>
Nasionalitas Sabam Sirait tidak hanya sebatas dan tidak terbatas saja pada tataran domestik Indonesia secara kaku dan konservatif. Namun nasionalitas yang menyentuh inti kedalaman universalitas Nilai-Nilai kemanusiaan, demokrasi, dan keadilan sosial secara otentik dan konkrit. Visi sosial dan misi politik Sabam Sirait bertujuan mengikhtiarkan dan mengukuhkan universalisasi Nilai-Nilai tersebut.
Sabam Sirait berdiri tegak dan teguh serta bergerak jelas dan tegas melakukan universalisasi Nilai-Nilai kemanusian, demokrasi, dan keadilan sosial. Sabam Sirait berhasil “membebaskan” diri dari ikatan kaku dan belenggu ketat yang mengikat dan membelenggu. Berhasil mentransformasi diri, dengan menerobos dan meninggalkan sekat pembatas. Sekat tersebut bersifat fanatisme, konservatisme, primordialisme, dan sektarianisme sempit dan kaku. Bertentangan dengan kemanusiaan, demokrasi, dan keadilan sosial.
Kemudian Sabam Sirait, mau dan mampu menembus ruang dan memasuki hamparan luas, dalam, dan tinggi. Bertujuan menyebarkan dan menyuburkan benih politik kemanusiaan, demokrasi, dan keadilan sosial. Sabam Sirait melakukannya tanpa kekurangan dan tanpa kehilangan jatidiri kepribadian yang utuh dan elan kepemimpinan yang paripurna.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Konsekuensinya adalah menempatkan Sabam Sirait menjadi “milik dan aset” masyarakat, bangsa, negara Indonesia, dan komunitas regional dan internasional. Tidak saja dan bukan hanya milik dan aset satu suku, satu daerah, satu agama dan kepercayaan, satu golongan, satu kepartaian dan kelembagaan politik, bahkan satu negara saja. Namun publik luas serta kalangan umum dan tertentu, juga “memiliki” Sabam Sirait.
Garis pemikiran sosial dan politik kenegaraan beserta alur filsafat politik bernegara melayani dari Sabam Sirait. Hakekatnya adalah mengembangkan politik pada politik etik dan moralitas politik. Kepolitikan tersebut berupa gugusan kawasan dan atmosfir mosaik politik pembangunan dan pemajuan kemanusian, demokrasi, keadilan sosial. Garis besar pemikiran dan alur utama filsafat tersebut, tidak menyetujui (tidak merekomendasikan dan tidak mengabsahkan) perpolitikan yang merusak dan yang menghancurkan.
Juga tidak mempromosikan politik permusuhan, politik perebutan, politik menang dan kalah, dan politik kekuasaan semata. Proposal pemikiran filsafat politik yang harus disebarkan adalah politik pemanusiaan, politik peradaban, politik persahabatan, politik persatuan, dan politik pelayanan. Perpolitikan yang “berhati nurani” dan “bergotong royong”.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : Firman Jaya Daeli |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Selanjutnya