Oleh: Angginak Sepi Wanimbo
Program transmigrasi perpindahan penduduk dari wilayah lain ke wilayah lain ini bagi Papua bukan solusi kesejahteraan Penduduk Orang Asli Papua (POAP). Sama sekali sebab program yang sama pernah dilakukan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, dalam surat kabar Soekarno Indonesia pada tahun 1927. Program transmigrasi pertama dilaksanakan di daerah Gedong Tataan, Keresinan Lampung, pada bulan November 1905 termasuk Papua Barat.
Kebijakan Presiden pertama program transmigrasi khusus yang datang dari luar Papua sampai saat ini. Ada di tanah orang asli Papua saya melihat mereka ini tidak pernah melakukan sesuatu yang dapat positif bagi rakyat Papua tetapi malahan mereka datang menduduki di tanahnya orang asli Papua, lalu merampas tanah, gunung, hutan, pasir, batu, ikan, kelapa, sagu dan lainnya? Lalu mereka melakukan tindakan kekerasan yang tidak terdidik, tidak terpelajar, tidak profesional, dan tidak beretika sehingga membuat, Penduduk Orang Asli Papua (POAP). Menjadi penonton, menjadi tamu, menjadi korbang, menjadi tersingkirkan dalam berbagai sektor pekerjaan di tanah-Nya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Demikian juga kita melihat suku Aborigin dan penduduk Kepulauan Selat Torres adalah dua kelompok penduduk asli Australia yang diperkirakan telah mendiami benua ini sejak 70. 000 tahun lalu.
Selama puluhan ribuan tahun, popularitas suku Aborigin berkemban dan mereka menambah hampir seluruh wilayah Australia Namun pada akhir abad ke – 18 popularitas suku Aborigin berkurang dratis karena penjajahan bangsa Inggris di Australia.
Suku Aborigin dibantai dan dimiskinkan oleh bangsa penjajah yang merebut tanah mereka. Saat ini, suku Aborigin masih ada di Australia dan terus mempertahankan warisan budaya leluhur mereka.
Ciri – ciri suku Aborigin terbilang mirip dengan Penduduk Orang Asli Papua (POAP), yakni berkulit gelap, rambut keriting, memiliki bibir tebal, kelopak matanya lurus, dan bertubuh pendek.
Di Australia ada sekitar 500 klan Aborigin yang masing – masing memiliki bahasa dan wilayahnya. Ketika Inggris datang ke Australia pada akhir abad ke – 18, diperkirakan terhadap 750.000 hingga 1, 25 juta suku Aborigin yang hidup di benua itu.
Bangsa Inggris kemudian merebut tanah suku Aborigin, yang menyebabkan bentrokan besar – besar hingga menewaskan sekitar 20. 000 suku asli Australia tersebut. Popularitas suku Aborigin pun terus berkurang akibat kekerasan, pembantaian, dan pemiskinan oleh bangsa Inggris.
Untuk menyelamatkan diri, suku Aborigin terpaksa pergi ke pedalaman untuk menjauh dari bangsa Inggris. Dalam waktu sekitar satu abad, popularitas suku Aborigin berkurang dari sekitar satu juta menjadi tinggal 60. 000 saja.
Antara 1910 hingga 1970, kebijakan asimilasi Pemerintah Australia menyebabkan 10 – 33 persen anak – anak Aborigin dipindahkan secara paksa dari rumah mereka. Anak – anak tersebut dimasukkan ke dalam keluarga dan lembaga adopsi, serta dilarang berbicara dalam bahasa ibu mereka. Bahkan nama mereka sering dignti sesuai maunya mereka pada saat itu.
Sampai 1956, mayoritas suku Aborigin tidak memiliki kewarganegaraan penuh atau hak suara. Melansir laman Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB), diskriminasi rasial dan pelanggaran hak asasi manusia masih terus dihadapi suku Aborigin Australia. (Kompas.Com, 5 Juli 2023).
Kita lihat suku Aborigin di Australia mereka hidup di atas tanah dan negerinya mereka sendiri lalu melakukan pelayanan rasanya nyaman tetapi ketika orang – orang Inggris datang di tanah orang Aborigin lalu melakukan tindakan kekerasan sampai dengan diusir, dibunuh, disiksa hingga penduduk asli disana menjadi tamu diatas tanahnya mereka sendiri.
