Pluralisme Inklusive Perspektive Muslim Papua

Minggu, 23 Juli 2023 - 17:13 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Ismail Asso – Ketua Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah (FKMPT) Papua

 A. Monopoli Tafsir.

Asumsi bahwa : ‘Papua Karya Tuhan, Orang Papua Pewaris’. Seturut dengan pameo:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

‘Adat lebih dulu ada baru Agama dan Pemerintah datang kemudian’.

Semakna dengan;

‘Agama dan Pemerintahan datang baru-baru ini’, Orang Papua sudah ada sejak dahulu kala’.

Perlu diperhatikan bahwa dua kalimat belakang netral, yang mutlak bagi orang Papua kata pertama.

Kecuali itu, selain akhlaq Islam dan fenomena paguyuban etnis penulis mau memberikan sedikit sumbangan pikiran teologi inclusive dalam pluralitas masyarakat Papua.

Penulis ingin mengajak generasi muda khususnya mahasiswa Papua senantiasa berfikir logis, reflektif kalau bukan kontemplasif.

Tulisan ini semacam intellectual excercise (latihan berpikir logis) atau latihan intelectual. Intellectual exsercise perspektif Islam seturut darimana penulis berasal.

Diharapkan ada elaborasi lebih lanjut pengembangan teologi inclusive sesuai konteks sosial masyarakat Papua dari berbagai perspektif.

Mengingat setting Integrasi sosial masyarakat Papua kedepan penting dikontruksi sedemikian rupa dari sekarang.

Planning setting sosial begini menjadi tanggungjawab semua pihak.

Tulisan sederhana ini adalah salah satu stimulus awal untuk memenuhi tujuan itu dan judul menunjukkan urgensi dimaksudkan.

Akhirnya semua pihak diharap kiranya dapat bemberikan kontribusi pemikiran sama dari berbagai perspektif guna kebaikan hidup bersama Papua kedepan.

B. Moralitas

Pejabat publik sebagai panutan masyarakat umum tidak bisa tidak, harus menjadi teladan moralitas rakyat yang dipimpinnya.

Karena itu para pemimpin Papua harus menjadi teladan moral bagi warga masyarakat umum.

Teladan moral sangat penting bagi perbaikan mentalitas bangsa Papua.

Hal ini utamanya harus dimiliki pejabat publik agar dapat diteladani rakyat.

Untuk itu Papua kedepan para calon pejabat publik moralitas syarat utama seorang pemimpin.

Demikian sudah dianut banyak Negara maju.

Amerika Serikat misalnya moralitas menjadi tolak ukur utama seorang kandidat Presiden disana.

Baca Juga :  Hokky Caraka dan Tiga Presiden

Betapa penting moralitas syarat bagi Negeri itu Bill Clinton, (suami Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri, Barak Obama), affair dengan sekretarisnya Monica Lewinsky meminta maaf terbuka.

Betapapun kebebasan di sana sangat dijamin namun soal moral calon pemimpin publik menjadi tolak ukur negara-negara maju.

Negera maju dan demokratis moralitas sebab utama pengunduran diri seorang pejabat.

Disana seorang pejabat publik dijatuhkan lawan politik dan secara terhormat meletakkan jabatan.

Amerika, Jepang, Korea dan negara-negara Eropa moral syarat seorang kandidat pemimpin publik.

Bagaimana dengan Indonesia? Hal ini juga harusnya berlaku. Tapi kini dengan adanya tes-propertes mulai ada perhatian kesana.

Papua hal ini kedepan harus lebih diperhatikan.

Keutamaan moral para pejabat public Papua sebagai teladan bagaimana seharusnya ada (das sollen) dan adanya kenyataan (das sein) senantiasa didapati paradoxe.

Malah penegakan moral (akhlaqul karimah) para pejabat sebagai bagian dari law enforcement dalam pembangunan masyarakat Papua sejauh ini lemah.

Padahal maju-mundur suatu bangsa lebih disebabkan tinggi-rendahnya moral suatu bangsa dan itu dimaksudkan diantaranya penegakan hukum, demokrasi dan HAM.

