“Saya beli sama pengecer di desa limbo dengan harga Rp. 20.000/liter, kemudian saya jual lagi, Rp22.000/liter,” ujarnya.
Saat disentil terkait dengan larangan penjualan BBM subsidi secara eceran dengan bebas, ia pun mengaku telah mengetahui bahwa BBM jenis Pertalite yang di jual itu adalah BBM bersubsidi, namun dirinya tetap menjualnya karena disaat sekarang Kota Bobong dan sekitarnya sangat krisis akan BBM.
Sementara salah satu pengendara, Arki, mengatakan aturan yang di buat oleh Pemerintah terkait larangan kepada pengecer untuk menjual BBM bersubsidi sepertinya tidak efektif, dan hanyalah panas-panas maaf “tahi ayam”, buktinya masih banyak yang berjualan BBM jenis Pertalite di Kabupaten Pulau Taliabu.
Hal ini dikarenakan kurangnya penekanan dan pengawasan dari Pemerintah, kalau buat aturan setidaknya harus melihat situasi dan kondisi di Daerah tersebut, sehingga ini tidak terkesan Pemerintah tidak serius dalam memikirkan kesulitan rakyat,” beber Arki.
Penulis | : Yusri |
Editor | : ST |
Sumber | : |
Halaman : 1 2