اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ
72. Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh,
Quran Surat Al-Ahzab ayat 72 di atas secara tidak langsung memberi pendasaran etis pada amanah baik bagi orang-orang yang berpuasa maupun pemimpin yang sedang berkuasa yang didasarkan pada aspek moral dan spiritual sehingga pada gilirannya akan dimintai pertanggungjawaban didunia dan akhirat
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan demikian, aktivitas puasa dan pemimpin yang berkuasa memiliki nilai yang sama, yakni amanah bagi setiap pribadi yang menjalankannya guna mencapai ketakwaan sebagaimana orang-orang terdahulu. Hal ini relevan dengan apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud dalam Makarim Akhlaq:
“Puasa adalah amanah, hendaknya setiap manusia menunaikan amanahnya masing-masing dengan sebaik-baiknya”
Relasi Puasa dan Penguasa!
Terminologi puasa secara syariat adalah menahan diri dari makan dan minum serta pemenuhan hasrat biologis dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Secara hakikat, makna puasa berarti menahan diri atau mengendalikan diri dari hawa nafsu duniawi yang sering kali melampaui batas dengan mengabaikan dan tidak mengindahkan nilai-nilai utama kebenaran, kebaikan, kepatutan, dan kebijaksanaan.
Pemaknaan puasa ini dalam konteks kepemimpinan politik seharusnya menjadi laboratorium untuk mengendalikan dan menahan diri dari tindakan-tindakan yang paradoksal dengan fitrah manusia. Menahan dan mengendalikan diri dari perilaku flexing, arogan, kesombongan, dan keangkuhan.
Dalam arti yang lebih luas, puasa adalah medium membebaskan manusia dari tindakan-tindakan yang kontras dengan nilai-nilai kemanusiaan, seperti dominasi struktur yang menindas, diskriminasi, hegemoni, tirani, dan sebagainya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis | : TIM |
Editor | : BIM |
Sumber | : |
Halaman : 1 2 Selanjutnya