“Saya menilai percuma kalau kita masih menggunakan Konstitusi hasil Amandemen 2002, persoalan bangsa tidak akan selesai. Saya setuju diperlukan tokoh yang kuat, yang hebat, yang punya integritas. Dan hal itu ada pada sosok Pak LaNyalla.
Politisi Ahmad Yani menegaskan jika saat ini bangsa ini kehilangan figur pemimpin. “Bagaimana kita membuat model kepemimpinan untuk saat ini, itu yang terpenting. Karena, kondisi saat ini persoalannya cukup komplek, tidak bisa dengan linier saja,” beber Ahmad Yani.
Yani menaruh harapan besar kepada LaNyalla. Ia optimistis LaNyalla jawaban dari krisis kepemimpinan saat ini. “Bagaimana Pak LaNyalla bisa merespon hari ini, besok dan lusa. Kalau bisa merespon dengan baik, pasti akan berhasil,” ucapnya yakin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pegiat konstitusi lainnya, Edwin, menilai saat ini Indonesia dihadapkan pada lemahnya posisi konstitusi. Hal itu terlihat dari betapa mudahnya pemimpin negeri ini memproduksi Undang-Undang yang justru menjauhkan dari kepentingan rakyat secara luas.
“Reformasi gagal total karena hasilnya saat ini tidak ada. Reformasi juga tidak sesuai filosofi bangsa kita yang akhirnya mengarahkan bangsa ini menjadi sangat liberalistik dan kapitalistik sekaligus oportunistik. Problem ini bermuara dari konstitusi,” papar Edwin.
Ia menilai DPD RI di bawah kepemimpinan LaNyalla harus menjadi leader yang berkaitan dengan mengawal konstitusi. “Karena dari 7 lembaga tinggi negara, hanya DPD RI yang jelas posisinya bagi rakyat,” katanya.
Sementara Ketua Gerakan Bela Negara (GBN), Hidayat Poernomo, menegaskan jika saat ini sepertinya rakyat tak pernah memiliki negara ini. “Faktanya demikian. Apakah kita concern dengan negeri ini. Kalau tidak, negara lain akan masuk ke negeri ini. Apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita?” tanyanya.
Ia mengajak semua elemen bersatu padu memperbaiki bangsa ini. “Rekatkan persatuan dan kesatuan. Saatnya kita lakukan bela negara,” ajak dia.
Dosen Universitas Indonesia, Dr Mulyadi menilai persoalan bangsa tidak pernah beranjak karena elit politik saling bertarung.
“Problemnya ada di elit kita yang merusak. Penyakitnya Indonesia ini karena ada sekelompok orang yang tidak punya kapasitas, integritas dan kapabilitas politik, tetapi berambisi kekuasaan untuk dirinya dan kelompoknya, yakni oligarki politik. Basisnya di partai politik. Landasannya memburu jabatan,” tegas Mulyadi.
Dari sisi ekonomi juga ada problematika oligarki ekonomi yang memiliki nafsu besar untuk menguasai Sumber Daya Alam (SDA) dengan rakus.
“Mereka bekerjasama dengan oligarki politik yang membesarkan orang yang tak punya moral, tapi punya pengaruh didukung oleh orang-orang dan sekelompok masyarakat bertindak sebagai operasional atau timses. Inilah yang namanya oligarki sosial. Jadi mereka adalah gabungan dari pengusaha, penguasa dan bandit politik,” tutup dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : Tim |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2