Sisi Ekonomi Konflik Rusia vs Ukraina Andi Rahmat, Pelaku Usaha

Rabu, 2 Maret 2022 - 05:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Secara finansial, bagi Presiden putin dan menteri-menterinya, sangsi ini mungkin saja tidak terlalu berdampak bagi mereka. Tapi pengenaan sanksi ini bagi seorang kepala negara dari suatu negara sebesar dan sepenting Rusia merupakan pukulan berat bagi integritas kepemimpinan Rusia,sekurang-kurangnya dalam pergaulan dunia. Sanksi ini sungguh mempermalukan. Tiba- tiba saja, status Putin secara finansial dipersamakan dengan Presiden Syria Bashar Al Assad dan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro.

Tidak berhenti disitu, kali ini AS dan sekutu-sekutunya bahkan bergerak lebih jauh lagi. Dengan menggunakan instrumen keuangan yang dapat dikatakan sebagai Bom Atom Keuangan. Yaitu dengan membekukan aset cadangan devisa Rusia. Ini terutama dilakukan oleh negara-negara eropa ( EU ). Amerika Serikat sendiri juga telah pula melarang transaksi dengan Bank Sentral Rusia.

47 % cadangan devisa Rusia dalam bentuk cadangan Euro dan Dollar. 32% dalam bentuk Euro dan 15% dalam
bentuk US Dollar. Hampir separuh dari cadangan senilai USD 640 miliar. Pembekuan ini sangat mempersempit kemampuan Rusia dalam mengatasi gejolak ekonomi dalam negerinya dan juga, dalam membiayai kapabilitas militernya. Sebagai gantinya, negara- negara Barat berani mengkompensasikan USD 68 Miliar kewajiban Luar Negeri Rusia untuk gagal bayar ( default ).

Yang Ketiga, AS dan sekutu-sekutunya juga mengeluarkan ( kick-out ) dari sistem SWIFT ( Society for Worldwide of Interbank Telecomunication ).Sistem ini merupakan sistem kritikal dalam sistem pembayaran dunia, terutama bagi perbankan. SWIFT adalah sistem dominan dan monopolistik yang dipergunakan oleh institusi keuangan dalam memampukan terjadinya transaksi keuangan global secara cepat dan efisien.

SWIFT sistem seharusnya bersifat netral. Dan selayaknya tidak dipergunakan untuk suatu alasan diluar tujuannya. Namun sistem ini sepenuhnya didalam
kendali Amerika Serikat. Sekalipun namanya terkesan dimiliki oleh banyak pihak. Karena sifatnya yang sangat substansial bagi sistem keuangan dunia, dan bisa dikatakan merupakan pembuluh arteri utama dalam interaksi perbankan dunia, maka dampak penggunaannya ini oleh banyak pihak dipersamakan dengan bom Nuklir.

Baca Juga :  Universitas Ternama di Rusia Patrice Lumumba, Kampus Adiknya Tokoh Komunis Dunia DN Aidit dari Indonesia

Jauh sebelum konflik Rusia dengan Ukraina, memang sudah ada upaya-upaya alternatif dari sejumlah negara untuk mengurangi dampak penguasaan monopolistik AS Terhadap SWIFT. China, Rusia dan Uni Eropa sendiri sudah mengupayakan sistem tersendiri bagi pengunaan denominasi mata uang mereka dalam perekonomian dunia. Namun karena dominasi Dollar masih samgat kuat sebagai Mata Uang Dunia, yang juga merupakan dasar layanan sistem SWIFT maka upaya-upaya dari negara-negara tersebut sejauh ini masih samgat sedikit pengaruhnya. Dalam tulisan kami beberapa waktu lalu, kami sudah mengulas hal ini sebagai salah satu ranah kompetisi kontemporer dalam dinamika persaingan ekonomi dunia.

