikuti traning LK I bisa mengimplementasikan pengetahuan keislaman dan keindonesia yang mereka dapatkan itu didesa tempat dilaksanakan pentraningan dan mereka bisa membentuk “desa binaan” dengan melakukan kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial. Sudah seharusnya kader HMI kembali ke ranah masyarakat. Jangan sampai kader HMI menjadi Kader Elit yang lupa dengan dua tujuan awal berdirinya HMI. yang pernah dikatakan jendral Sudirman “HMI bukan hanya Himpunan Mahasiswa Islam tapi HMI adalah Harapan Masyarakat Indonesia”.
Penulis | : Ahmad Surya Ramadhan R |
Editor | : Muhamad Fiqram |
Sumber | : |
Halaman : 1 2