DETIKINDONESIA.CO.ID, TERNATE– Produktivitas beras di Provinsi Maluku Utara tercatat mengalami penurunan selama tahun 2021-2024.
Kepala Bank Indonesia (BI) Maluku Utara, Dwi Putra Indrawan, mengatakan bahwa penurunan itu sejalan dengan besarnya konsumsi dibandingkan produksi beras.
ADVERTISEMENT
![](https://www.detikindonesia.co.id/wp-content/uploads/2024/08/hjh.jpg)
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Sejak tahun 2019 dan 2023, Maluku Utara mengalami defisit beras. Per tahun 2023, produksi 15 ribu ton tetapi konsumsi 105 ribu ton,” kata Dwi Putra pada kegiatan Media Briefing, Jumat (14/2/2025).
Lanjut Dwi Putra, hasil kajian neraca pangan BI Maluku Utara menunjukkan,sebagian besar pasokan beras untuk wilayah Malut berasal dari Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.
“Sebagian distributor beras memanfaatkan tol laut,” ujarnya.
Namun menurut Dwi Putra, untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat Maluku Utara, perlu melakukan Kerjasama Antar Daerah (KAD) penghasil beras.
“Dan hal-hal yang mendukung KAD, kita perlu bekerjasama dengan UGM untuk menyusun neraca perdagangan Maluku Utara, subsidi ongkos angkut bahan sembako, dan penetapan hub sentralisasi pengiriman logistik,” jelasnya.
Tak hanya itu, Dwi Putra mengungkapkan, beras juga menjadi salah satu penyumbang utama inflasi selama tahun 2024.
Yang mana salah satu penyebabnya karena ketergantungan pasokan beras Maluku Utara dari daerah lain.
“Beras selalu menjadi penyumbang utama inflasi dari Januari hingga Desember 2024,” tandasnya. (*)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : TIM |
Editor | : BIM |
Sumber | : TRIBUN TERNATE |