Respon Presiden Putin terhadap penggunaan dua instrumen ini, pembekuan cadangan devisa dan pengeluaran ( kick out) dari sistem SWIFT, juga sama kerasnya. Presiden Putin memerintahkan kepada militernya untuk menyiagakan Arsenal Nuklirnya secara maksimum, atau dengan kata lain “ siaga satu” nuklir. Rusia adalah penyimpan senjata nuklir terbesar dunia. Diperkirakan tidak kurang dari 6000 hulu ledak nuklirnya yang didukung oleh teknologi balistik yang dapat menjangkau seluruh belahan bumi.

Baca Juga :  Ketua Partai Ummat Aceh Sebut Pernyataan Menteri Agama Tentang Azan Tidak Beradab

Tidak berhenti disitu, AS dan sekutu-sekutunya tidak hanya melibatkan instrumen yang bersifat negara, tapi juga melibatkan pihak swasta. Perusahaan-perusahaan besar pun terlibat. Deretan raksasa bisnis global secara berturut-turut, ikut melikuidasi hubungan bisnisnya dengan Rusia. Shell, BP, JP Morgan, Mc Kinsey, Blackstone, Norway SWF dan banyak lagi telah mengumumkan pembekuan hubungan bisnis dengan Rusia.

Kesemua tindakan ekonomi ini, mengisaratkan bahwa perekonomian Rusia tidak lagi diterima dalam sistem perekonomian negara-negara Barat. Apakah sanksi-sanksi ini akan juga meluber ( spill over ) kepada negara-negara diluar koalisi Barat. Itu pertanyaan menarik berikutnya yang perlu kita simak. Yang pasti, AS dan sekutu-sekutunya telah mem-pariah-kan perekonomian Rusia. lets see. Wallahu ‘alam.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari DETIKIndonesia.co.id. Mari bergabung di Channel Telegram "DETIKIndonesia.co.id", caranya klik link https://t.me/detikindonesia, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Penulis : Tim
Editor : Harris
Sumber :

Berita Terkait

KNPI Goes To Campus: Mempersiapkan SDM Unggul Pemuda Menuju Indonesia Emas 2045
Abdurrahim Fabanyo, Ajak Warga Pulau Morotai, Coblos nomor Urut 1
Berangkat Ke Korsel, Ali Mochtar Ngabalin Menerima Gelar Profesor
Setelah Didukung Raja Atiati, Samaun Dahlan dan Donatus Nimbitkendik Konfrensi Pers Hari Ini Dengan Jargon SANTUN
Walikota Memberi Jawaban Atas Pembuatan Raperda Laporan Pertanggungjawban Pelaksanaan APBD Kota Tidore
Rapat Paripurna Ke 6, Walikota Tidore Kepulauan Menyampaikan RPD Tentang LPP 2023
Tokoh Adat Minta Ibu Safitri Malik Soulisa Pimpin Buru Selatan Periode Kedua
Sabet Penghargaan Nasional, Capt Ali Ibrahim, Satu – Satunya Walikota Terbaik di Maluku Utara

Berita Terkait

Kamis, 21 November 2024 - 13:20 WIB

Catatan Politik Senayan; Prioritaskan Program dengan Berpijak Pada Aspirasi Publik

Rabu, 20 November 2024 - 15:49 WIB

Politik di Spice Islands

Jumat, 15 November 2024 - 21:27 WIB

Transmigrasi Bukan Solusi Kesejahteraan Bagi Penduduk Orang Asli Papua

Minggu, 10 November 2024 - 12:57 WIB

Implementasi Disertasi Menteri Bahlil: Pembentukan SATGAS Hilirisasi Berkeadilan dan Berkelanjutan Mendesak Dipercepat

Selasa, 5 November 2024 - 16:12 WIB

Rancu Produk Hukum Pelantikan Presiden & Wakil Presiden

Minggu, 27 Oktober 2024 - 20:20 WIB

Kerek Lamok dan Wunuk Kerek

Minggu, 27 Oktober 2024 - 20:13 WIB

Perempuan Lani dan Cawat Tali

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 15:14 WIB

Sahabatku, Sukiman Yang Syahid Dalam Mencari Nafkah

Berita Terbaru

Daerah

Soal Kasus Korupsi Bank BPRS, Kejari Halsel Di Demo 

Minggu, 22 Des 2024 - 12:54 WIB