Oleh sebab itu bagi Penduduk Orang Asli Papua (POAP), jangan pernah mimpi, berharap pertolongan dan perubahan akan datang dari Amereka, Jepang, Cina, Korea, Australia, dan Indonesia sebab mereka hanya mempunyai visi yang khusus akan datang yaitu hanya untuk mencuri, membunuh dan menguasai wilayah Papua. Mengabiskan kekayaan Papua, menghilangkan nyawa Penduduk Orang Asli Papua (POAP). Oleh karena itu saatnya orang Papua bersatu Bangkit…Bangkit…Bangkit menentukan masa depan dari sekarang bukan besok. (Sumber Artikel, Angginak Sepi Wanimbo, Wamena, 23 Oktober 2024).
Mantan Gubernur Isaac Hindom pada tahun 1984 memprediksi bahwa dalam kurung waktu 50 tahun mendatang orang – orang Papua tidak akan lagi merambut keriting tetapi akan berambut lurus seperti umumnya orang Indonesia lainnya. Lebih lanjut, Hindom mengatakan bahwa proses menuju kesana akan bisa dipercepat pindahkan penduduk dengan adanya provinsi baru di tanah Papua.
Provinsi barunya sudah ada di depan mata rakyat Papua, ini otomatis bukan orang asli Papua pun banyak yang akan datang mengisi tempat atau lahan yang sudah dibuka oleh pemerintah pusat sehingga orang asli Papua, hari ini tidak bisa tinggal biasa – biasa tetapi ini orang asli Papua banyak tantangan baru yang akan sedang hadapi dan akan dihadapi terus maka bagi rakyat asli Papua, saatnya bangkit menjaga tanah, hutan, gunung, air sungai, kelapa, sagu, ikan, laut, danau dan lain – lain menjaga dari kampung ke kota. Tanah, gunung, sungai, danau dan laut yang dimiliki oleh orang asli Papua dijaga dengan baik maka generasi – generasi emas Papua akan hidup bertahan di negerinya sendiri tetapi dikasih orang bukan orang asli Papua pasti akan jadi tamu di atas negerinya sendiri seperti Aborigin.
Tugas dari pada orang asli Papua sekarang jangan kita membeda – bedakan sesama orang asli Papua tetapi kita bersatu hati, bersatu kompak, bersatu sehati, bersatu sepikir selamatkan tanah, hutan, dan menentukan masa depan dari sekarang untuk hari esok lebih baik. (Angginak Sepi Wanimbo, Sejarah Kepemimpinan Pemuda Baptis Papua. Hal. 53 – 54).
Selain dari itu pemerintah pusat harus bijaksana melihat manusia Papua itu dengan hati yang polos, kepala yang dingin lalu berpikir untuk memajukan pembangunan, Sumber Daya Manusia Papua (SDMP), itu lebih terpenting dari pembangunan lain oleh karena itu prioritaskan kemajuan pembangunan, Sumber Daya Manusia Papua (SDMP). Supaya orang asli Papua benar merasakan kami diperhatikan di bidang pembangunan manusia selain dari itu program lain sesuaikan kebutuhan, Penduduk Orang Asli Papua (POAP).
Setiap kebijakan program untuk rakyat Papua pemerintah pusat jangan dengan buru – buru tetapi silahkan melakukan kajian – kajian akademis, secara profesional juga tetapi libatkan setiap lembaga – lembaga yang ada ditanah Papua, untuk memberikan sumbansi pikiran – pikiran yang cemerlan, cerdas, dan jernih itu dirumuskan lalu mendorong sebuah program kebijakan sesuai kebutuhan orang asli Papua supaya setiap kebijakan diambil oleh pemerintah pusat berjalan dengan baik di tanah Papua.
Menulis salah satu jalan untuk mendidik orang, menulis salah satu cara untuk mencerdaskan orang yang belum cerdas, menulis salah satu jalan untuk membangtu bagi orang yang belum dibangtu, menulis salah satu jalan untuk menjangkau orang yang belum dijangkau, menulis salah satu jalan mewariskan suatu nilai baik bagi generasi akan datang menjadi catatan sejarah dikemudian hari, menulis salah satu jalan untuk menolong orang yang belum ditolong supaya semua dapat ditolong dengan nomor satukan nilai keadilan, kebenaran, kejujuran melalui karya Tulis.
“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyai dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10 : 10).
Semoga artikel singkat ini membuka mata, hati, telinga rohani untuk memberikan kesadaran hati, kepada seluruh rakyat di tanah Papua.
Selamat membaca bagi sahabat – sahabatku yang setia membaca dan melaksanakannya, Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Kinaonak..Waaa…Waaa…Waaa
Wamena, 01 November 2024
Penulis:
Ketua DPD – PPDI Provinsi Papua Pegunungan
Ketua DPD – PPKL & AB Provinsi Papua Pegunungan
Ketua APS Lanny Jaya
Penulis | : SEPI WANIMBO |
Editor | : LUKAS |
Sumber | : |