Ichsan pun pengurus Himpunan Mahasiswa Islam, bahkan sampai ke tingkat Pengurus Besar. Sementara saya, bertahan sebagai HMI tingkat komisariat dan cabang, berpantang untuk naik lagi ke tingkat Badko dan Pengurus Besar terkait sikap fanatik saya dalam membela seorang kawan, Rifky Mochtar – kini di Kementerian Pemuda dan Olahraga RI.
Tentu, saya tak bisa menulis dalam dan detil tentang Ichsan, tanpa menghubungkan sama sekali dengan “jejak tapak” saya sendiri dalam alur cerita ini. Sebagaimana saya perlu sebut, Eka Sastra yang paling sering datang ke Perpustakaan CSIS di Jalan Tanah Abang III, ketika menjadi pengurus PB HMI. Eka barangkali junior di HMI yang paling duluan tak lagi takut kepada “hantu” dan “jin” yang diceritakan dari babak ke babak yang berada di Jalan Tenabang III Nomor 41 itu. Eka melalap buku-buku yang ada di perpustakaan CSIS yang saat itu adalah perpustakaan terbaik di Indonesia. Sedang Sarmudji, adalah pemimpin 15.000 orang pasukan (sedikit) berloreng kandang beringin, yakni menjadi Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Angkatan Muda Partai Golkar yang dipimpin Bang Yorrys Raweyai. Ahmed Zaki Iskandar adalah Bendahara Umum pasukan terlatih lewat training di Bumi Perkemahan Cibubur ini.
Singkat kata, nama Ichsan Firdaus tentu akrab bagi warga Kampung Ciasmara, Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Ciasmara adalah kampung dari almarhum ibu mertua saya. Alhamarhum juga dikuburkan di Ciasmara. Area yang dikenal sebagai lokasi 1001 Curug itu adalah Daerah Pemilihan Ichsan Firdaus dan Airlangga Hartarto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saya sangat yakin, banyak keluarga meneteskan air mata, ketika mendengar Ichsan meninggal dunia dalam kondisi mendadak ini. Betapa tidak, Ichsan sering datang ke lapangan, murah hati, dan “pejalan malam”. Dalam tubuh HMI, tipe Ichsan adalah seorang instruktur yang mengendalikan seluruh rangkaian latihan kader. Tak banyak memegang toa untuk orasi, tetapi ketika berbicara dengan intonasi yang melebihi kaliber aktor-aktor kawakan lulusan akademi teater manapun. Tak ada yang tak terkesan dengan ucapapan Ichsan, pilihan diksi, hembusan nafas, sorot mata, dan “daya genggam” kepada siapapun yang mendengar.
Dan itulah, Ichsan adalah seorang perokok aktif. Saya tentu mengenal banyak sekali perokok aktif, termasuk almarhum ayah dan nenek saya. Pun saya sendiri. Namun, barangkali ada bedanya. Saya merokok di ruangan yang tak ada AC-nya. Ruang terbuka adalah kunci bagi seorang perokok. Sekilas lintas, saya juga baca bagaimana dukungan Ichsan terhadap dunia kretek dan tembakau Indonesia, sebagaimana saya juga lakukan.
Sungguh, saya harus merasakan kepedihan lagi, sebagaimana kehilangan Azwar Zulkarnaen yang meninggal setelah divonis kanker tingkat dewa. Azwar mempersiapkan diri dengan baik menghadapi ketiadaan harapan untuk hidup.
Ichsan?
Sedang berburu gelar akademik. Ia aktivis mahasiswa yang terlibat penuh dalam aksi reformasi Mei 1998. Ia ada di kancah “yang berlumpur itu’, yakni DPR RI dengan sejumlah posisi mentereng. Tapi ia tetap tunjukan sikap sebagai seorang instruktur atau mentor dalam pendidikan dan pelatihan mahasiswa: mengejar yang tak bisa dikejar, yakni ilmu pengetahuan. Dengan keyakinn penuh. Dengan usaha total.
Sungguh, Ichsan, maafkan keterlambatan saya membaca informasi terkait kepulanganmu ke alam yang penuh dengan orang-orang berilmu, trengginas, teguh pendirian, dan “pejalan malam” sepertimu. Kau sudah tapaki yang hendak dituju. Yakin Usaha Sampai…
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Penulis | : Indra J Piliang |
Editor | : Harris |
Sumber | : |
Halaman : 1 2