C. Islam Solusi

Idealiatas nilai Islam dan kenyataan pluralitas sosial masyarakat Papua bukanlah dillema tapi rahmat.

Bagi Muslim Papua nilai-nilai islam harus melandasi tingkah laku (moralitas) masyarakat pemeluknya.

Kenyataan seringkali moralitas (akhlaaqul kariimah) ideal islam dan praktek masyarakat muslim, antara cita dan rasa, senantiasa tidak seiring sejalan.

Bila umat islam sanggup menjadi teladan moralitas dalam pembangunan character bangsa.

Maka trasnformasi nilai-nilai islam ideal bisa menjadi standar nilai bisa diterima, minimal menjadi standar nilai internal umat atau nilai itu dapat mempengaruhi tingkah laku dalam diri umat islam sendiri.

Sesungguhnya etika semua agama sama.

Orientasinya transcendental, menuju ‘Kebaikan Rahmat Tuhan’ (Kasih Sayang Tuhan).

Baca Juga :  ULMWP sudah ‘Mati’: Tugas kita Membangun Persatuan yang Baru

Semua agama mengajarkan Kebaikan untuk mendapatkan Rahmat Tuhan.

Bicara agama dasarnya tentang Kebaikan Rahmat Tuhan.

Maka kebaikan inti dari pesan keagamaan dan itu ada dalam semua agama samawi (Yahudi, Kristen dan Islam).

Karenanya usaha penawaran keutamaan nilai-nilai Islam bagi kemasalahatan bersama tidak lepas dari itu, terlepas diterima atau ditolak.

Namun yang terpenting digarisbawahi disini adalah bahwa tidak ada jaminan otoritas penafsiran kebenaran mutlak subyektif orang islam.

Sejak wafatnya Rasullah SAW, kecuali masa sahabat, Islam masa kini sesungguhnya jejak.

Islam persis seperti apa, kita belum pernah ikut mengalami islam zaman Nabi.

Berarti paham islam serta penafsiran ditawarkan untuk dicoba diterapkan menjadi standar nilai itu didapati melalui catatan manusia sebatas ijtihad interpretasi belaka yang itu bisa salah bisa benar (bersifat ijtihadi).

Hadits Nabi popular dikalangan ahli fuqoha menyebut:

‘Seorang hakim memutuskan perkara sulit tapi hasil ijtihadnya benar maka dapat dua pahala tapi kalau ijtihadnya salah maka tetap dapat pahala satu’.

Untuk itu disini kita mencoba menampilkan interpretasi bebas nilai-nilai islam dari sumber utama Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai suatu ijtihad sesuai dimensi waktu dan tempat dalam konteks social masyarakat Papua.

Karena itu orang boleh berasumsi bahwa memahami islam persis sepersis-persisnya zaman Rosulullah itu muspra.

Namun melalui kitab suci dan sunnah Rasul sebagai guardance umat islam, kita sebenarnya sanggup membumikan nilai-nilai ideal islam yang bersifat transendetal itu dalam bumi Papua.

Transformasi nilai-nilai Islam universal dijadikan sebagai islamic ethic sebagaimana protestan ethic berlaku di Amerika atau campuran etika semua agama.

Hal ini tidak saja menjadi tanggungjawab intelektual muslim Papua tapi semua, tatkala kita mengalami dan memperhatikan dekadensi moral (akhlaqul karimah) umat Islam Papua masa kini dan untuk masa depan.

Dalam menata kehidupan bersama kita senantiasa mengalami suatu proses.

Baca Juga :  64 Tahun LaNyalla: Sang Pemberani dan Tulus Perjuangan Kembali Ke UUD 1945 Yang Asli

Proses baru dan lain tatakala kita berjumpa dengan berbagai kelompok agama.

Maka standar nilai, kehidupan bersama dalam kemajemukan masyarakat Papua berasal dari berbagai sumbangan semua agama.

Maka penataan akhlaqul karimah secara internal umat islam mau didahulukan lebih dulu disini, sebelum menata nilai bersama diluar diri umat Islam.

