Tidak hanya selesai disitu, semangat ramadan masih terus mewarnai pernak-pernik kemerdekaan Indonesia. Lihat saja misalnya, pengakuan yang tulus dari para pendiri negeri ini, mereka sepakat bahwa kemerdekaan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil keringat para pejuang yang gigih dan bahkan gugur dalam merebut kemerdekaan, melainkan sebagai berkat dan rahmat Allah Yang Maha Kuasa (alinea 3 Pembukaan UUD 1945). Kesepakatan ini tentu didorong oleh kekuatan iman dan keyakinan mereka. Terlihat dengan jelas bahwa dorongan iman sangat dominan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, sebagaimana juga puasa di bulan ramadan, hanya dapat dilaksanakan dengan sempurna bila dilakukan atas dorongan iman yang kuat.
Dari perjalanan sejarah bangsa tersebut dapat dilihat bahwa ramadan sangat memiliki nilai sejarah dan relevansi dengan persatuan bangsa dan nasionalisme, dengan kata lain bahwa nasionalisme bangsa Indonesia adalah nasionalisme religius.
Lantas bagaimana cara kita sebagai umat muslim dalam mengisi dan mempertahankan nasionalisme religius ini? Tentunya semua terpulang kepada kita untuk mampu menggali hikmah yang begitu banyak dalam bulan ramadan, mulai dari semangat kebersamaan, kepedulian sosial, dan saling menghormati, yang semuanya bermuara pada persatuan dan kesatuan bangsa. Sehingga bulan ramadan ini mampu menumbuhkan kembali kesadaran berbangsa dan bernegara dalam mengisi kemerdekaan yang telah diraih.
Namun demikian, sangat disayangkan nilai sejarah ini nampaknya kurang diperhatikan oleh kelompok radikal keagamaan yang selalu memperdebatkan antara Islam dan nasionalisme serta memperdebatkan antara Islam dan non Islam, bahkan justru ingin memecah persatuan dan kesatuan bangsa dengan terus menebar paham kekerasan yang mengatasnamakan agama.
Seharusnya kita sangat mensyukuri telah dianugerahi sebagai bangsa yang kaya dengan berjuta suku, budaya dan bahasa, yang patut kita jaga keutuhannya. Karena menjaga persatuan dan kesatuan sejatinya juga dianjurkan oleh setiap agama. Dasar negara kita Pancasila juga mengusung nilai persatuan dan kesatuan. Persatuan dan kesatuan akan tetap terjaga ketika semuanya saling menghormati dan menjunjung tinggi toleransi. Tidak saling membenci tapi saling menghargai, tidak saling memukul tapi saling merangkul serta tidak saling menjatuhkan tapi saling menguatkan.
Sekali lagi, saya selaku Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Pemuda Nusanatara (DPP HIMANUSA) mengajak kepada seluruh umat muslin Indonesia untuk sama-sama kita jadikan bulan suci ramadan kali ini sebagai momentum untuk mengembalikan serta merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Selamat Menunaikan Ibadah Ramadan 1443 H
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penulis | : Afan Ari Kartika |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2