Untuk itu revolusi penataan akhlaqul karimah internal umat Islam Papua secara frundamental urgent harus didahulukan.

Landasan teologis untuk ini sebagaimana Nabi Muhammad SAW sendiri pernah mengaku bahwa dirinya diutus sebagai Nabi dan Rasul oleh Allah SWT, semata-mata hanya untuk menyempurnakan akhlakulkarimah (kemuliaan budi/tingkah laku) umat manusia. Demikian bunyi Hadits Nabi :

Innamaa buitstu li utammima makaarimal akhlaq. Artinya : “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq”. (Al-Hadits).

Oleh sebab itu umat Islam Papua harus menunjukkan moralitas tinggi sebagaimana teladan itu diajarkan dan diteladankan (Sunnah) Nabi.

Tatkala Nabi Muhammad SAW mau meninggal beliau berpesan pada umat islam untuk berpegang teguh pada dua perkara yakni Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

Apabila umat berpegang teguh pada dua perkara itu maka mereka tidak akan sesat dan sebaliknya.

Keutamaan akhlaq Nabi Muhammad SAW bersumber dari Al-Qur’an.

Karena itu umat Islam Papua harus kembali pada Al-Qur;an dan Sunnah Rasul agar merubah diri dari dalam sesuai nilai-nilai islam (akhlaqul karimah) bersumber Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Imam Al-Hasan Al-Bashri RA berkata :

“Seorang hamba akan senantiasa berada dalam kebaikan selama dia memiliki penasehat dalam dirinya sendiri. Dan muhasabah (intropeksi) diri merupakan penasehat yang paling utama”. (Fajri 91.4 FM).

Lebih lanjut Sahabat Nabi berkata : ‘Bahasa perbuatan lebih terang dari bahasa kata-kata’.

Perubahan akhlaq harus dimulai dari dalam diri sendiri. Jika perbaikan akhlaq dari dalam diri, pancaran sinarnya meneduhkan dan menerangi lingkungan gelap.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Penulis : Ismail Asso
Editor : Mufik
Sumber :

Berita Terkait

Catatan Politik Senayan; Prioritaskan Program dengan Berpijak Pada Aspirasi Publik
Politik di Spice Islands
Transmigrasi Bukan Solusi Kesejahteraan Bagi Penduduk Orang Asli Papua
Implementasi Disertasi Menteri Bahlil: Pembentukan SATGAS Hilirisasi Berkeadilan dan Berkelanjutan Mendesak Dipercepat
Rancu Produk Hukum Pelantikan Presiden & Wakil Presiden
Kerek Lamok dan Wunuk Kerek
Perempuan Lani dan Cawat Tali
Sahabatku, Sukiman Yang Syahid Dalam Mencari Nafkah

Berita Terkait

Rabu, 20 November 2024 - 15:49 WIB

Politik di Spice Islands

Jumat, 15 November 2024 - 21:27 WIB

Transmigrasi Bukan Solusi Kesejahteraan Bagi Penduduk Orang Asli Papua

Minggu, 10 November 2024 - 12:57 WIB

Implementasi Disertasi Menteri Bahlil: Pembentukan SATGAS Hilirisasi Berkeadilan dan Berkelanjutan Mendesak Dipercepat

Selasa, 5 November 2024 - 16:12 WIB

Rancu Produk Hukum Pelantikan Presiden & Wakil Presiden

Minggu, 27 Oktober 2024 - 20:20 WIB

Kerek Lamok dan Wunuk Kerek

Minggu, 27 Oktober 2024 - 20:13 WIB

Perempuan Lani dan Cawat Tali

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 15:14 WIB

Sahabatku, Sukiman Yang Syahid Dalam Mencari Nafkah

Rabu, 23 Oktober 2024 - 19:30 WIB

Papua Bukan Tanah Kosong

Berita Terbaru

Nasional

Setyo Budiyanto Terpilih Sebagai Ketua KPK 2024-2029

Kamis, 21 Nov 2024 - 15:08 WIB